BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang sangat penting bagi manusia, karena jantung diperlukan untuk memompa darah ke seluruh tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen dan sari makanan yang diperlukan untuk metabolisme tubuh.
Oleh sebab itu, jantung perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Salah satu yang perlu diwaspadai adalah penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu penyakit yang berbahaya yang bisa menyebabkan serangan jantung. Untuk itu, kita perlu mengetahui bagaimana cara agar jantung kita tetap sehat, apa yang harus dihindari, dan apa yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung.
Adapun Pemeriksaan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi), meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Umumnya pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi). Khusus untuk pemeriksaan abdomen, sebaiknya auskultasi dilakukan sebelum palpasi.
Sebelum kita melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus melakukan komunikasi dokter(pemeriksa) dengan pasien (anamnesis). Kegiatan ini penting sebagai awal dari pemeriksaan fisik dan dapat membantu pemeriksa dalam mengarahkan diagnosis penyakit pada pasien. Begitu pentingnya anamnesis ini, maka kadang-kadang belum kita lakukan pemeriksaan fisik maka diagnosis sudah dapat diperkirakan.
Sementara itu penting nya dilakukan pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) yang menggambarkan rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh sehingga membantu dalam mendiagnosis penyakit yang terkait dengan jantung.
Dikenal istilah Decompensasi cordis merupakan keadaan patofisiologik dimana jantung pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan, merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. Untuk itu sudah sepantasnya kita mengetahui penyakit yang di kenal decompensia cordis tersebut.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum mengenai keperawatan kritis sistem kardiovaskuler, meliputi Anatomi dan Fisiologi sistem kardiovaskuler, konsep dasar Elektrokardiogram, pemeriksaan fisik kardiovaskuler serta asuhan keperwatan pada pasien Decompensia cordis.
2. Tujuan Khusus
a Mampu Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
b Mampu Melakukan tindakan pemasangan EKG
c Mampu melakukan Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler
d Mampu Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Decompensia Cordis
e Mampu mendemonstrasikan intervensi keperawatan kasus Sistem Kardiovaskuler ( Dekompensia Cordis )
C. Rumusan Masalah
Dilihat dari latar belakang, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana melakukan simulasi asuhan keperawatan Kritis sistem Kardiovaskuler, Melakukan Tindakan EKG, Pemeriksaan Fisik serta Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sistem Kardiovaskuler ( Dekompensasi Cordis ) ”.
D. Metode Penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan data, yaitu studi kepustakaan untuk mendapatkan sumber-sumber teoritis yang berhubungan dengan asuhan keperawatan intra natal.
Sistematika Penulisan digunakan untuk menyusun urutan makalah secara lebih rinci dan jelas, untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini, maka penulis menguraikan sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan, meliputi Latar Belakang, Tujuan, Rumusan Masalah, Metode Penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis, meliputi Anatomi Fisiologi Kardiovaskuler , Elektrokardiogram , Pemeriksaan Fisik Pada Sistem Kardiovaskuler,
BAB III Pembahasan Kasus, Asuhan Keperawatan Pada Sistem Kardiovaskuler
BAB IV Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung. Darah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel-sel pada berbagai jaringan tubuh untuk keperluan metabolisme. Dalam melaksanakan fungsinya sistem kardiovaskuler melibatkan organ jantung, pembuluh darah dan darah.
1. Jantung
a. Bentuk dan Letak Jantung
Jantung berbentuk seperti buah pir atau kerucut terletak seperti piramida terbalik dengan apeks (puncak) berada di bawah dan basis (alas) berada di atas. Beratnya 250-350 gram pada orang dewasa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jantung sebesar kepalan tangan orang dewasa atau panjang sekitar 12 cm dan lebar sekitar 9 cm.
Jantung terletak pada rongga dada (cavum thorax) tepatnya pada rongga mediastinum diantara paru-paru kiri dan kanan.
b. Lapisan Jantung
Lapisan jantung terdiri dari perikardium, epikardium, miokardium dan endokardium. Lapisan perikardium adalah lapisan paling atas dari jantung terdiri dari fibrosa dan serosa dan berfungsi sebagai pembungkus jantung. Lapisan perikardium terdiri dari perikardium parietal (pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang langsung menempel pada jantung). Antara perikardium parietal dan visceral terdapat ruangan perikardium yang berisi cairan serosa berjumlah 15-50 ml dan berfungsi sebagai pelumas.
Lapisan epikardium merupakan lapisan paling atas dari dinding jantung. Selanjutnya adalah lapisan miokardium yang merupakan lapisan fungsional jantung yang memungkinkan jantung bekerja sebagai pompa. Miokardium mempunyai sifat istimewa yaitu bekerja secara otonom (miogenik), durasi kontraksi lebih lama dari otot rangka dan mampu berkontraksi secara ritmik.
Ketebalan lapisan miokardium pada setiap ruangan jantung berbeda-beda. Ventrikel kiri mempunyai lapisan miokardium yang paling tebal karena mempunyai beban lebih berat untuk memompa darah ke sirkulasi sistemik yang mempunyai tahanan aliran darah lebih besar.
Miokardium terdiri dari dua berkas otot yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Setiap serabut otot dipisahkan diskus interkalaris yang berfungsi mempercepat hantaran impuls pada setiap sel otot jantung. Antara sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel terdapat lubang yang dinamakan anoulus fibrosus yang merupakan tempat masuknya serabut internodal dari atrium ke ventrikel.
Lapisan endokardium merupakan lapisan yang membentuk bagian dalam jantung dan merupakan lapisan endotel yang sangat licin untuk membantu aliran darah.
c. Ruangan Pada Jantung
Ruangan pada jantung terdiri dari atrium dan ventrikel. Atrium dipisahkan menjadi atrium sinistra (kiri) dan dekstra (kanan) oleh septum atrium. Ventrikel juga terbagi dua menjadi ventrikel dekstra dan sinistra.
d. Katup Katup Jantung
Katup jantung ada dua macam yaitu katup AV (atrioventrikular) dan katup SL (semilunar). Katup AV terletak antara atrium dan ventrikel, sedangkan katup SL terletak antara ventrikel dengan pembuluh darah besar pada jantung.
Katup AV antara atrium dekstra dan ventrikel dekstra adalah katup trikuspidalis dan antara atrium sinistra dan ventrikel sinistra adalah katup bikuspidalis (mitral).
Katup AV hanya membuka satu arah (ke arah ventrikel) karena berfungsi mencegah aliran balik dari ventrikel ke atrium pada saat sistol. Secara anatomi katup AV hanya membuka ke satu arah karena terikat oleh korda tendinae yang menempel pada muskulus papilaris pada dinding ventrikel.
Katup SL terdiri dari katup pulmonal yang terdapat antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis dan katup aortik yang terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
e. Sistem Konduksi Jantung
Impuls untuk terjadinya kontraksi jantung berasal dari SA node (nodus sinoatrial) yang terletak pada dinding atrium kanan. SA node meneruskan impulsnya ke AV node (nodus atrioventrikular) melalui traktus internodal. Ada tiga traktus internodal yaitu wenkebach, bachman dan tohrel.
Impuls dari AV node diteruskan ke berkas his kemudian ke serabut purkinye kiri dan kanan, selanjutnya menyebar ke seluruh dinding ventrikel.
f. Persarafan pada Jantung
Jantung dipersarafi oleh sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis (adrenergik) dan parasimpatis (kolinergik). Saraf simpatis meningkatkan heart rate dan kontraktilitas jantung. Sedangkan saraf parasimpatis (nervus vagus) menurunkan heart rate.
g. Pembuluh Darah Besar Pada Jantung
Ada beberapa pembuluh darah besar yang berdekatan letaknya dengan jantung yaitu :
a) Vena Cava Superior
Vena cava superior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan.
b) Vena Cava Inferior
Vena cava inferior adalah vena besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
c) Sinus Conaria
Sinus coronary adalah vena besar di jantung yang membawa darah kotor dari jantung sendiri.
d) Trunkus Pulmonalis
Pulmonary trunk adalah pembuluh darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis. Arteri pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
e) Vena Pulmonalis
Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium kiri.
f) Aorta Asendens
Ascending aorta, yaitu pembuluh darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta (lengkung aorta) ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian atas.
g) Aorta Desendens
Descending aorta,yaitu bagian aorta yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian bawah.
h. Suplai Darah Ke Jantung
Jantung mendapatkan suplai darah dari arteri koroner. Arteri koroner adalah arteri yang bertanggung jawab atas jantung itu sendiri, karena darah bersih yang kaya akan oksigen dan elektrolit sangat penting agar jantung tetap bisa bekerja sebagaimana fungsinya.
Arteri koroner terbagi dua yaitu arteri koroner kiri dan kanan. Arteri koroner kiri mempunyai 2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumfleksi. Kedua arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini di bagian permukaan posterior jantung yang merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV node berada pada titik ini.
LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Arteri sirkumfleksi mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri serta 10% mensuplai SA node.
LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Arteri sirkumfleksi mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri serta 10% mensuplai SA node.
Arteri koroner kanan bertanggung jawab mensuplai darah ke atrium kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah dan belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node dan 55% mensuplai SA Node.
i. Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Sirkulasi pulmonal adalah peredaran darah antara jantung dengan paru-paru.
Sirkulasi pulmonal diawali dengan keluarnya darah dari ventrikel kanan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis dan kembali ke atrium kiri melalui vena-vena pulmonalis.
Sirkulasi sistemik merupakan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru). Sirkulasi sistemik dimulai dari keluarnya darah dari ventrikel kiri ke aorta kemudian ke seluruh tubuh melalui berbagai percabangan arteri. Selanjutnya kembali ke jantung (atrium kanan) melalui vena cava. Darah dari tubuh bagian atas kembali ke jantung melalui vena cava superior dan darah dari tubuh bagian bawah kembali ke jantung melalui vena cava inferior
1. Pembuluh Darah
a. Jenis Pembuluh Darah
Darah diedarkan ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah (vaskuler). Secara umum pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia, tunika media dan tunika intima.
Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar berupa jaringan ikat yang kuat. Tunika media merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot polos. Tunika intima membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari sel-sel endotel. Celah antara sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh darah.
Pembuluh darah ada 3 macam yaitu arteri, vena dan kapier
1) KAPILER
Kapiler merupakan pembuluh darah kecil yang sangat tipis, hanya dibentuk oleh tunika intima saja sehingga memudahkan proses pertukaran zat antara pembuluh darah dengan sel atau jaringan.
Fungsi kapiler adalah :
· Penghubung arteri dan vena
· Tempat terjadinya pertukaran zat
· Absorbsi nutrisi pada usus
· Filtrasi pada ginjal
· Absorbsi sekret kelenjar
2) ARTERI
Arteri merupakan pembuluh darah yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteri membawa darah yang kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis.
Arteri bersifat elastik karena mempunyai lapisan otot polos dan serabut elastik sehingga dapat berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol. Arteri yang lebih kecil dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan otot sebagai respon terhadap pengendalian saraf vasomotor.
Arteri mendapatkan suplai darah dari pembuluh darah khusus yang disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut saraf motorik yang disebut vasomotor.
Arteri mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aorta kemudian bercabang menjadi arteri dan arteriola.
3) VENA
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.
Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).
Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.
Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.
Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).
Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.
Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.
2. Darah
Darah berbentuk cairan yang berwarna merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah, sel darah putih dan trombosit.
Darah berfungsi untuk :
a. mengedarkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh
b. mengedarkan oksigen dari paru-paru ke seluruh tubuh
c. mengangkut karbondioksida ke paru-paru
d. mengedarkan hormon
1) PLASMA DARAH
Unsur ini merupakan komponen terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah. Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap penyakit atau zat antibodi.
Plasma darah berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dan bersifat alkali. Plasma darah mengandung gas (oksigen dan karbondioksida), hormon, enzim, antigen, antibodi dan protein darah.
Protein darah yang terdapat pada plasma adalah albumin, fibrinogen dan globulin. Fibrinogen berperan dalam proses koagulasi (pembekuan darah) dan globulin merupakan komponen dari antibodi (imunoglobulin). Globulin berjumlah sekitar 2-3 gram per 100 ml darah.
Albumin dalam plasma berjumlah sekitar 3-5 gram per 100 ml darah. Berperan dalam menjaga tekanan osmotik, sebagai carier (pembawa) untuk zat-zat tertentu dan menyediakan protein untuk jaringan.
Plasma darah berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dan bersifat alkali. Plasma darah mengandung gas (oksigen dan karbondioksida), hormon, enzim, antigen, antibodi dan protein darah.
Protein darah yang terdapat pada plasma adalah albumin, fibrinogen dan globulin. Fibrinogen berperan dalam proses koagulasi (pembekuan darah) dan globulin merupakan komponen dari antibodi (imunoglobulin). Globulin berjumlah sekitar 2-3 gram per 100 ml darah.
Albumin dalam plasma berjumlah sekitar 3-5 gram per 100 ml darah. Berperan dalam menjaga tekanan osmotik, sebagai carier (pembawa) untuk zat-zat tertentu dan menyediakan protein untuk jaringan.
2) ERITROSIT
Sel darah merah mengandung banyak haemoglobin. Darah berwarna merah sebab haemoglobin berwarna merah tua. Sel darah merah berbentuk bikonkaf (cekung pada kedua sisinya).
Haemoglobin terdapat dalam sel darah merah dan berfungsi untuk mengikat oksigen dan karbondioksida dalam proses transportasi gas.
Sel darah merah dihasilkan di limpa, hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel darah merah yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Rata-rata usia hidup sel darah merah mencapai 120 hari.
3) LEUKOSIT
Sel darah putih bentuknya tidak tetap, bening, tidak berwarna. Ukurannya lebih besar dari sel darah merah. Sel darah putih dibuat di sumsum merah dan kelenjar limpa. Jumlah sel darah putih sekitar 5000-10.000 per mm3 darah.
Ada beberapa jenis sel darah putih yaitu neutrofil, eusinofil, basofil, limfosit, monosit dan sel-sel plasma. Sel darah putih berperan sebagai salah satu komponen kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai fagosit (neutrofil, eusinofil dan makrofag.
4) TROMBOSIT
Bentuk keping darah tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Ukurannya lebih kecil, sekitar sepertiga ukuran sel darah merah. Trombosit diproduksi pada sumsum merah, berjumlah sekitar 150.000-500.000 per mm3 darah. Trombosit (platelet) berperan penting dalam proses koagulasi (pembekuan) darah.
B. ELEKTROKARDIOGRAM
1. Definisi Elektrokardiogram
Elektrokardiogram (EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah lektrokardiograf, yang merekam aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro, karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung, gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis".
Elektrokardiogram atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman aktifitas kelistrikan jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung. Jantung normal memiliki impuls yang muncul dari simpul SA kemudian dihantarkan ke simppul AV dan serabut purkinje. Perjalanan impuls inilah yang akan direkam oleh EKG sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan jantung.
Dalam EKG perlu diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari:
a. SA Node ( Sino-Atrial Node )
Terletak dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
b. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
c. Berkas His
Terletak di septum interventrikular dan bercabang 2, yaitu :
1) Cabang berkas kiri ( Left Bundle Branch
2) Cabang berkas kanan ( Right Bundle Branch
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
d. Serabut Purkinye
Serabut purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls) yang secara otomatis engeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali permenit.
2. Tujuan dan Indikasi
Beberapa tujuan dari penggunaan EKG adalah :
a. Untuk mengetahui adanya kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
b. Kelainan-kelainan otot jantung
c. Pengaruh/efek obat-obat jantung
d. Ganguan -gangguan elektrolit
e. Perikarditis
f. Memperkirakan adanya pembesaran jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
g. Menilai fungsi pacu jantung.
Indikasi dari penggunaan EKG
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun, EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas. Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
· EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)
·
3. Macam dan Makna Gelombang EKG
a. Bentuk Gelombang.
Dalam satu gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen. Elektrokardiogram tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T. Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Sinyal EKG terdiri atas :
1) Gelombang P, terjadi akibat kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot atrium yang relatif tipis.
2) Gelombang QRS, terjadi akibat kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi. Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S.
3) Gelombang T, terjadi akibat kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat (repolarisasi)
b. Pembentukan Gelombang
Ketika impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P defleksi positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan RBB, serta serabut purkinje. Selanjutnya, terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi positif, kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel, ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F. Sangadji
Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “ kompleks QRS “ , dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan oleh lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang normal, gelombang Q, dan S sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan kadang kadang benar benar absen , tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih di kenal sebagai kompleks QRS atau hanya gelombang QRS.
Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu atrium mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan komponen komponen kompleks QRS adalah gelombang depolarisasi. Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.
c. Durasi atau Interval Gelombang
1) Interval P-Q atau Interval P-R
Lama waktu antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah interval waktu antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval P-Q. Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada.
2) Interval Q-T
Kontraksi ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo rendah (sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).
4. Kertas EKG
· Merupakan segulungan kertas grafik panjang kontinu dg garis2 tebal dan tipis vertical dan horizontal. Garis tipis membatasi kotak2 kecil seluas 1 mm X 1mm; garis tebal membatasi kotak2 besar seluas 5 mm X 5 mm.
· Sumbu horizontal mengukur waktu. Jarak satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Jarak satu kotak besar adalah 5 kali lebih besar atau 0,2 detik.
· Sumbu vertical mengukur voltage. Jarak satu kotak kecil adalah sebesar 0,1 mV, dan satu kotak besar adalah sebesar 0,5 mV.
5. Nilai-nilai EKG Normal
a) Gelombang P yaitu depolarisasi atrium.
a. Nilai-normal ; lebar <>
b. Tinggi <0,25>
c. Bentuk + ( ) di lead I, II, aVF, V2 - V6
d. - ( ) di lead aVR
e. + atau - atau + bifasik ( ) di lead III, aVL, V1
b) Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.
· Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>
· Gelombang R yaitu defleksi pertama yang keatas (+)
- Tinggi ; tergantung lead.
- Pada lead I, II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
- Gel. r kecil di V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
· Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah gel. R yang ke bawah (-).
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
c) Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
· (+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
· (-) di lead aVR.
· (±) / bifasik di lead III, aVL, V1 (dominan (+) / positif
d) Gelombang U ; biasanya terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalam keadaan normal tidak terlihat.
6. Sandapan pada EKG (Bipolar dan Unipolar)
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung.
Sadapan pada mesin EKG secara garis besar terbagi menjadi dua:
a. Sadapan bipolar
Sadapan Bipolar (I, II, III). Sadapan ini dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari dua elektrode. Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan kutub negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan kaki. Masing-masing LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat kabel elektrode ini aka dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
1) Sadapan I.
sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I.
2) Sadapan II.
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar positif 60 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
3) Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang dibuat bermuatan negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
b. Sadapan unipolar
Sadapan ini merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini terbagi menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial
1) Unipolar Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap jantung dalam arah vertikal.
a) Sadapan aVL.
Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
b) Sadapan aVF.
Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
c) Sadapan aVR.
Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang jantung dapat diringkas seperti yang digambarkan berikut.
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
2) Unipolar Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent (potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas. Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior, septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri
7. Prosedur Pelaksanaan Pemeriksaan Pemasangan Ekg & Letak Sandapan
Persiapan alat-alat EKG
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
b. Satu kabel untuk listrik (power)
c. Satu kabel untuk bumi (ground)
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda
dan warna.
e. Plat elektrode yaitu
f. 4 buah elektrode extremitas dan manset
g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
h. Jelly elektrode / kapas alcohol
i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
j. Kertas tissue
Persiapan Pasien
a. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang selama perekaman.
Cara Menempatkan Elektrode
Sebelum pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
a. Elektrode extremitas atas dipasang pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan.
b. Pada extremitas bawah pada pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
c. Posisi pada pengelangan bukanlah mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri dan kanan dan pangkal paha kiri dan kanan.
d. Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
Merah (RA / R) lengan kananØ
Kuning (LA/ L) lengan kiriØ
Hijau (LF / F ) tungkai kiriØ
Hitam (RF / N) tungkai kanan (sebagai ground)Ø
Hasil pemasangan tersebut terjadilah 2 sandapan (lead)
1. Sandapan bipolar (sandapan standar) dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.
2. Sandapan Unipolar Extremitas (Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR, aVL, aVF.
3. Pemasangan elektroda dada (Sandapan Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan disertai angka di belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid klavikula kiri
V5 ; garis aksilla depan sejajar dengan V4
V6 ; garis aksila tengah sejajar dengan V4
Sandapan tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 - V9, tetapi pada sebelah
kanan. Jadi pada umumnya pada sebuah EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu
I II III aVR aVL aVF
VI V2 V3 V4 V5 V6
Sandapan yang lain dibuat bila perlu.
Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
1. Anterior : V2, V3, V4
2. Septal : aVR, V1, V2
3. Lateral : I, aVL, V5, V6
4. Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai + 110 (deviasi aksis normal)
Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis kiri)
Lebih dari dari + 110 : RAD (deviadi aksis kanan)
Cara Merekam EKG
1) Hidupkan mesin EKG dan tunggu sebentar untuk pemanasan.
2) Periksa kembali standarisasi EKG antara lain
a) Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b) Kecepatan 25 mm/detik
c) Setelah itu lakukan kalibrasi dengan menekan tombol run/start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan
2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
d) Dengan memindahkan lead selector kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu sandapan (lead) I, II, III, aVR,aVL,aVF,VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan, tutup kembali dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin EKG
e) Rapikan pasien dan alat-alat.
- Catat di pinggir kiri atas kertas EKG
- Nama pasien
- Umur
- Tanggal/Jam
- Dokter yang merawat dan yang membuat perekaman pada kiri bawah
- Dibawah tiap lead, diberi tanda lead berapa, perhatian
Perhatian !
· Sebelum bekerja periksa dahulu tegangan alat EKG.
· Alat selalu dalam posisi stop apabila tidak digunakan.
· Perekaman setiap sandapan (lead) dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
· Kalibrasi dapat dipakai gambar terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
· Hindari gangguan listrik dan gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak, batuk dan lain-lain.
· Dalam perekaman EKG, perawat harus menghadap pasien.
8. Interpretasi EKG
a. IRAMA JANTUNG
Irama jantung normal adalah irama sinus, yaitu irama yang berasal dari impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang terletak di dekat muara Vena Cava Superior di atrium kanan jantung. Irama sinus adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti oleh kompleks QRS. Irama jantung juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama relatif sama dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R, jarak antara gelombang R yang satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur
Jadi, yang kita tentukan dari irama jantung adalah, apakah dia merupakan irama sinus atau bukan sinus, dan apakah dia reguler atau tidak reguler.
· Irama Sinus, seperti yang saya tulis di atas, yakni adanya gelombang P, dan setiap gelombang P harus diikuti oleh kompleks QRS. Ini normal pada orang yang jantungnya sehat.
· Irama Bukan Sinus, yakni selain irama sinus, misalkan tidak ada kompleks QRS sesudah gelombang P, atau sama sekali tidak ada gelombang P. Ini menunjukkan adanya blokade impuls elektrik jantung di titik-titik tertentu dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA – Nodus AV, atau setelah nodus AV), dan ini abnormal.
· Reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya selalu sama dan teratur. Kita juga bisa menentukan regulernya melalui palpasi denyut nadi di arteri karotis, radialis dan lain-lain.
· Tidak reguler, jarak antara gelombang R dengan R berikutnya tidak sama dan tidak teratur, kadang cepat, kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien aritmia jantung.
b. FREKUENSI JANTUNG
Frekuensi jantung atau Heart Rate adalah jumlah denyut jantung selama 1 menit. Cara menentukannya dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa kita pakai salah satu atau bisa semuanya untuk membuat hasil yang lebih cocok. Rumusnya berikut ini:
1. Cara 1
HR = 1500 / x
Keterangan: x = jumlah kotak kecil antara gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya.
2. Cara 2
HR = 300 / y
Keterangan: y = jumlah kotak sedang (5×5 kotak kecil) antara gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya. (jika tidak pas boleh dibulatkan ke angka yang mendekati, berkoma juga ga masalah)
3. Cara 3
Adalah cara yang paling mudah, bisa ditentukan pada Lead II panjang (durasi 6 detik, patokannya ada di titik-titik kecil di bawah kertas EKG, jarak antara titik 1 dengan titik setelahnya = 1 detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja lead II manual dengan 7 titik).
Caranya adalah:
HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi itu x 10.
Nanti yang kita tentukan dari Frekuensi jantung adalah:
· Normal: HR berkisar antara 60 – 100 x / menit.
· Bradikardi= HR < 60x /menit
· Takikardi= HR > 100x/ menit
·
c. AKSIS
Aksis jantung adalah, proyeksi jantung jika dihadapkan dalam vektor 2 dimensi. Vektor 2 dimensi disini maksudnya adalah garis-garis yang dibentuk oleh sadapan-sadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead) EKG biasanya ada 12 buah yang dapat dikelompokkan menjadi 2:
1) Lead bipolar, yang merekam perbedaan potensial dari 2 elektroda/ lead standar, yaitu lead I, II dan III.
2) Lead unipolar, yang merekam perbedaan potensial listrik pada satu elektroda yang lain sebagai elektroda indiferen (nol). Ada 2: (a) unipolar ekstrimitas (aVL, aVF, dan aVR); (b) unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5 dan V6)
Setiap lead memproyeksikan suatu garis/ vektor tertentu. Urutannya bisa dilihat dari gambaran berikut ini:
Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30° sampai dengan 120° (ada yang mendefinisikan sampai 100° saja). Sebenarnya ini adalah proyeksi dari arah jantung sebenarnya. Pada kertas EKG, kita bisa melihat gelombang potensial listrik pada masing-masing lead. Gelombang disebut positif jika arah resultan QRS itu ke atas, dan negatif jika ia kebawah. Berikut ini arti dari masing-masing Lead:
· Lead I = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).
· Lead II = merekam beda potensial antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-), dan kaki kiri bermuatan positif (+)
· Lead III = merekam beda potensial antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+)
· Lead aVL = merekam potensial listrik pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen (potensial nol)
· Lead aVF = merekam potensial listrik pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif (+), tangan kiri dan tangan kanan nol.
· Lead aVR = merekam potensial listrik pada tangan kanan (RA), dimana tangan kanan positif (+), tangan kiri dan kaki kiri nol.
Nah, secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari SA node lalu meluncur ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke serabut purkinje. Arus itu bermuatan negatif (-). Jika arus itu menuju lead yang bermuatan positif (+), maka di kertas EKG akan muncul gelombang ke atas, (kan tarik-menarik gitu..), kalau arus itu menjauhi lead yang bermuatan (+) tersebut, maka di kertas EKG dia akan muncul sebagai gelombang ke bawah. (Arus menuju dan menjauhi lead itu layaknya bisa di imajinasikan sendiri kali ya, bayangkan saja lokasi leadnya dan arah arus elektrofisiologi jantungnya. Sama halnya jika diibaratkan, lead itu kayak orang yang lagi berdiri memandangi sebuah mobil yang lagi jalan dalam suatu arena balap. Ada orang yang melihat mobil itu dari sudut segini, ada yang dari segitu, jadi ntar penafsiran mereka beda-beda. Jika digabungkan, maka dapatlah mereka menyimpulkan apa yang terjadi dari mobil balap itu.)
Itulah mengapa arah gelombang di lead aVR bernilai negatif (gelombangnya terbalik), karena arah arus jantung berlawanan dengan arah lead/ menjauhi lead, sedangkan di lead-lead lainnya bernilai positif (gelombangnya ke atas).
Cara menentukan aksis dari kertas EKG itu adalah:
a. Lihat hasil di Lead I, perhatikan resultan gelombang di kompleks QRS. Jika resultan gaya Q, R dan S nya positif, (maksudnya jika gelombang R-nya lebih tinggi daripada jumlah Q dan S {bisa dihitung jumlah kotaknya}), maka lead I = positif (+). Jika R-nya lebih rendah daripada jumlah Q dan S, maka lead I = negatif (-). Ini semacam resultan gaya.
b. Lihat hasil di Lead aVF, perhatikan hal yang sama, apakah lead aVF nya positif atau negatif.
c. Jika masih ragu lihat lagi di Lead II (lead II hasilnya lebih bagus karena letak lead II searah dengan arah jantung normal). tentukan apakah lead II nya positif atau negatif.
Nah, cara menginterpretasikannya bisa dibuatkan tabel berikut ini:
Aksis / Lead
|
Normal
|
LAD
|
RAD
|
I
|
+
|
+
|
-
|
aVF
|
+
|
-
|
+
|
II
|
+
|
-
|
+
|
· Aksis Normal = ketiga lead tersebut bernilai positif, artinya jantung berada di antara aksis -30° sampai dengan 120° (ada yang menyebutkan sampai 100° saja).
· LAD (Left Axis Deviation), artinya aksis / arah proyeksi jantungnya bergeser ke kiri, atau di atas – 3o°. Kalau demikian tentu gak mungkin aVF atau lead II nya positif, pasti negatif kan.Ini biasa terjadi jika adanya pembesaran ventrikel kiri/ LVH (Left Ventricular Hypertrophy), sehingga arah jantungnya jadi ga normal lagi, agak naik gitu. Misalnya pada pasien-pasien hipertensi kronis dsb.
· RAD (Right Axis Deviation), artinya aksisnya bergeser ke kanan, atau di atas 120°. Kalau ke kanan tentu lead I-nya akan negatif, sedangkan aVF dan II positif. Biasanya ini terjadi jika adanya pembesaran jantung kanan/ RVH (Right Ventricular Hypertrophy).
d. Gelombang P
Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi atrium. Gelombang P yang normal:
· lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil ke kanan)
· tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke atas)
· selalu positif di lead II
· selalu negatif di aVR
Yang ditentukan adalah normal atau tidak:
· Normal
· Tidak normal:
· P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV, bisa karena hipertrofi atrium kanan.
· P-mitral: lebar > 0,12 detik dan muncul seperti 2 gelombang berdempet, bisa karena hipertrofi atrium kiri.
· P-bifasik: muncul gelombang P ke atas dan diikuti gelombang ke bawah, bisa terlihat di lead V1, biasanya berkaitan juga dengan hipertrofi atrium kiri.
e. PR Interval
PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai awal komplek QRS. Normalnya 0,12 – 0,20 detik (3 – 5 kotak kecil). Jika memanjang, berarti ada blokade impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV, dll.
Yang ditentukan: normal atau memanjang.
f. Kompleks QRS
Adalah representasi dari depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R dan S. Normalnya:
· Lebar = 0.06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil)
· tinggi tergantung lead.
Yang dinilai:
g. Gelombang Q: adalah defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P. Tentukan apakah dia normal atau patologis. Q Patologis antara lain:
· durasinya > 0,04 (1 kotak kecil)
· dalamnya > 1/3 tinggi gelombang R.
h. Variasi Kompleks QRS
· QS, QR, RS, R saja, rsR’, dll. Variasi tertentu biasanya terkait dengan kelainan tertentu.
· Interval QRS, adalah jarak antara awal gelombang Q dengan akhir gelombang S. Normalnya 0,06 – 0,12 detik (1,5 – 3 kotak kecil). Tentukan apakah dia normal atau memanjang
i. Tentukan RVH/LVH
Rumusnya,
· RVH jika tinggi R / tinggi S di V1 > 1
· LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1 > 35
j. ST Segmen
ST segmen adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal gelombang T. Bagian ini merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi ventrikel. Yang dinilai:
a. Normal: berada di garis isoelektrik
b. Elevasi (berada di atas garis isoelektrik, menandakan adanya infark miokard)
c. Depresi (berada di bawah garis isoelektrik, menandakan iskemik)
k. Gelombang T
Gelombang T adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai adalah:
· Normal: positif di semua lead kecuali aVR
· Inverted: negatif di lead selain aVR (T inverted menandakan adanya iskemik)
C. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
1. Persiapan Klien
a. Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan, termasuk penerangan untuk pengkajian
b. Klien sebaiknya berbaring dengan badan bagian atas sedikit terangkat, dan pemeriksa sebaiknya berdiri disisi kanan klien.
c. Minta klien untuk tidak berbicara selama pemeriksaan kecuali diminta oleh pemeriksa.
d. Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan kekuatiran tentang hasil selama pengkajian.
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
a. Kaji riwayat merokok, penggunaan alkohol, pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan, dan pola diet termasuk pemasukannya
b. Apakah klien mendapat pengobatan untuk fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan?
c. Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau ketidaknyamanan pada dada, palpitasi, kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema pada kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-gejala ini terjadi saat istirahat atau latihan.
d. Bila terjadi nyeri dada, tentukan apakah hal tersebut murni karena jantung (Rossi dan Leary, 1992 dikutip dari Potter, 1996), nyeri angina biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang dalam, substernal dan menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai ke rahang; Tentukan frekuensinya. Apakah nyeri menyebar ke lengan, bahu, atau leher? Apakah nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis.
e. Apakah klien menjalani gaya hidup yang penuh stres
f. Kaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit jantung seperti hipertensi, stroke, kolesterol tinggi, atau penyakit jantung rematik. Apakah klien mengetahui adanya hipertensi atau penyakit jantung tersebut
g. Apakah klien mengalami diabetes atau gejala awal diabetes, penyakit paru atau obesitas
h. Tentukan apakah klien minum minuman mengandung kafein yang berlebihan.
i. Kaji kebiasaan makan klien seperti mengkonsumsi lemak, natrium.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum Pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi, dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku pasien.
b. Kaji Tanda Tanda Vital
· Pernapasan :
Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu diperhatikan :
- posisi badan, untuk menilai ortopnea
- ekspresi muka, untuk menilai keadaan emosi atau stress pada pernapasan
- pernapasan pada gerak badan dibandingkan dengan pernapasan pada keadaan istirahat
- tanda-tanda objektif dispnea.
· Nadi
Kriteria keadaan nadi :
- Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit.
- Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu selisih antara frekuensi nadi dan denyut jantung per menit.
- Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup.
- Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke atau down stroke.
- Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah dalam arteri.
- Perabaan arteri, untuk mengetahui keadaan (kondisi) dinding arteri.
· Tekanan Darah
Tekanan darah banyak bergantung pada :
- Curah jantung, yang merupakan cerminan fungsi jantung
- Resistensi vaskular perifer (TPR), ditentukan oleh diameter pembuluh darah perifer.
- Tonus dan elastisitas arteri, menggambarkan kondisi dinding pembuluh darah perifer.
- Volum darah dalam arteri, menunjukkan jumlahnya darah intravaskular.
- Viskositas darah, menunjukkan kondisi cairan intravaskular.
Inspeksi
n Perhatikan bentuk prekordial, apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris (voussure cardiaque), yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan congenital
n Garis anatomis pada permukaan badan yang penting pada permukaan dada ialah :
- garis tengah sternal (mid sternal line/MSL)
- garis tengah klavikular (mid clavicular
- line/MCL)
- garis anterior line (anterior axillary
- line/AAL)
- garis para sternal kiri dan kanan
- (parastrenal line/PSL)
Palpasi Jantung
n Pada palpasi jantung telapak tangan diletakkan di atas prekordium dan dilakukan perabaan di atas iktus kordis (apical impulse)
n Lokasi point of maximal impulse (PMI) terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedangkan pada bentuk dada yang pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral.
Perkusi Jantung
Cara Perkusi
n Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri. Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besamya jantung.
n Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar ke kiri dan ke kanan.
n Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah.
n Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol ke arah lateral.
n Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/ atau ke kiri atas.
n Pada perikarditis pekak jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri.
n Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.
Auskultasi Jantung
Bunyi jantung I ditimbulkan karena
n kontraksi yang mendadak terjadi pada awal sistolik meregangnya daun-daun katup mitrai dan trikuspid yang mendadak akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan cepat,
n meregangnya dengan tiba-tiba chordae tendinea yang memfiksasi daun-daun katup yang telah menutup dengan sempurna,
n dan getaran kolom darah dalam outflow tract (jalur keluar) ventrikel kiri dan dinding pangkal aorta dengan sejumlah darah yang ada di dalamnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I, yaitu :
n kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya.
n Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel.
n Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah.
BJ II ditimbulkan karena
n vibrasi akibat penutupan katup aorta (komponen aorta),
n penutupan katup pulmonal (komponen pulmonal),
n perlambatan aliran yang mendadak dari darah pada akhir ejeksi sistolik,
n dan benturan balik dari kolom darah pada pangkal aorta dan membentur katup aorta yang baru tertutup rapat.
BJ III terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid filling). Vibrasi yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada pengisian ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul oleh perlambatan aliran pengisian
n Bunyi jantung IV: dapat terdengar bila kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada keadaan tekanan akhir diastol ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan dorongan pengisian yang lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih kuat.
Bunyi Jantung Tambahan
Bunyi Ekstra Kardial
n Gerakan perikard (pericardial friction rub) terdengar pada fase sistolik dan diastolik akibat gesekan perikardium viseral dan parietal. Bunyi ini dapat ditemukan pada perikarditis.
Bising (Desir) Jantung (Cardiac Murmur)
n Bising jantung ialah bunyi desiran yang terdengar memanjang, yang timbul akibat vibrasi aliran darah turbulen yang abnormal.
Intensitas Bunyi Murmur
intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat
kerasnya suara dibedakan :
n Derajat I : bunyi murmur sangat lemah dan hanya dapat terdengar dengan upaya dan perhatian khusus.
n Derajat II : bunyi bising lemah, akan tetapi mudah terdengar.
n Derajat II : bunyi bising agak keras.
n Derajat IV : bunyi bising cukup keras.
n Derajat V : bunyi bising sangat keras.
n Derajat VI : bunyi bising paling keras.
Kualitas Bunyi (Timbre)
Kualitas bunyi dibedakan :
n Bising musikal yaitu bunyi yang terdiri dari bunyi-bunyi dengan frekuensi dari satu atau beberapa gelombang nada dasar.
n Bising dengan suara meniup (blowing) yaitu terdengar seperti suara meniup dengan nada yang rendah.
n Bising dengan suara desiran (harsh) berupa desir halus, seperti suara meniup dengani nada yang tinggi.
n Bising dengan suara geram (rumbling), terdengar seperti suara menggeram yang agak keras dengan nada yang rendah
PEMERIKSAAN TEKANAN VENA JUGULARIS
a. Penderita mula-mula disuruh berbaring tanpa bantal, bila titik kolaps tidak nampak penderita disuruh pakai bantal
b. Membuat penderita berbaring dengan kepala membuat sudut 30 derajat,
c. Leher penderita harus diluruskan
d. Lakukan penekanan pada vena jugularis di bawah angulus mandibula dan kemudian cari dan tentukan titik kolaps
e. Tentukan jaraknya berapa cm dari bidang yang melalui angulus ludovici (patokan jarak dari vena cava superior + 5 cm /selanjutnya disebut R cm)
f. Bila permukaan titik kolaps vena jugularis berada 5cm dibawah bidang horizontal yang melalui angulus ludovici, maka tekanan vena jugularis (CVP) sama dengan R-5 cm H20, sedang bila titik kolapsnya berasa 2 cm diatas berarti CVP R + 2 cm H20
g. Bila hasil CVP kiri dan kanan berbeda, maka diambil CVP yang lebih rendah
.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengertian
Decompensasi cordis adalah keadaan patofisiologik dimana jantung pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan (Price, 1994: 583). Pengertian lain menyebutkan bahwa dekompensasi cordis adalah ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan kebutuhan oksigen jaringan (Doenges, 2000: 48). Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa dekompensasi cordis merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
B. Etiologi
Menurut Price (1994:584) decompensasi cordis adalah sebagai berikut:
1. Kelainan mekanis.
a. Peningkatan beban tekanan
1) Sentral (stenosis aorta dan sebagainya)
2) Perifer (hipertensi sistemik dan sebagainya)
b. Peningkatan beban volume (regurgitasi katub, pirau, peningkatan beban awal dan sebagainya)
c. Obstruksi terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitralis atau trikus pidalis).
d. Tamponade perikardium.
e. Restriksi endokardium atau miokardium.
f. Aneurisme ventrikel.
g. Dis sinergi ventrikel.
2. Kelainan miokardium
a. Primer
1) Kardiomiopati.
2) Miokarditis.
3) Kelainan metabolik.
4) Toksisitas, (alkohol, obat dan sebagainya).
5) Presbikardia.
b. Kelainan dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis) .
1) Kekurangan oksigen (penyakit jantung koroner).
2) Kelainan metabolik.
3) Inflamasi.
4) Penyakit sistemik.
5) Penyakit paru obstruktif menahun.
3. Berubahnya irama jantung atau urutan konduksi.
a. Henti jantung.
b. Fibrilasi.
c. Takikardi atau bradikardi yang berat.
d. Asinkronisasi listrik, gangguan konduksi.
C. Gejala klinis
Klasifikasi fungsional dari the new york heart association umum dipakai untuk menyatakan hubungan antara awal gejala dan derajat latihan fisik yaitu:
Kelas I: Bila klien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
Kelas II: Bila klien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas III: Bila klien tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas IV: Bila klien sama sekali tidak dapat melakukan aktivitas apapun, klien harus tirah baring.
Adapun tanda dan gejalanya menurut Chung (1995: 234-236) adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan/ kelemahan.
2. Dispnea.
3. Ortopne.
4. Dispne nokturia paroksimal.
5. Batuk.
6. Nokturia.
7. Anoreksia.
8. Nyeri kuadran kanan atas.
9. Takikardia.
10. Pernapasan cheyne-stokes.
11. Sianosis.
12. Ronkhi basah
13. Peninggian tingkat pulsasi vena jugularis.
14. Hepatosplenomegali.
15. Asites.
16. Edema perifer
D. Pengkajian fokus
Menurut Doenges (2000: 52) pengkajian fokusnya adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas/ istirahat.
Gejala : Keletihan atau kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda : Gelisah, perubahan status menilai mental, misal letargi, tanda vital berubah pada aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, episode gagal jantung kiri (sebelumnya), penyakit katub jantung, endokarditis, sistemik lupus erythematosus, anemia, syok septik.
Bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen :sabuk terlalu ketat” (pada gagal bagian kanan).
Tanda : Tekanan darah mungkin darah rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau kronis) atau tinggi (kelebihan beban cairan). Tekanan nadi mungkin sempit, menunjukkan penurunan volume sekuncup, frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri).
Bunyi jantung: S2 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan adanya stenosis katub atau insufisiensi.
Punggung kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar: pembesaran atau dapat teraba: reflek hepatojugularis. Bunyi napas: brekels, ronki.
3. Integritas ego
Gejala : Ansietas, kuatir, batuk, stres yang berhubungan dengan penyakit atau keprihatinan finansial.
Tanda : Berbagai manifestasi prilaku, misal ansietas, marah, ketakutan, mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, abdomen berwarna gelap, berkemih malam hari, diare atau konstipasi.
5. Makanan/ cairan.
Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/ muntah, penambahan BB signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian atau sepatu sesak, diet tinggi garam atau makanan yang telah diproses, lemak, gula dan kafein, penggunaan diuritik.
Tanda : Penambahan berat badan tetap.
Distensi abdomen (asites), edema, (umum, depender, tekanan, pitting).
6. Hygiene
Gejala : Keletihan atau kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi, kusut pikiran, disorientasi, mudah tersinggung.
8. Nyeri/ ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
Tanda : Tidak tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), prilaku melindungi diri.
9. Pernafasan
Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal, batuk dengan tanpa pembentukkan sputum, riwayat penyakit paru kronis, gangguan bantuan pernapasan.
Tanda : Pernafasan takipnea, nafas dangkal, batuk kering/ nyaring/ non produktif atau terus menerus dengan tanpa sputum, dengan krakels basiler dan mengi.
Fungsi mental: mungkin menurun, letargi, kegelisahan, warna kulit: pucat atau sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan atau tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran atau pengajaran
Gejala : Menggunakan atau lupa menggunakan alat-alat jantung.
Tanda : Bukti tentang ketidakberhasilan atau meningkatkan.
E. Patofisiologi
Patofisiologi decompensasi cordis/ gagal jantung menurut Price (1994: 583) adalah sebagai berikut:
1. Gagal jantung kiri
Kegagalan dari pemompaan oleh ventrikel kiri mengakibatkan curah jantung menurun. Akibat ke depan menimbulkan gejala kelemahan atau kelelahan. Sedangkan akibat ke belakang mengakibatkan toleran dan volume akhir diastole meningkat sehingga terjadi bendungan vena pulmonalis, kemudian terjadi di paru-paru. Akibat adanya sisa tekan di ventrikel kiri mengakibatkan rangsang hipertrofi sel yang menyebabkan kardiomegali. Beban atrium kiri meningkat dan akhirnya terjadi peningkatan beban vena pulmonalis, kemudian mendesak paru-paru dan akhirnya terjadi oedema. Hemoptisis dapat terjadi pada dekompensasi kordis karena dinding kapiler jantung sangat tipis dan rentan sehingga dapat mengakibatkan perdarahan.
2. Gagal jantung kanan
Gangguan pompa ventrikel kanan mengakibatkan aliran darah ke paru-paru menurun ada akhirnya curah jantung menurun. Tekanan dan volume akhir diastole ventrikel meningkat sehingga terjadi bendungan di atrium kanan yang mengakibatkan bendungan vena kava. Akibat bendungan di vena kava maka aliran vena hepatikum, vena dari lien terbendung akhirnya timbul hepatosplenomegali, asites, edema perifer terutama kaki.
F. Diagnosa dan Fokus intervensi
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial (Doenges, 2000: 55).
Kriteria hasil:
a. Menunjukkan tanda vital dalam batas normal.
b. Melaporkan penurunan episode dispnea, angina.
c. Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi:
a. Palpasi nadi perifer dan pantau tekanan darah.
b. Kaji kulit terhadap pucat dan sianosis.
c. Pantau haluaran urine.
d. Kaji perubahan pada sensori, contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas dan depresi.
e. Periksa nyeri tekan betis, pembengkakan, kemerahan lokal atau pucat pada ekstremitas.
f. Pemberian cairan IV, hindari cairan garam.
2. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus.
a. Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksigenasi dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.
b. Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/ situasi.
Intervensi:
a. Auskultasi bunyi napas, catat krekels, mengio.
b. Anjurkan pasien batuk efektif, napas dalam.
c. Dorong perubahan posisi sering.
d. Pertahankan duduk dengan posisi semi fowler, gotong tangan dengan bantal.
e. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/ kebutuhan, kelebihan.
Kriteria hasil:
a. Berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.
b. Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan dan tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.
Intervensi:
a. Periksa tanda vital sebelum dan setelah aktivitas.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea, berkeringat, pucat.
c. Kaji penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri, obat.
d. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas.
e. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
f. Kolaborasi program rehabilitasi jantung/ aktivitas.
4. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/ air.
Kriteria hasil:
a. Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran, berat badan stabil dan tak ada edema.
b. Menyatakan pemahaman tentang/ pembatasan cairan individual.
Intervensi:
a. Pantau haluaran urine, catat jumlah dan warna.
b. Pantau/ hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
c. Pertahankan tirah baring dengan posisi semi fowler.
d. Timbang berat badan tiap hari.
e. Pantau tanda vital (TD).
f. Kaji bising usus, catat keluhan anoreksia, misal: distensi abdomen, konstipasi.
g. Berikan makanan yang mudah dicerna porsi kecil dan sering.
5. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan integritas kulit.
b. Mendemonstrasikan prilaku/ teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi:
a. Lihat kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/ pigmentasi, atau kegemukan/ kurus.
b. Ubah posisi sering di tempat tidur/ kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/ aktif.
c. Berikan perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembapan/ eksresi.
d. Hindari obat intramuskuler.
e. Kolaborasi pemberian tekanan alternatif/ kasur.
6. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Tujuan dan Kriteria hasil:
a. Meningkatkan masukan oral.
b. Menunjukkan tidak adanya tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi:
a. Identifikasi faktor-faktor yang mendukung, mual-muntah, nyeri, dispnea yang berat.
b. Atur tindakan pernapasan satu jam sebelum makan.
c. Auskultasi bunyi abdomen, observasi distensi abdomen.
d. Berikan makan dalam porsi kecil tapi sering.
e. Evaluasi status nutrisi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Sistem kardiovaskuler merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung. Darah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel-sel pada berbagai jaringan tubuh untuk keperluan metabolisme. Dalam melaksanakan fungsinya sistem kardiovaskuler melibatkan organ jantung, pembuluh darah dan darah.
- Elektrokardiogram( EKG ) adalah suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung.
- Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
- dekompensasi cordis merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
B. Saran
Bagi Mahasiswa STIKes Kuningan
- Mahasiswa lebih mengatahui lebih dalam tentang Anatomi Sistem Kardiovaskuler, di karena kan sistem kardiovaskuler merupakan sistem anatomi tubuh yang berperan sangat vital dalam kehidupan manusia.
- Dengan adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita. Benar bahwa EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total.
- Guna dalam pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih banyak. Bacalah di mana pun Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu pada materi ini, tetapi bacalah dari berbagai sumber pengetahuan tentang EKG.Kenalilah lebih dalam dulu dasar-dasar tentang EKG,maka seorang perawat akan dapat menguasai materi dan mampu untuk mempraktekannya.
- Mahasiswa diharapkan bisa melakukan pemeriksaan fisik pada sistem kardiovaskuler dengan benar guna menegakan diagnosa keperawatan serta melakukan asuhan keperawtan dengan baik.
- Lebih mampu mengenali tentang keperawatan kritis pada sistem kardiovaskuler, serta mampu menerapkan asuhan keperawatan secara baik dan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar