Kamis, 15 November 2012

MAKALAH DERMATITIS


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal, kering, dan kemerahan. Dematitis juga dapat didefinisikan sebagai peradangan pada kulit, baik karena kontak langsung dengan zat kimia yang mengakibatkan iritasi, atau reaksi alergi.
Dengan kata lain, dermatitis adalah jenis alergi kulit. Selain penyebab bahan-bahan kimia, sering kali dermatitis terjadi ketika kulit sensitive kontak langsung dengan perhiasan logam biasanya emas dengan kadar rendah atau perhiasan perak dan kuningan. Jika Anda mengalami kulit kering dan gatal, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi pada dokter, apakah yang terjadi pada kulit Anda teridentifikasi dermatitis.
Jika Anda teridentifikasi dermatitis, maka pertama kali yang harus Anda ketehui adalah penyebab dari penyakit kulit tersebut. Pastikan Anda menghindari penyebab dari iritasi dan alergi. Jangan pernah menggaruk, meskipun rasa gatal tidak tertahankan. Sebab menggaruk tidak akan membuat hilang rasa gatal, melainkan akan memperparah ketidaknyamanan Anda. Sebab menggaruk akan menyebabkan kulit lebih rentan terhadap infeksi kulit dan penyakit kulit lainnya. Biasanya rasa gatal timbul karena area kulit tersebut kering maka gunakan pelembab untuk mengurangi rasa gatal. Gunakan obat kulit untuk dermatitis, juga akan membantu mengurangi rasa gatal.
Dermatitis tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi juga pada anak-anak. Tipe dermatitis yang sering terjadi pada anak-anak yaitu dermatitis atopik yang meruapakan suatu gejala eksim terutama timbul pada masa kanak-kanak. GeJala ini biasanya timbul pada usia sekitar 2 bulan sampai 1 tahun den sekitar 85% pada usia kurang dari 5 tahun. Pada keadaan akut, gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi cairan, basah dan sangat gatal. Kadang-kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan nanah.

B.     Tujuan
1.      Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum mengenai Dermatitis meliputi konsep dasar (anatomi fisiologi, definisi, etiologi, patofisiologi, pathway, manifestasi klinis, komplikasi, pemeriksaan penunjang, serta penatalaksanaan medis), asuhan keperawatan secara teori (pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi), tinjauan kasus dan pembahasan kasus.
2.      Tujuan Khusus
a         Mampu  melakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan kasus Dermatitis pada gangguan system integumen
b        Mampu melakukan pendidikan kesehatan pada pasien dengan kasus Dermatitis pada gangguan system integumen
c         Mampu  mengidentifikasi masalah-masalah penelitian yang berhubungan dengan kasus gangguan sistem integumen dan menggunakan hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah dengan kasus gagguan system integumen
d        Mampu melakukan fungsi advokasi pada kasus dengan kasus Dermatitis pada gangguan system integumen
e         Mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan kasus Dermatitis pada gangguan system integumen

C.    Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system integumen ( Dermatitis ) pada berbagai tingkat usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis”.

D.    Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan data, yaitu studi kepustakaan untuk mendapatkan sumber-sumber teoritis yang berhubungan dengan asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system integumen.
Sistematika Penulisan digunakan untuk menyusun urutan makalah secara lebih rinci dan jelas, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini, maka penulis menguraikan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Tujuan, Rumusan Masalah, Metode Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, meliputi Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen, Konsep Penyakit (LP Kasus), Konsep Askep ( Pengkajian – Evaluasi), Identifikasi Masalah - Masalah Penelitian yang b.d  Kasus ( Telaah Jurnal ), Fungsi Advokasi sesuai dengan Kasus.
BAB III Pembahasan Kasus, meliputi Scenario dan Jawaban Scenario.
BAB IV Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran.


BAB II
TINJAUAN TEORI

A.    Anatomi Dan Fisiologi Sistem Integumen
Integumen (kulit) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung.Integumen menyusun 16 % dari total berat badan.
Komponen dalam sistem integumen :
1.      Kulit
Terdiri dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan lemak subkutan (hypodermis).
2.      Struktur assesoris
Terdiri dari rambut, kuku, dan kelenjar eksokrin multiselular.
Fungsi kulit :
1.      Proteksi
Melindungi jaringan dan organ yang terbungkus dalam kulit dari bakteri, virus, jamur, abrasi, bahan kimia, dan trauma
2.      Ekskresi
Pengeluaran garam, air, dan sampah-sampah organic dari kelenjar integument
3.      Keseimbangan
Mengatur agar suhu tubuh tetap seimbang (normal), dimana kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit, dan dapat terjadi evaporasi jika dibutuhkan
4.      Sintesa vitamin D
Diperlukan untuk metabolisme kalsium
5.      Penyimpanan
Lemak disimpan di lapisan subkutan (hypodermis)
6.      Deteksi
Dapat mendeteksi sentuhan, tekanan, nyeri, stimulus suhu, nikmat. Hal ini dapat terjadi karena adanya jalinan ujung-ujung syaraf yang saling bertautan
Fungsi sruktur assosoris :
Sebagai nilai kosmetik



KULIT
1.      Lapisan epidermis
Merupakan lapisan terluar yang terdiri epithel squamosa bertingkat. Adanya lapisan ini dapat memberikan proteksi dari stimulus mekanik dan mikroorganisme dari luar tubuh.Lapisan pada epidermis dari bagian dasar sampai bagian paling atas, terdiri dari :
a.       Stratum germinativum
Merupakan lapisan epidermis yang terdalam, dapat juga disebut stratum basal. Pada stratum germinativum sebagian besar terdiri dari sel –sel epidermis yang tidak berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis. Kalau sel ini mengalami mitosis , salah satu sel anak akan tetap berada di lapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan sel yang lain bermigrasi ke atas menuju stratum spinosum.
b.      Stratum spinosum
Stratum spinosum dapat juga disebut lapisan spiny (lapisan berduri) yang terdiri dari  8 – 10 lapisan sel langerhans yang berperan dalam respon immune. Sel-sel ini sebagai mekanisme pertahanan saat mikroorganisme akan memasuki lapisan superficial epidermis dan perlindungan lapisan superficial dari kanker kulit.
c.       Stratum granulosum
Stratum granulosum dapat juga disebut lapisan grainy (lapisan butir padi) yang terdiri dari 3 – 5 lapisan keratinosit. Keratinosit membuat protein keratin dan keratohyalin dalam jumlah yang besar. Pada manusia, keratin merupakan komponen dasar dalam pembentukan rambut dan kuku.
d.      Stratum lucidum
Stratum lucidum merupakan lapisan bersih yang menutupi stratum granulosum. Sel pada stratum lucidum berbentuk datar, padat, dan penuh dengan keratin.
e.       Stratum korneum
Merupakan lapisan tidak berinti tetapi bertanduk, yang terdiri dari 15 – 30 lapisan sel keratin.
2.      Lapisan dermis
Lapisan dermis terletak diantara lapisan epidermis dan subkutan (hypodermis). Dermis terdiri dari serabut – serabut kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh – pembuluh darah dan syaraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh.
Lapisan dermis terdiri dari dua komponen utama yaitu :
a.       Lapisan papilla
Terdiri dari jaringan areolar, dimana pada lapisan ini terdiri dari kapiler dan syaraf – syaraf sensoris yang mensupply permukaan kulit.
b.      Lapisan reticular
Merupakan lapisan yang lebih dalam dari pada lapisan papilla. Terdiri dari serat kolagen, organ accessories, pembuluh darah, kelenjar getah bening, dan serabut syaraf.
3.      Lapisan subkutan (hypodermis)
Lapisan subkutan terdiri dari jaringan areolar dan adipose. Pada lapisan ini mengandung sedikit kapiler dan tidak mengandung organ vital. Selama manusia mengalami pertumbuhan, distribusi lemak subkutan juga mengalami perubahan, terutama ketika memasuki masa pubertas.
Warna kulit
Warna kulit sebagai hasil interaksi antara :
1.      Pigmen pada lapisan epidermis
Pada lapisan epidermis terdapat dua pigemen yaitu karotin dan melanin. Karotin merupakan pigmen oranye – kuning yang normalnya terakumulasi di sel epidermis. Melanin merupakan pigmen coklat, kuning – coklat, atau hitam yang diproduksi oleh melanosit. Melanosit terletak di stratum germinativum.
2.      Sirkulasi pada lapisan dermis
Darah terdiri dari sel darah merah yang berisi pigmen haemoglobin yang mentransportasikan oksigen ke dalam pembuluh darah. Pada keadaan tertentu seperti adanya inflamasi, penurunan maupun peningkatan sirkulasi, dapat menimbulkan adanya perubahan pada warna kulit seperti kulit berwarna kemerahan, pucat, bahkan sianosis.

Struktur accessories

1.      Folikel rambut dan rambut
Rambut hampir menutupi seluruh permukaan kulit, kecuali pada telapak tangan, sisi jari, bibir, dll. Tubuh manusia memiliki sekitar 5 juta rambut, dan 98 % terletak pada tubuh dan bukan di kepala. Rambut diproduksi oleh suatu organ, yang disebut folikel rambut, dimana folikel ini memerlukan kerjasama yang kompleks antara epidermis dan dermis.
2.      Kelenjar pada kulit
a.      Kelenjar sebasea (kelenjar minyak)
Merupakan kelenjar holokrin yang mensekresikan minyak ke folikel rambut. Kelenjar sebasea juga memproduksi lipid dalam jumlah besar, yang sekresinya disebut sebum (terdiri dari trigliserida, kolesterol, protein, dan elektrolit). Sebum dapat menghambat pertumbuhan bakteri, lubrikasi dan proteksi keratin pada rambut dan sekitar kulit.
b.      Kelenjar sudorifera (kelenjar keringat)
Pada kulit terdapat dua tipe kelenjar sudorifera (kelenjar keringat) :
1)      Kelenjar keringat apokrin
Terletak di axilla, sekitar papilla mammae, dan femur. Kelenjar apokrin memulai sekresinya saat usia pubertas. Sel yang mensekresikan keringat pada kelenjar apokrin ini adalah myoepithelial cell. Aktivitas sekresi dan kontraksi sel myoepitheial dikontrol oleh system syaraf dan sirkulasi hormone.
2)      Kelenjar keringat merokrin
Kelenjar keringat merokrin dapat juga disebut kelenjar keringat ekrin. Kelenjar ini mempunyai distribusi yang lebih lebar, dan struktur anatomis yang lebih kecil jika dibandingkan dengan kelenjar apokrin.
Pada orang dewasa mempunyai sekitar 2 – 5 juta kelenjar merokrin (ekrin). Keringat 99 % terdiri dari air, selain itu juga mengandung elektrolit, nutrisi organic, dan zat sampah produksi. Keringat mempunyai PH 4 – 6,8 dan dengan adanya elektrolit memberikan suasana seperti garam

3.      KUKU
Kuku melindungi ujung jari tangan dan kaki jika ada stress mekanik.Kuku dapat dijadikan sebagai suatu data tentang keadaan seseorang, misalnya kuku yang berwarna kuning mengindikasikan orang tersebut kemungkinan terkena gangguan respirasi kronik, gangguan pada kelenjar tiroid, atau AIDS. Bagian – bagian kuku :
B.     Konsep Penyakit Dermatitis (LP Kasus)
1.      Pengertian Dermatitis
Dermatitis berasal dari kata dermo- (kulit) -itis (radang/inflamasi), sehingga dermatitis dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit mengalami inflamasi.
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal. (Mulyono :1986)
Dermatitis adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan gejala subjektif gatal dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi yang polimorf. (Junaidi Purnawan : 1982)
Dermatitis adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama ) dan keluhan gatal  ( Djuanda, Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis adalah epidermo yang berupa gejala subyektif pruritus dan obyektif tampak imflamasi eritema. (Arief Masjoer. 1998. Kapita Selekta. Edisi 3. Jakarta : EGC)
Dermatitis adalah peradangan pada kulit ( umlamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari.( Brunner dan Suddart dan pembentukkan sisik 2000 )
Dermatitis adalah peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
(
www.blogdokter,net2007)

2.      Patogenesis / Etiologi
Berdasarkan etiologinya dermatitis dibagi dalam type :
a.       Dermatits kontak
1)      Dermatitis kontak toksis akut. Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer kuat / absolut. Contok : H2SO4 , KOH, racun serangga.
2)      Dermatitis Kontak Toksis Kronik. Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer lemah / relatif. Contoh : sabun , detergen.
3)      Dermatitis Kontak Alergi. Suatu dermatitis yang disebabkan oleh alergen . Contoh : logam (Ag, Hg), karet, plastik, popok atau diaper pada anak-anak, dll.
b.      Dermatitis Atopik. Suatu peradangan menahun pada lapisan epidermis yang disebabkan zat-zat yang bersifat alergen. Contoh : inhalan (debu, bulu).
c.       Dermatitis Perioral. Suatu penyakit kulit yang ditandai adanya beruntus-beruntus merah disekitar mulut. Penyebabnya tidak diketahui dan bisa muncul pemakaian salep kortikosteroid diwajah untuk mengobati suatu penyakit.
d.      Dermatitis Statis. Suatu peradangan menahun pada tungkai bawah yang sering meninggalkan bekas, yang disebabkan penimbunan darah dan cairan dibawah kulit, sehingga cenderung terjadi varises dan edema.

3.      Gejala klinis / manifestasi klinis
Secara umum manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa). Sedangkan secara Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.
a.       Dermatitis Kontak.
Gatal-gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit berwarna coklat dan menebal.
b.      Dermatitis Atopik.
Gatal-gatal , muncul pada beberapa bulan pertama setelah bayi lahir, yang mengenai wajah, daerah yang tertutup popok, tangan, lengan dan kaki.
c.       Dermatitis Perioral.
Gatal-gatal bahkan menyengat, disekitar bibir tampak beruntus-beruntus kecil kemerahan.
d.      Dermatitis Statis.
Awalnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu / bulan , warna menjadi coklat.

4.      Patofisiologi
a.      Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel. Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
1)      Iritan kuat akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang.
2)      Iritan lemah hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang. Faktor  kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
b.      Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi dermatitis ini yaitu :
1)      Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+ (Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21 hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak alergik.
2)      Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid. Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan akhirnya menekan atau meredakan peradangan.
Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit lain.

5.      Klasifikasi
a.       Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki terbagi 2 yaitu :
1)      Dermatitis kontak iritan (mekanisme non imunologik)
2)      Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik spesifik)
Perbedaan Dermatitis kontak iritan dan kontak alergik
No.
Dermatitis kontak iritan
Dermatitis kontak alergik
1.
Penyebab
Iritan primer
Alergen kontak S.sensitizer
2.
Permulaan
Pada kontak pertama
Pada kontak ulang
3.
Penderita
Semua orang
Hanya orang yang alergik
4.
Lesi
Batas lebih jelas
Eritema sangat jelas
Batas tidak begitu jelas
Eritema kurang jelas
5.
Uji Tempel
Sesudah ditempel 24 jam, bila iritan di angkat reaksi akan segera
Bila sesudah 24 jam bahan allergen di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.
b.      Dermatitis atopic
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal, yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau fleksural.
c.       Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor ekstremitas.
d.      Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis mata dan di belakang telinga.

6.      Komplikasi
a.       Infeksi saluran nafas atas
b.       Bronkitis
c.       Infeksi kulit
d.      Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut, gangguan ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.


7.      Pemeriksaan Penunjang / Evaluasi Diagnostik
Alergi kontak dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo dapat dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis tes tempel yaitu :
a.       Tes Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada daerah belakang telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam. Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah alergen yang menguap.
b.      Tes Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk semacam plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
c.       Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya dievaluasi hasilnya.
Untuk menghindari efek daripada sinar, maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.
Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji tempel sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid
Dalam melaksanakan uji tempel diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan oleh International Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari hasil yang didapat dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil ini merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka penderita diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup dengan menghindari ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif dan penderita dapat jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang itu.
Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.

8.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a.       Terapi sitemik  Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b.      Terapi topical   Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
c.       Diet  Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a.       Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b.      Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.
c.       Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk
d.      Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e.       Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis. 


9.      Pathway
C.    Konsep Asuhan Keperawatan Pengkajian
1.      Pengkajian
Anak dengan dermatitis yang perlu dikaji, yaitu :
a.       Kaji faktor penyebab terjadinya gangguan kulit.
b.      Kaji pengetahuan orang tua tentang faktor penyebab dan metode kontak.
c.       Kaji adanya pruritas dan burning.
d.      Kaji peningkatan stress yang diketahui pasien.
e.       Kaji tanda-tanda infeksi.
f.       Riwayat infeksi yang berulang-ulang.
g.      Kaji faktor yang memperparah.
h.      Pada reaksi ringan kulit terlihat merah dan terdapat vesicle.
i.        Pada reaksi berat terdapat ulceration.

2.      Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada anak dengan dermatitis, yaitu :
a.       Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada kulit
b.      Resiko kerusakan kulit berhubungan dengan terpapar allergen
c.       Perubahan rasa nyaman berhubungan dengan pruritus

3.      Intervensi
a.       Gangguan integritas kulit b/d kekeringan pada kulit
Tujuan : klien/orang tua akan mempertahankan kulit klien agar mempunyai hidrasi yang  baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan :
1)      Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit
2)      Berkurangnya derajat pengelupasan kulit
3)      Berkurangnnya kemerahan
4)      Berkurangnya lecet karena garukan
5)      Penyembuhan area kulit yang telah rusak
Rencana Tindakan Keperawatan :
1)      Kaji keadaan kulit
Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
2)      Mandikan anak paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : Dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
3)      Anjurkan orang tua dan anak untuk menggunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive pada anak. Hindari mandi busa.
Rasional : Sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
4)      Kolaborasi dalam pemberian salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari pada anak.
Rasional : Salep atau krim akan melembabkan kulit.
b.      Resiko kerusakan kulit b/d terpapar allergen
Tujuan : Klien/orang tua akan mempertahankan integritas kulit klien, ditandai dengan Menghindari allergen
Rencana Tidakan Keperawatan :
1)      Ajari orang tua dan anak untuk menghindarkan atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui pada anak.
Rasional : menghindari alergen akan menurunkan respon alergi
2)      Anjurkan orang tua dan anak membaca label makanan kaleng agar anak terhindar dari bahan makanan yang mengandung allergen.
Rasional : menghindari alergi makanan.
3)      Hindari anak dari binatang peliharaan.
Rasional :  jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area rumah
4)      Gunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah, bila memungkinkan.
Rasional : AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen yang ada di lingkungan.
c.       Perubahan rasa nyaman b/d pruritus
Tujuan : Klien menunjukkan berkurangnya pruritus, ditandai dengan
1)      Berkurangnya lecet akibat garukan
2)      Klien tidur nyenyak tanpa terganggu rasa gatal
3)      Klien mengungkapkan adanya peningkatan rasa nyaman
Rencana Tidakan Keperawatan :
1)      Jelaskan pada orang tua dan anak gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasional : dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
2)      Anjurkan orang tua dan anak untuk mencuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasional : pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.
3)      Anjurkan orang tua dan anak untuk menggunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.
Rasional : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian dapat menyebabkan iritasi


4.      Implementasi
a.       Gangguan integritas kulit b/d kekeringan pada kulit
1)      Mengkaji keadaan kulit
2)      Memandikan anak paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
3)      Menggunakan air hangat untuk memandikan anak.
4)      Menganjurkan orang tua dan anak untuk menggunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive pada anak. Menghindari mandi busa.
5)      Berkolaborasi dalam pemberian salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari pada anak.
b.      Resiko kerusakan kulit b/d terpapar allergen
1)      Mengajari orang tua dan anak untuk menghindarkan atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui pada anak.
2)      Menganjurkan orang tua dan anak membaca label makanan kaleng agar anak terhindar dari bahan makanan yang mengandung allergen.
3)      Menghindari anak dari binatang peliharaan.
4)      Menggunakan penyejuk ruangan (AC) di rumah, bila memungkinkan.
c.       Perubahan rasa nyaman b/d pruritus
1)      Menjelaskan pada orang tua dan anak gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
2)      Menganjurkan orang tua dan anak untuk mencuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
3)      Menganjurkan orang tua dan anak untuk menggunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada sabun yang tertinggal.

5.      Evaluasi
a.       Integritas kulit dapat dipertahankan
b.      Tidak terjadi kerusakan kulit
c.       Tidak terjadi perubahan rasa nyaman

D.    Identifikasi Masalah - Masalah Penelitian yang b.d  Kasus ( Telaah Jurnal )



E.     Fungsi Advokasi sesuai dengan Kasus
Advokasi menurut ANA (1985) “melindungi klien atau masyarakat terhadpa pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”
Perawat atau yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb:
1.      Pastikan bahwa loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya terhadap pasen
2.      Berikan prioritas utama terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya.
3.      Kepedulian mengevaluasi terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan pasien.
Istilah advokasi sering digunakan dalam hukum yang berkaitan dengan upaya melindungi hak manusia bagi mereka yang tidak mampu membela diri. Arti advokasi menurut ANA (1985) adalah “melindungi klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa pun”. Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap hal yang memiliki penyebab atau dampak penting.
Definisi ini mirip dengan yang dinyatakan Gadow (1983) bahwa “advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara bebas menentukan nasibnya sendiri”. Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8 sampai 10 atau 12 jam memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan hubungan baik dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga berposisi sebagai advokat klien (curtin, 1986). Pada dasarnya, peran perawat sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan memberi bantuan kepada klien atas keputusan apa pun yang di buat kilen, memberi informasi berarti menyediakan informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan klien memberi bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran nonaksi.
Dalam menjalankan peran aksi, perawat memberikan keyakinan kepada klien bahwa mereka mempunyai hak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain, sedangkan peran nonaksi mengandungarti pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak memengaruhi keputusan klien (Khonke, 1982).Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus menghargai klien sebagai induvidu yangmemiliki berbagai karakteristik.Dalam hal ini, perawat memberikan perlindungan terhadap martabat dan nilai manusiawi klien selama dalam keadaan sakit.
Pada dasarnya peran perawat dalam advokasi adalah; “memberi informasi dan member bantuan” kepada pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Memberi informasi bererti menyediakan penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Memberikan bantuan mempunyai dua peran yaitu :
1.      Peran aksi : perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak dan tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak tertekan dengan pengaruh orang lain
2.      Peran non aksi : pihak advokad seharusnya menahan diri untuk tidak pempengaruhi keputusan pasien (Kohnke, 1982; lih Megan, 1991)

  
BAB III
PEMBAHASAN KASUS

A.    SKENARIO
Seorang perempuan datang ke poli klinik kulit RS X. Dengan keluhan gatal – gatal di seluruh tubuh di sertai rasa panas setelah memakai kosmetik ( bedak dan lotion ), menurut klien kulit tampak merah dan terjadi edema di seluruh tubuh serta muncul vesikula, pustula  sudah 3 hari SMRS.
Hasil pemeriksaan TTV didapatkan TD : 120/90 mmHg, N : 110x/menit, S : 38,5o C. Dokter poli klinik memberitahukan kepada perawat agar pasien di berikan kortikosteroid topical serta dilakukan pemeriksaan biopsy kulit, patch test atau uji temple dan pemeriksaan laboratorium ( Hema I )  guna menentukan diagnosa medis.
Setelah diberikan penjelasan oleh perawat terhadap pasien dan keluarganya, dari pihak keluarga tidak bersedia dilakukan pemeriksaan patch test dan hema I dikarenakan tidak mempunyai biaya yang cukup, dengan demikian perawat memberikan surat pernyataan penolakan medis kepada pihak keluarga.

PERTANYAAN ANALISA KASUS
1.      Setelah membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus diatas, coba diskusikan system organ apa yang terkait dengan masalah diatas? Jelaskan dengan menggunakan anatomi fisiologi system organ tersebut.
2.      Coba identifikasi diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas dalam kasus tersebut!
3.      Coba saudara buat patofisiologi dan pathway dari masalah keperawatan tersebut!
4.      Coba buat NCP dari masing-masing diagnosa keperawatan!
5.      Coba buat evaluasi dari masing-masing diagnosa keperawatan!
6.      Penatalaksanaan pada pasien tersebut!
7.      Apa masalah frinsip legal etis pada kasus diatas!
8.      Bagaimana nursing advokasi yang seharusnya dilakukan oleh perawat pada pasien dan saran apa yang sebaiknya diberikan pada perawat  diatas terhadap intervensi pada pasien tersebut!
9.      Coba anda teliti isi jurnal tersebut serta berikan solusi dari masalah tersebut!

B.     JAWABAN ANALISA
1.      Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen
Integumen (kulit) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, membungkus otot-otot dan organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan kelenjar yang tidak berujung.Integumen menyusun 16 % dari total berat badan.
KULIT
1.      Lapisan epidermis
Merupakan lapisan terluar yang terdiri epithel squamosa bertingkat. Adanya lapisan ini dapat memberikan proteksi dari stimulus mekanik dan mikroorganisme dari luar tubuh.Lapisan pada epidermis dari bagian dasar sampai bagian paling atas, terdiri dari :
a.       Stratum germinativum
Merupakan lapisan epidermis yang terdalam, dapat juga disebut stratum basal. Pada stratum germinativum sebagian besar terdiri dari sel –sel epidermis yang tidak berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis. Kalau sel ini mengalami mitosis , salah satu sel anak akan tetap berada di lapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan sel yang lain bermigrasi ke atas menuju stratum spinosum.
b.      Stratum spinosum
Stratum spinosum dapat juga disebut lapisan spiny (lapisan berduri) yang terdiri dari  8 – 10 lapisan sel langerhans yang berperan dalam respon immune. Sel-sel ini sebagai mekanisme pertahanan saat mikroorganisme akan memasuki lapisan superficial epidermis dan perlindungan lapisan superficial dari kanker kulit.
c.       Stratum granulosum
Stratum granulosum dapat juga disebut lapisan grainy (lapisan butir padi) yang terdiri dari 3 – 5 lapisan keratinosit. Keratinosit membuat protein keratin dan keratohyalin dalam jumlah yang besar. Pada manusia, keratin merupakan komponen dasar dalam pembentukan rambut dan kuku.
d.      Stratum lucidum
Stratum lucidum merupakan lapisan bersih yang menutupi stratum granulosum. Sel pada stratum lucidum berbentuk datar, padat, dan penuh dengan keratin.
e.       Stratum korneum
Merupakan lapisan tidak berinti tetapi bertanduk, yang terdiri dari 15 – 30 lapisan sel keratin.
2.      Lapisan dermis
Lapisan dermis terletak diantara lapisan epidermis dan subkutan (hypodermis). Dermis terdiri dari serabut – serabut kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar. Matriks kulit mengandung pembuluh – pembuluh darah dan syaraf yang menyokong dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh.
Lapisan dermis terdiri dari dua komponen utama yaitu :
a.       Lapisan papilla
Terdiri dari jaringan areolar, dimana pada lapisan ini terdiri dari kapiler dan syaraf – syaraf sensoris yang mensupply permukaan kulit.
b.      Lapisan reticular
Merupakan lapisan yang lebih dalam dari pada lapisan papilla. Terdiri dari serat kolagen, organ accessories, pembuluh darah, kelenjar getah bening, dan serabut syaraf.
3.      Lapisan subkutan (hypodermis)
Lapisan subkutan terdiri dari jaringan areolar dan adipose. Pada lapisan ini mengandung sedikit kapiler dan tidak mengandung organ vital. Selama manusia mengalami pertumbuhan, distribusi lemak subkutan juga mengalami perubahan, terutama ketika memasuki masa pubertas.
Fungsi kulit :
1.      Proteksi
Melindungi jaringan dan organ yang terbungkus dalam kulit dari bakteri, virus, jamur, abrasi, bahan kimia, dan trauma
2.      Ekskresi
Pengeluaran garam, air, dan sampah-sampah organic dari kelenjar integument
3.      Keseimbangan
Mengatur agar suhu tubuh tetap seimbang (normal), dimana kehilangan panas dan penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit, dan dapat terjadi evaporasi jika dibutuhkan
4.      Sintesa vitamin D
Diperlukan untuk metabolisme kalsium
5.      Penyimpanan
Lemak disimpan di lapisan subkutan (hypodermis)
6.      Deteksi
Dapat mendeteksi sentuhan, tekanan, nyeri, stimulus suhu, nikmat. Hal ini dapat terjadi karena adanya jalinan ujung-ujung syaraf yang saling bertautan

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada tubuh
DO: adanya edema di seluruh tubuh serta muncul vesikula dan pustula
DS : pasien mengeluh gatal-gatal di seluruh tubuh
b.      Perubahan termoregulasi berhubungan dengan
DO : suhu 38,5o C
DS  : Pasien mengeluh terasa panas di seluruh tubuh
c.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit
DO : suhu 38,5o C
DS : pasien mengeluh badan terasa panas dan kulit tampak merah
d.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit
DO : adanya vesikula dan pustula
DS : -
3.      Patofisiologi dan pathway
a.       Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah 5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48 jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi, panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit lain.
b.      Pathway

4.      NCP
a.       Integritas kulit berhubungan dengan kekeringan pada tubuh
Tujuan : klien/orang tua akan mempertahankan kulit klien agar mempunyai hidrasi yang  baik dan turunnya peradangan.
Kriteria hasil :
-       Mengungkapkan peningkatan kenyamanan kulit
-       Berkurangnya derajat pengelupasan kulit
-       Berkurangnnya kemerahan
-       Berkurangnya lecet karena garukan
-       Penyembuhan area kulit yang telah rusak
Intervensi:
1)      Kaji keadaan kulit
Rasional : Mengetahui dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
2)      Mandikan anak paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala meningkat.
Rasional : Dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah penguapan air dari kulit.
3)      Anjurkan orang tua dan anak untuk menggunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive pada anak. Hindari mandi busa.
Rasional : Sabun yang mengandung pelembab lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering dapat meningkatkan keluhan.
4)      Kolaborasi dalam pemberian salep atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari pada anak.
5)      Rasional : Salep atau krim akan melembabkan kulit.
b.      Perubahan termoregulasi berhubungan dengan
c.       Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelalah melakukan tindakan keperawatan selama 1×24 jam, infeksi dapat di hindari dengan kriteria  hasil:
-          Tanda-tanda vital dalam batas normal
-          Tidak adanya tanda-tanda infeksi seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi lausea.
Intervensi :
1)      Awasi atau batasi pengunjung bila perlu. Jelaskan prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang dari pengunjung. Masalah resiko infeksi harus seimbang mengalawan kebutuhan pasien utuk dukungan keluarga dan sosialisasi.
2)      Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesai indikasi.
Rasional : Tergantung tipe/luasnya luka dan isolasi dapat direntang dari luka sederhana/kulit sampai komlpit/sebaiknya untuk menurunkan resiko kontaminasi silang/ terpajannya pada florea bakteri multiple
3)      Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk semua individu yang datang kontak dengan pasien.
Rasional : Mencegah kontaminasi silang; menurunkan resiko infeksi.
4)      Periksa luka tiap hari, periksa/catat perubahan penampilan, bau, atau kualitas drainase.
Rasional : Mengidentifikasi adanya penyembuahan dan memberikan deteksi dini infeksi.
5)      Awasi  tanda vital untuk demam, peningkatan frekwensi kedalaman pernafasan sehubungan dengan perubahan sensori, adanya diare, penurunan jumlah trombosit dan hipoglikemia dan glikosuria.
Rasional : Indikasi sepsis memerlukan evaluasi cepat dan intervensi.
d.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3×24 jam, diharapkan klien dapat menerima perubahan citra tubuhnya , dengan kriteria hasil:
-          Menyatakan perasaan tentang penyakitnya.
-          Membuat gambaran diri lebih nyata.
-          Mengakui diri sebagai individu yang mempunyai tanggung jawab sendiri.
Intervensi :
1)      Kaji persepsi klien tentang kondisi tubuhnya saat ini.
Rasional : Alat dalam mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi secara konstruktif.
2)      Catat bahas tubuh non verbal, prilaku negatif/bicara sendiri. Kaji prilaku diri.
Rasional : Dapat menunjukkan depresi atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut/intervensi lebih intensif.
3)      Pertahankan tindakan tenang, meyakinkan, akui terima pengungkapan perasaan terhadap dirinya.
Rasional : Dapat membantu menghilangkan takut pasien akan rasa malu, sulit bergaul, ketidakmampuan berkomunikasi dengan orang lain.
4)      Ajurkan pasien untuk menerima situasi pada tahap masalah yang kecil.
Rasional : Merasa sehat/mengalami kesulitan dalam  mengatasi gambaran yang lebih besar tatapi dapat mengatasi satu bagian pada saat itu.
5)      Anjurkan orang terdekat untuk mengobati pasien secara baik dan tidak sebagai orang yang depresi.
Rasional : Penyimpangan harga diri dapat tidak disadari penguatannya.

5.      Evaluai dari masing-masing diagnosa
a.       Integritas kulit dapat dipertahankan
b.      Suhu tubuh normal
c.       Tidak terjadi infeksi
d.      Mengalami mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri

6.      Penatalaksanaan pada pasien
Penatalaksanaan medis dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a.       Terapi sitemik  Pada dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b.      Terapi topical   Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
c.       Diet  Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.
Manajemem keperawatan pada pasien Dermatitis seboroik
a.       Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b.      Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya tetap kering.
c.       Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk.
d.      Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e.       Ajarkan pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.

7.      Masalah legal etis
a.       Otonomi
Di kasus pasien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan patch test tetapi perawat langsung saja menyetujui dan perawat memberikan surat pernyataan penolakan medis kepada pihak keluarga tidak memberikan alternative lain.
Seharusnya perawat disini memberitahu kepada pasien untuk membuat jamkesmas atau mencari donator untuk membantu biaya pemeriksaan tersebut, tetapi untuk keputusan apa yang akan dilakukan dikembalikan lagi kepada pasien.
b.      Beneficience
Disini seharusnya perawat tidak langsung memberikan surat penolakan medis kepada keluarga pasien, tetapi terlebih dahulu perawat harus memberikan alternative agar pasien membuat kartu jamkesmas, dan perawat harus menjelaskan tentang kartu jamkesmas itu mulai dari fungsi jamkesmas, syarat – syarat mendapatkan jamkesmas sampai cara mendapatkan jamkesmas.

8.      Nursing advocacy
Kita sebagai perawat harus memberikan hak dan kewajiban kepada pasien dan keluarganya untuk mendapatkan informasibyang sejelas – jelasnya mengenai keadaan pasien, fungsi pemeriksaan yang harus dilakukan untuk menegakan diagnose. Selanjutnya kita kembalikan kepada pasien, karena siap atau tidaknya adalah hak pasien, kita juga berikan informasi atau solusi untuk biaya pemeriksaan jika pasien terhalang oleh kondisi ekonomi misalnya jamkesmas, askeskin, untuk melanjutkan pemeriksaan pasien.

9.      Telaah jurnal


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dermatitis adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal.
Secara umum penyebab dari dermatitis yaitu : respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam, mis: zat kimia, protein, bakteri adanya respon alergi.
Secara umum manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif ada tanda–tanda radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi kulit (function laisa). Sedangkan secara Obyektif, biasanya batas kelainan tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau beturut-turut.
Komplikasi dengan penyakit lain yang dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut, gangguan ginjal, Infeksi kulit oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus, jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.


B.     Saran
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit dermatitis pada maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar menjaga/menghindarkan anak-anak dari bahan-bahan yang dapat menyebabkan dermatitis.





DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol. 3. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief. 1998. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : EGC
Brunner and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit : LWW, Philadelphia.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGC, Jakarta.
Doenges, Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC, Jakarta
Djuanda, Adhi. 2005i Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI, Jakarta.
Mansoer, Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media Aesculapius FK UI, Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar