BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Dermatitis adalah penyakit kulit gatal-gatal,
kering, dan kemerahan. Dematitis juga dapat didefinisikan sebagai peradangan
pada kulit, baik karena kontak langsung dengan zat kimia yang mengakibatkan
iritasi, atau reaksi alergi.
Dengan kata lain, dermatitis adalah
jenis alergi kulit. Selain penyebab bahan-bahan kimia, sering kali dermatitis
terjadi ketika kulit sensitive kontak langsung dengan perhiasan logam biasanya
emas dengan kadar rendah atau perhiasan perak dan kuningan. Jika Anda mengalami
kulit kering dan gatal, tidak ada salahnya untuk berkonsultasi pada dokter,
apakah yang terjadi pada kulit Anda teridentifikasi dermatitis.
Jika Anda teridentifikasi
dermatitis, maka pertama kali yang harus Anda ketehui adalah penyebab dari
penyakit kulit tersebut. Pastikan Anda menghindari penyebab dari iritasi dan
alergi. Jangan pernah menggaruk, meskipun rasa gatal tidak tertahankan. Sebab
menggaruk tidak akan membuat hilang rasa gatal, melainkan akan memperparah
ketidaknyamanan Anda. Sebab menggaruk akan menyebabkan kulit lebih rentan
terhadap infeksi kulit dan penyakit kulit lainnya.
Biasanya rasa gatal timbul karena area kulit tersebut kering maka gunakan
pelembab untuk mengurangi rasa gatal. Gunakan obat kulit untuk dermatitis, juga
akan membantu mengurangi rasa gatal.
Dermatitis tidak hanya terjadi pada
orang dewasa tetapi juga pada anak-anak. Tipe dermatitis yang sering terjadi
pada anak-anak yaitu dermatitis atopik yang meruapakan suatu gejala eksim
terutama timbul pada masa kanak-kanak. GeJala ini biasanya timbul pada usia
sekitar 2 bulan sampai 1 tahun den sekitar 85% pada usia kurang dari 5 tahun.
Pada keadaan akut, gejalanya berupa kulit kemerahan, kulit melenting berisi
cairan, basah dan sangat gatal. Kadang-kadang disertai infeksi sekunder yang menimbulkan
nanah.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum mengenai Dermatitis
meliputi konsep dasar (anatomi
fisiologi, definisi, etiologi,
patofisiologi, pathway, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan
penunjang, serta penatalaksanaan medis), asuhan keperawatan secara teori
(pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi),
tinjauan kasus dan pembahasan kasus.
2.
Tujuan
Khusus
a
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan kasus Dermatitis pada gangguan system integumen
b
Mampu melakukan
pendidikan kesehatan pada pasien dengan kasus Dermatitis pada gangguan system integumen
c
Mampu mengidentifikasi masalah-masalah penelitian
yang berhubungan dengan kasus gangguan sistem integumen dan menggunakan
hasil-hasil penelitian dalam mengatasi masalah dengan kasus gagguan system integumen
d
Mampu melakukan fungsi
advokasi pada kasus dengan kasus Dermatitis pada gangguan system integumen
e
Mampu mendemonstrasikan
intervensi keperawatan kasus Dermatitis pada gangguan system integumen
C.
Rumusan
Masalah
Dilihat
dari latar belakang, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana
melakukan simulasi asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system integumen ( Dermatitis ) pada berbagai tingkat
usia dengan memperhatikan aspek legal dan etis”.
D.
Metode
Penulisan
Metode yang
digunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan data, yaitu studi
kepustakaan untuk mendapatkan sumber-sumber teoritis yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan dengan kasus gangguan system integumen.
Sistematika
Penulisan digunakan untuk menyusun urutan makalah secara lebih rinci dan jelas,
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini, maka penulis
menguraikan sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan, meliputi Latar Belakang,
Tujuan, Rumusan Masalah, Metode Penulisan.
BAB II Tinjauan
Teoritis, meliputi Anatomi dan Fisiologi Sistem Integumen, Konsep Penyakit
(LP Kasus), Konsep Askep ( Pengkajian – Evaluasi), Identifikasi Masalah -
Masalah Penelitian yang b.d Kasus (
Telaah Jurnal ), Fungsi Advokasi sesuai dengan Kasus.
BAB III
Pembahasan Kasus, meliputi Scenario dan Jawaban
Scenario.
BAB IV Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Anatomi
Dan Fisiologi Sistem Integumen
Integumen
(kulit) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, membungkus otot-otot dan
organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan
kelenjar yang tidak berujung.Integumen menyusun 16 % dari total berat badan.
Komponen dalam sistem
integumen :
1. Kulit
Terdiri
dari tiga lapisan yaitu epidermis, dermis, dan lemak subkutan (hypodermis).
2. Struktur
assesoris
Terdiri
dari rambut, kuku, dan kelenjar eksokrin multiselular.
Fungsi
kulit :
1. Proteksi
Melindungi
jaringan dan organ yang terbungkus dalam kulit dari bakteri, virus, jamur,
abrasi, bahan kimia, dan trauma
2. Ekskresi
Pengeluaran
garam, air, dan sampah-sampah organic dari kelenjar integument
3. Keseimbangan
Mengatur
agar suhu tubuh tetap seimbang (normal), dimana kehilangan panas dan
penyimpanan panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit,
dan dapat terjadi evaporasi jika dibutuhkan
4. Sintesa
vitamin D
Diperlukan
untuk metabolisme kalsium
5. Penyimpanan
Lemak
disimpan di lapisan subkutan (hypodermis)
6. Deteksi
Dapat
mendeteksi sentuhan, tekanan, nyeri, stimulus suhu, nikmat. Hal ini dapat
terjadi karena adanya jalinan ujung-ujung syaraf yang saling bertautan
Fungsi
sruktur assosoris :
Sebagai nilai kosmetik
KULIT
1.
Lapisan
epidermis
Merupakan lapisan terluar yang terdiri
epithel squamosa bertingkat. Adanya lapisan ini dapat memberikan proteksi dari
stimulus mekanik dan mikroorganisme dari luar tubuh.Lapisan pada epidermis dari
bagian dasar sampai bagian paling atas, terdiri dari :
a. Stratum
germinativum
Merupakan
lapisan epidermis yang terdalam, dapat juga disebut stratum basal. Pada
stratum germinativum sebagian besar terdiri dari sel –sel epidermis yang tidak
berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis.
Kalau sel ini mengalami mitosis , salah satu sel anak akan tetap berada di
lapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan sel yang lain bermigrasi
ke atas menuju stratum spinosum.
b. Stratum
spinosum
Stratum
spinosum dapat juga disebut lapisan spiny
(lapisan berduri) yang terdiri dari 8 –
10 lapisan sel langerhans yang berperan dalam respon immune. Sel-sel ini
sebagai mekanisme pertahanan saat mikroorganisme akan memasuki lapisan
superficial epidermis dan perlindungan lapisan superficial dari kanker kulit.
c. Stratum
granulosum
Stratum granulosum dapat juga disebut lapisan grainy (lapisan butir padi) yang
terdiri dari 3 – 5 lapisan keratinosit. Keratinosit
membuat protein keratin dan keratohyalin dalam jumlah yang besar.
Pada manusia, keratin merupakan komponen dasar dalam pembentukan rambut dan
kuku.
d. Stratum
lucidum
Stratum lucidum merupakan lapisan bersih yang menutupi
stratum granulosum. Sel pada stratum lucidum berbentuk datar, padat, dan penuh
dengan keratin.
e. Stratum
korneum
Merupakan lapisan tidak berinti tetapi bertanduk, yang
terdiri dari 15 – 30 lapisan sel keratin.
2.
Lapisan
dermis
Lapisan dermis terletak diantara lapisan
epidermis dan subkutan (hypodermis). Dermis terdiri dari serabut – serabut
kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar.
Matriks kulit mengandung pembuluh – pembuluh darah dan syaraf yang menyokong
dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh.
Lapisan dermis
terdiri dari dua komponen utama yaitu :
a. Lapisan
papilla
Terdiri dari
jaringan areolar, dimana pada lapisan ini terdiri dari kapiler dan syaraf –
syaraf sensoris yang mensupply permukaan kulit.
b. Lapisan
reticular
Merupakan
lapisan yang lebih dalam dari pada lapisan papilla. Terdiri
dari serat kolagen, organ accessories, pembuluh darah, kelenjar getah bening,
dan serabut syaraf.
3.
Lapisan
subkutan (hypodermis)
Lapisan subkutan terdiri dari jaringan
areolar dan adipose. Pada lapisan ini mengandung sedikit kapiler dan tidak
mengandung organ vital. Selama
manusia mengalami pertumbuhan, distribusi lemak subkutan juga mengalami
perubahan, terutama ketika memasuki masa pubertas.
Warna kulit
Warna kulit sebagai hasil interaksi antara :
1. Pigmen
pada lapisan epidermis
Pada
lapisan epidermis terdapat dua pigemen yaitu karotin dan melanin.
Karotin merupakan pigmen oranye – kuning yang normalnya terakumulasi di sel
epidermis. Melanin merupakan pigmen coklat, kuning – coklat, atau hitam yang
diproduksi oleh melanosit. Melanosit terletak di stratum germinativum.
2. Sirkulasi
pada lapisan dermis
Darah
terdiri dari sel darah merah yang berisi pigmen haemoglobin yang
mentransportasikan oksigen ke dalam pembuluh darah. Pada keadaan tertentu
seperti adanya inflamasi, penurunan maupun peningkatan sirkulasi, dapat
menimbulkan adanya perubahan pada warna kulit seperti kulit berwarna kemerahan,
pucat, bahkan sianosis.
Struktur
accessories
1.
Folikel
rambut dan rambut
Rambut hampir menutupi seluruh permukaan
kulit, kecuali pada telapak tangan, sisi jari, bibir, dll. Tubuh manusia
memiliki sekitar 5 juta rambut, dan 98 % terletak pada tubuh dan bukan di
kepala. Rambut diproduksi oleh suatu organ, yang disebut folikel rambut, dimana
folikel ini memerlukan kerjasama yang kompleks antara epidermis dan dermis.
2.
Kelenjar
pada kulit
a.
Kelenjar
sebasea (kelenjar minyak)
Merupakan
kelenjar holokrin yang mensekresikan minyak ke folikel rambut. Kelenjar sebasea
juga memproduksi lipid dalam jumlah besar, yang sekresinya disebut sebum (terdiri dari trigliserida,
kolesterol, protein, dan elektrolit). Sebum dapat menghambat pertumbuhan
bakteri, lubrikasi dan proteksi keratin pada rambut dan sekitar kulit.
b.
Kelenjar
sudorifera (kelenjar keringat)
Pada kulit terdapat dua
tipe kelenjar sudorifera (kelenjar keringat) :
1) Kelenjar
keringat apokrin
Terletak
di axilla, sekitar papilla mammae, dan femur. Kelenjar apokrin memulai
sekresinya saat usia pubertas. Sel yang mensekresikan keringat pada kelenjar
apokrin ini adalah myoepithelial cell. Aktivitas
sekresi dan kontraksi sel myoepitheial dikontrol oleh system syaraf dan
sirkulasi hormone.
2) Kelenjar
keringat merokrin
Kelenjar keringat
merokrin dapat juga disebut kelenjar keringat ekrin. Kelenjar ini mempunyai
distribusi yang lebih lebar, dan struktur anatomis yang lebih kecil jika
dibandingkan dengan kelenjar apokrin.
Pada orang dewasa
mempunyai sekitar 2 – 5 juta kelenjar merokrin (ekrin). Keringat 99 % terdiri
dari air, selain itu juga mengandung elektrolit, nutrisi organic, dan zat
sampah produksi. Keringat mempunyai PH 4 – 6,8 dan dengan adanya elektrolit
memberikan suasana seperti garam.
3.
KUKU
B.
Konsep
Penyakit Dermatitis (LP Kasus)
1.
Pengertian
Dermatitis
Dermatitis
berasal dari kata dermo- (kulit) -itis (radang/inflamasi), sehingga dermatitis
dapat diterjemahkan sebagai suatu keadaan di mana kulit mengalami inflamasi.
Dermatitis
adalah suatu peradangan pada dermis dan epidermis yang dalam perkembangannya
memberikan gambaran klinik berupa efloresensi polimorf dan pada umumnya
memberikan gejala subjektif gatal. (Mulyono :1986)
Dermatitis
adalah peradangan epidermis dan dermis yang memberikan gejala subjektif gatal
dan dalam perkembangannya memberikan efloresensi yang polimorf. (Junaidi
Purnawan : 1982)
Dermatitis
adalah peradangan kulit ( epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap
pengaruh faktor eksogen atau pengaruh faktor endogen, menimbulkan kelainan
klinis berupa efloresensi polimorfik ( eritema, edema, papul, vesikel, skuama )
dan keluhan gatal ( Djuanda, Adhi, 2007 ).
Dermatitis adalah peradangan pada kulit
( imflamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari dan
pembentukkan sisik ( Brunner dan Suddart 2000 ). Jadi dermatitis adalah
peradangan kulit yang ditandai oleh rasa gatal.
Dermatitis adalah epidermo yang berupa
gejala subyektif pruritus dan obyektif tampak imflamasi eritema. (Arief
Masjoer. 1998. Kapita Selekta. Edisi 3. Jakarta : EGC)
Dermatitis adalah peradangan pada kulit
( umlamasi pada kulit ) yang disertai dengan pengelupasan kulit ari.( Brunner
dan Suddart dan pembentukkan sisik 2000 )
2. Patogenesis / Etiologi
Berdasarkan etiologinya dermatitis
dibagi dalam type :
a. Dermatits kontak
1) Dermatitis kontak toksis akut. Suatu
dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer kuat / absolut. Contok : H2SO4 ,
KOH, racun serangga.
2) Dermatitis Kontak Toksis Kronik.
Suatu dermatitis yang disebabkan oleh iritan primer lemah / relatif. Contoh :
sabun , detergen.
3) Dermatitis Kontak Alergi. Suatu
dermatitis yang disebabkan oleh alergen . Contoh : logam (Ag, Hg), karet,
plastik, popok atau diaper pada anak-anak, dll.
b. Dermatitis
Atopik. Suatu peradangan menahun pada lapisan epidermis yang disebabkan zat-zat
yang bersifat alergen. Contoh : inhalan (debu, bulu).
c. Dermatitis Perioral. Suatu penyakit
kulit yang ditandai adanya beruntus-beruntus merah disekitar mulut. Penyebabnya
tidak diketahui dan bisa muncul pemakaian salep kortikosteroid diwajah untuk
mengobati suatu penyakit.
d. Dermatitis
Statis. Suatu peradangan menahun pada tungkai bawah yang sering meninggalkan
bekas, yang disebabkan penimbunan darah dan cairan dibawah kulit, sehingga
cenderung terjadi varises dan edema.
3.
Gejala klinis / manifestasi klinis
Secara umum
manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif ada tanda–tanda
radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan
suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi
kulit (function laisa). Sedangkan secara Obyektif, biasanya batas kelainan
tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau
beturut-turut.
a. Dermatitis Kontak.
Gatal-gatal , rasa tidak enak karena kering, kulit berwarna
coklat dan menebal.
b. Dermatitis Atopik.
Gatal-gatal , muncul pada beberapa
bulan pertama setelah bayi lahir, yang mengenai wajah, daerah yang tertutup
popok, tangan, lengan dan kaki.
c. Dermatitis Perioral.
Gatal-gatal bahkan menyengat, disekitar bibir tampak
beruntus-beruntus kecil kemerahan.
d. Dermatitis Statis.
Awalnya kulit merah dan bersisik, setelah beberapa minggu /
bulan , warna menjadi coklat.
4. Patofisiologi
a. Dermatitis Kontak Iritan
Pada dermatitis kontak iritan
kelainan kulit timbul akibat kerusakan sel yang disebabkan oleh bahan iritan melalui
kerja kimiawi maupun fisik. Bahan iritan merusak lapisan tanduk, dalam beberapa
menit atau beberapa jam bahan-bahan iritan tersebut akan berdifusi melalui
membran untuk merusak lisosom, mitokondria dan komponen-komponen inti sel.
Dengan rusaknya membran lipid keratinosit maka fosfolipase akan diaktifkan dan
membebaskan asam arakidonik akan membebaskan prostaglandin dan leukotrin yang
akan menyebabkan dilatasi pembuluh darah dan transudasi dari faktor sirkulasi
dari komplemen dan system kinin. Juga akan menarik neutrofil dan limfosit serta
mengaktifkan sel mast yang akan membebaskan histamin, prostaglandin dan
leukotrin. PAF akan mengaktivasi platelets yang akan menyebabkan perubahan
vaskuler. Diacil gliserida akan merangsang ekspresi gen dan sintesis protein.
Pada dermatitis kontak iritan
terjadi kerusakan keratisonit dan keluarnya mediator- mediator. Sehingga
perbedaan mekanismenya dengan dermatis kontak alergik sangat tipis yaitu
dermatitis kontak iritan tidak melalui fase sensitisasi.
Ada dua jenis bahan iritan yaitu :
1) Iritan kuat
akan menimbulkan kelainan kulit pada pajanan pertama pada hampir semua orang.
2) Iritan lemah
hanya pada mereka yang paling rawan atau mengalami kontak berulang-ulang.
Faktor kontribusi, misalnya kelembaban udara, tekanan, gesekan dan
oklusi, mempunyai andil pada terjadinya kerusakan tersebut.
b.
Dermatitis Kontak Alergi
Pada dermatitis kontak alergi, ada
dua fase terjadinya respon imun tipe IV yang menyebabkan timbulnya lesi
dermatitis ini yaitu :
1) Fase Sensitisasi
Fase sensitisasi disebut juga fase
induksi atau fase aferen. Pada fase ini terjadi sensitisasi terhadap individu
yang semula belum peka, oleh bahan kontaktan yang disebut alergen kontak atau
pemeka. Terjadi bila hapten menempel pada kulit selama 18-24 jam kemudian hapten
diproses dengan jalan pinositosis atau endositosis oleh sel LE (Langerhans
Epidermal), untuk mengadakan ikatan kovalen dengan protein karier yang berada
di epidermis, menjadi komplek hapten protein. Protein ini terletak pada membran
sel Langerhans dan berhubungan dengan produk gen HLA-DR (Human Leukocyte
Antigen-DR). Pada sel penyaji antigen (antigen presenting cell).
Kemudian sel LE menuju duktus Limfatikus dan ke parakorteks
Limfonodus regional dan terjadilah proses penyajian antigen kepada molekul CD4+
(Cluster of Diferantiation 4+) dan molekul CD3. CD4+berfungsi sebagai pengenal
komplek HLADR dari sel Langerhans, sedangkan molekul CD3 yang berkaitan dengan
protein heterodimerik Ti (CD3-Ti), merupakan pengenal antigen yang lebih
spesifik, misalnya untuk ion nikel saja atau ion kromium saja. Kedua reseptor
antigen tersebut terdapat pada permukaan sel T. Pada saat ini telah terjadi
pengenalan antigen (antigen recognition). Selanjutnya sel Langerhans dirangsang
untuk mengeluarkan IL-1 (interleukin-1) yang akan merangsang sel T untuk
mengeluarkan IL-2. Kemudian IL-2 akan mengakibatkan proliferasi sel T sehingga
terbentuk primed me mory T cells, yang akan bersirkulasi ke seluruh tubuh
meninggalkan limfonodi dan akan memasuki fase elisitasi bila kontak berikut
dengan alergen yang sama. Proses ini pada manusia berlangsung selama 14-21
hari, dan belum terdapat ruam pada kulit. Pada saat ini individu tersebut telah
tersensitisasi yang berarti mempunyai resiko untuk mengalami dermatitis kontak
alergik.
2) Fase elisitasi
Fase elisitasi atau fase eferen terjadi
apabila timbul pajanan kedua dari antigen yang sama dan sel yang telah
tersensitisasi telah tersedia di dalam kompartemen dermis. Sel Langerhans akan
mensekresi IL-1 yang akan merangsang sel T untuk mensekresi Il-2. Selanjutnya
IL-2 akan merangsang INF (interferon) gamma. IL-1 dan INF gamma akan merangsang
keratinosit memproduksi ICAM-1 (intercellular adhesion molecule-1) yang
langsung beraksi dengan limfosit T dan lekosit, serta sekresi eikosanoid.
Eikosanoid akan mengaktifkan sel mast dan makrofag untuk melepaskan histamin
sehingga terjadi vasodilatasi dan permeabilitas yang meningkat. Akibatnya
timbul berbagai macam kelainan kulit seperti eritema, edema dan vesikula yang
akan tampak sebagai dermatitis.
Proses peredaan atau penyusutan
peradangan terjadi melalui beberapa mekanisme yaitu proses skuamasi, degradasi
antigen oleh enzim dan sel, kerusakan sel Langerhans dan sel keratinosit serta
pelepasan Prostaglandin E-1dan 2 (PGE-1,2) oleh sel makrofag akibat stimulasi
INF gamma. PGE-1,2 berfungsi menekan produksi IL-2R sel T serta mencegah kontak
sel T dengan keratisonit. Selain itu sel mast dan basofil juga ikut berperan
dengan memperlambat puncak degranulasi setelah 48 jam paparan antigen, diduga
histamin berefek merangsang molekul CD8 (+) yang bersifat sitotoksik. Dengan
beberapa mekanisme lain, seperti sel B dan sel T terhadap antigen spesifik, dan
akhirnya menekan atau meredakan peradangan.
Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada
kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa
zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang
kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa
inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah
5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48
jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah
daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis
sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut
mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi,
panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit
lain.
5. Klasifikasi
a. Dermatitis kontak
Dermatitis kontak adalah
respon peradangan kulit akut atau kronik terhadap paparan bahan iritan
eksternal yang mengenai kulit.
Dermatitis kontaki
terbagi 2 yaitu :
1) Dermatitis
kontak iritan (mekanisme non imunologik)
2)
Dermatitis kontak alergik (mekanisme imunologik
spesifik)
Perbedaan Dermatitis
kontak iritan dan kontak alergik
No.
|
Dermatitis kontak
iritan
|
Dermatitis kontak
alergik
|
|
1.
|
Penyebab
|
Iritan primer
|
Alergen kontak S.sensitizer
|
2.
|
Permulaan
|
Pada kontak pertama
|
Pada kontak ulang
|
3.
|
Penderita
|
Semua orang
|
Hanya orang yang
alergik
|
4.
|
Lesi
|
Batas
lebih jelas
Eritema
sangat jelas
|
Batas tidak begitu
jelas
Eritema kurang jelas
|
5.
|
Uji Tempel
|
Sesudah ditempel 24
jam, bila iritan di angkat reaksi akan segera
|
Bila sesudah 24 jam
bahan allergen di angkat, reaksi menetap atau meluas berhenti.
|
b.
Dermatitis atopic
Dermatitis atopik adalah keadaan peradangan kulit kronis dan
residif, disertai gatal dan umumnya sering terjadi selama masa bayi dan
anak-anak, sering berhubungan dengan peningkatan kadar IgE dalam serum dan
riwayat atopi pada keluarga atau penderita. Kelainan kulit berupa papul gatal,
yang kemudian mengalami ekskoriasi dan likenifikasi, tempatnya dilipatan atau
fleksural.
c.
Dermatitis numularis
Merupakan dermatitis yang bersifat kronik residif dengan lesi
berukuran sebesar uang logam dan umumnya berlokasi pada sisi ekstensor
ekstremitas.
d.
Dermatitis seboroik
Merupakan golongan kelainan kulit yang didasari oleh factor
konstitusi, hormon, kebiasaan buruk dan bila dijumpai pada muka dan aksila akan
sulit dibedakan. Pada muka terdapat di sekitar leher, alis
mata dan di belakang telinga.
6. Komplikasi
a.
Infeksi saluran nafas atas
b.
Bronkitis
c.
Infeksi kulit
d.
Komplikasi dengan penyakit lain yang
dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut, gangguan ginjal, Infeksi kulit
oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus,
jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
7.
Pemeriksaan Penunjang / Evaluasi
Diagnostik
Alergi kontak
dapat dibuktikan dengan tes in vivo dan tes in vitro. Tes in vivo dapat
dilakukan dengan uji tempel. Berdasarkan tehnik pelaksanaannya dibagi tiga jenis tes
tempel yaitu :
a. Tes Tempel Terbuka
Pada uji terbuka bahan yang dicurigai ditempelkan pada
daerah belakang telinga karena daerah tersebut sukar dihapus selama 24 jam.
Setelah itu dibaca dan dievaluasi hasilnya. Indikasi uji tempel terbuka adalah
alergen yang menguap.
b. Tes Tempel Tertutup
Untuk uji tertutup diperlukan Unit Uji Tempel yang berbentuk
semacam plester yang pada bagian tengahnya terdapat lokasi dimana bahan
tersebut diletakkan. Bahan yang dicurigai ditempelkan dipunggung atau lengan
atas penderita selama 48 jam setelah itu hasilnya dievaluasi.
c. Tes tempel dengan Sinar
Uji tempel sinar dilakukan untuk bahan-bahan yang bersifat
sebagai fotosensitisir yaitu bahan-bahan yang bersifat sebagai fotosensitisir
yaitu bahan yang dengan sinar ultra violet baru akan bersifat sebagai alergen. Tehnik sama
dengan uji tempel tertutup, hanya dilakukan secara duplo. Dua baris dimana satu
baris bersifat sebagai kontrol. Setelah 24 jam ditempelkan pada kulit salah
satu baris dibuka dan disinari dengan sinar ultraviolet dan 24 jam berikutnya
dievaluasi hasilnya.
Untuk menghindari efek daripada sinar,
maka punggung atau bahan test tersebut dilindungi dengan secarik kain hitam
atau plester hitam agar sinar tidak bisa menembus bahan tersebut.
Untuk dapat melaksanakan uji tempel ini
sebaiknya penderita sudah dalam keadaan tenang penyakitnya, karena bila masih
dalam keadaan akut kemungkinan salah satu bahan uji tempel merupakan penyebab
dermatitis sehingga akan menjadi lebih berat. Tidak perlu sembuh tapi dalam
keadaan tenang. Disamping itu berbagai macam obat dapat mempengaruhi uji tempel
sebaiknya juga dihindari paling tidak 24 jam sebelum melakukan uji tempel
misalnya obat antihistamin dan kortikosteroid
Dalam melaksanakan uji tempel
diperlukan bahan standar yang umumnya telah disediakan oleh International
Contact dermatitis risert group, unit uji tempel dan penderita maka dengan
mudah dilihat perubahan pada kulit penderita. Untuk mengambil kesimpulan dari
hasil yang didapat dari penderita diperlukan keterampilan khusus karena bila
gegabah mungkin akan merugikan penderita sendiri. Kadang-kadang hasil ini
merupakan vonis penderita dimana misalnya hasilnya positif maka penderita
diminta untuk menghindari bahan itu. Penderita harus hidup dengan menghindari
ini itu, tidak boleh ini dan itu sehingga berdampak negatif dan penderita dapat
jatuh ke dalam neurosis misalnya. Karenanya dalam mengevaluasi hasil uji tempel
dilakukan oleh seorang yang sudah mendapat latihan dan berpengalaman di bidang
itu.
Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
Tes in vitro menggunakan transformasi limfosit atau inhibisi migrasi makrofag untuk pengukuran dermatitis kontak alergik pada manusia dan hewan. Namun hal tersebut belum standar dan secara klinis belum bernilai diagnosis.
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan medis
dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a. Terapi sitemik Pada
dermatitis ringan diberi antihistamin atau kombinasi antihistamin,
antiserotonin, antigraditinin, arit – SRS – A dan pada kasus berat
dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b. Terapi topical
Dermatitis akut diberi kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila
kronik diberi saleb.
c. Diet Tinggi kalori dan
tinggi protein ( TKTP ) Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk,
pisang, dan lain-lain.
Manajemem keperawatan
pada pasien Dermatitis seboroik
a. Sarankan pada pasien
untuk menghindari iritasai dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul
lagi dermatitis seboroik ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk
area yang gatal.
b. Diskusikan pada pasien
untuk menghindari udara ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada
kulit dan usahakan supaya tetap kering.
c. Instruksikan untuk
menggunakan shampoo dan menghindari kebiasaan yang buruk
d. Beritahu pasien bahwa
dermatitis seboroik adalah masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup
kemungkinan untuk muncul lagi.
e. Ajarkan
pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.
9. Pathway
C.
Konsep Asuhan Keperawatan Pengkajian
1.
Pengkajian
Anak dengan dermatitis yang perlu
dikaji, yaitu :
a. Kaji faktor
penyebab terjadinya gangguan kulit.
b. Kaji
pengetahuan
orang tua tentang faktor penyebab dan metode kontak.
c. Kaji adanya
pruritas dan burning.
d. Kaji
peningkatan stress yang diketahui pasien.
e. Kaji
tanda-tanda infeksi.
f. Riwayat infeksi
yang berulang-ulang.
g. Kaji faktor
yang memperparah.
h. Pada reaksi
ringan kulit terlihat merah dan terdapat vesicle.
i.
Pada reaksi berat terdapat ulceration.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul
pada anak dengan dermatitis, yaitu :
a. Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan kekeringan pada kulit
b. Resiko kerusakan kulit berhubungan
dengan terpapar allergen
c. Perubahan rasa nyaman berhubungan
dengan pruritus
3.
Intervensi
a. Gangguan integritas kulit b/d
kekeringan pada kulit
Tujuan : klien/orang tua akan mempertahankan
kulit klien agar mempunyai hidrasi yang
baik dan turunnya peradangan, ditandai dengan :
1) Mengungkapkan peningkatan kenyamanan
kulit
2) Berkurangnya derajat pengelupasan
kulit
3) Berkurangnnya kemerahan
4) Berkurangnya lecet karena garukan
5) Penyembuhan area kulit yang telah
rusak
Rencana Tindakan Keperawatan :
1) Kaji keadaan
kulit
Rasional : Mengetahui
dan mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
2) Mandikan anak
paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang
telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala
meningkat.
Rasional : Dengan mandi air akan meresap dalam saturasi kulit.
Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah
penguapan air dari kulit.
3)
Anjurkan orang tua dan anak untuk menggunakan sabun yang
mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive pada anak. Hindari mandi
busa.
Rasional : Sabun yang mengandung pelembab
lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering
dapat meningkatkan keluhan.
4)
Kolaborasi dalam pemberian salep atau krim yang telah
diresepkan 2 atau tiga kali per hari pada anak.
Rasional : Salep atau krim akan melembabkan
kulit.
b. Resiko kerusakan kulit b/d terpapar
allergen
Tujuan : Klien/orang
tua akan mempertahankan integritas kulit klien, ditandai dengan Menghindari
allergen
Rencana Tidakan Keperawatan :
1) Ajari orang tua dan anak untuk menghindarkan
atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui pada anak.
Rasional : menghindari
alergen akan menurunkan respon alergi
2) Anjurkan orang tua dan anak membaca
label makanan kaleng agar anak terhindar dari bahan makanan yang mengandung
allergen.
Rasional : menghindari alergi makanan.
3)
Hindari anak dari binatang peliharaan.
Rasional : jika alergi terhadap bulu binatang sebaiknya
hindari memelihara binatang atau batasi keberadaan binatang di sekitar area
rumah
4) Gunakan penyejuk ruangan (AC) di
rumah, bila memungkinkan.
Rasional : AC membantu menurunkan paparan terhadap beberapa alergen
yang ada di lingkungan.
c. Perubahan rasa nyaman b/d pruritus
Tujuan : Klien menunjukkan berkurangnya
pruritus, ditandai dengan
1) Berkurangnya lecet akibat garukan
2) Klien tidur nyenyak tanpa terganggu
rasa gatal
3) Klien mengungkapkan adanya
peningkatan rasa nyaman
Rencana Tidakan Keperawatan :
1) Jelaskan pada orang tua dan anak
gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip
terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
Rasional : dengan mengetahui proses fisiologis dan psikologis dan
prinsip gatal serta penangannya akan meningkatkan rasa kooperatif.
2) Anjurkan orang tua dan anak untuk
mencuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid dan
bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
Rasional : pruritus sering disebabkan oleh dampak iritan atau allergen
dari bahan kimia atau komponen pelembut pakaian.
3) Anjurkan orang tua dan anak untuk
menggunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak ada
sabun yang tertinggal.
Rasional : bahan yang tertinggal (deterjen) pada pencucian pakaian
dapat menyebabkan iritasi
4.
Implementasi
a. Gangguan integritas kulit b/d kekeringan
pada kulit
1) Mengkaji
keadaan kulit
2) Memandikan anak
paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang
telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala
meningkat.
3) Menggunakan air hangat untuk
memandikan anak.
4) Menganjurkan orang tua dan anak
untuk menggunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit
sensitive pada anak. Menghindari mandi busa.
5) Berkolaborasi dalam pemberian salep
atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari pada anak.
b. Resiko kerusakan kulit b/d terpapar
allergen
1) Mengajari orang tua dan anak untuk
menghindarkan atau menurunkan paparan terhadap alergen yang telah diketahui
pada anak.
2) Menganjurkan orang tua dan anak
membaca label makanan kaleng agar anak terhindar dari bahan makanan yang
mengandung allergen.
3)
Menghindari anak dari binatang
peliharaan.
4)
Menggunakan penyejuk ruangan (AC) di
rumah, bila memungkinkan.
c. Perubahan rasa nyaman b/d pruritus
1) Menjelaskan pada orang tua dan anak
gejala gatal berhubungan dengan penyebabnya (misal keringnya kulit) dan prinsip
terapinya (misal hidrasi) dan siklus gatal-garuk-gatal-garuk.
2) Menganjurkan orang tua dan anak
untuk mencuci semua pakaian sebelum digunakan untuk menghilangkan formaldehid
dan bahan kimia lain serta hindari menggunakan pelembut pakaian buatan pabrik.
3) Menganjurkan orang tua dan anak
untuk menggunakan deterjen ringan dan bilas pakaian untuk memastikan sudah tidak
ada sabun yang tertinggal.
5.
Evaluasi
a. Integritas kulit dapat dipertahankan
b. Tidak terjadi kerusakan kulit
c. Tidak terjadi perubahan rasa nyaman
D.
Identifikasi
Masalah - Masalah Penelitian yang b.d
Kasus ( Telaah Jurnal )
E.
Fungsi
Advokasi sesuai dengan Kasus
Advokasi menurut ANA (1985) “melindungi klien atau masyarakat
terhadpa pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik tidak sah yang tidak
kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapapun”
Perawat atau
yang memiliki komitmen tinggi dalam mempraktekkan keperawatan profesional dan
tradisi tersebut perlu mengingat hal-hal sbb:
1.
Pastikan bahwa
loyalitas staf atau kolega agar tetap memegang teguh komitmen utamanya terhadap
pasen
2.
Berikan prioritas utama
terhadap pasen dan masyarakat pada umumnya.
3.
Kepedulian mengevaluasi
terhadap kemungkinan adanya klaim otonomi dalam kesembuhan pasien.
Istilah advokasi sering digunakan
dalam hukum yang berkaitan dengan upaya melindungi hak manusia bagi mereka yang
tidak mampu membela diri. Arti advokasi menurut ANA (1985) adalah “melindungi
klien atau masyarakat terhadap pelayanan kesehatan dan keselamatan praktik
tidak sah yang tidak kompeten dan melanggar etika yang dilakukan oleh siapa
pun”. Fry (1987) mendefinisikan advokasi sebagai dukungan aktif terhadap setiap
hal yang memiliki penyebab atau dampak penting.
Definisi ini mirip dengan yang
dinyatakan Gadow (1983) bahwa “advokasi merupakan dasar falsafah dan ideal
keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara aktif kepada individu secara
bebas menentukan nasibnya sendiri”. Posisi perawat yang mempunyai jam kerja 8
sampai 10 atau 12 jam memungkinkannya mempunyai banyak waktu untuk mengadakan
hubungan baik dan mengetahui keunikan klien sebagai manusia holistik sehingga
berposisi sebagai advokat klien (curtin, 1986). Pada dasarnya, peran perawat
sebagai advokat klien adalah memberi informasi dan memberi bantuan kepada klien
atas keputusan apa pun yang di buat kilen, memberi informasi berarti
menyediakan informasi atau penjelasan sesuai yang dibutuhkan klien memberi
bantuan mengandung dua peran, yaitu peran aksi dan peran nonaksi.
Dalam menjalankan peran aksi,
perawat memberikan keyakinan kepada klien bahwa mereka mempunyai hak dan
tanggung jawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak
tertekan dengan pengaruh orang lain, sedangkan peran nonaksi mengandungarti
pihak advokat seharusnya menahan diri untuk tidak memengaruhi keputusan klien
(Khonke, 1982).Dalam menjalankan peran sebagai advokat, perawat harus
menghargai klien sebagai induvidu yangmemiliki berbagai karakteristik.Dalam hal
ini, perawat memberikan perlindungan terhadap martabat dan nilai manusiawi
klien selama dalam keadaan sakit.
Pada dasarnya peran
perawat dalam advokasi adalah; “memberi informasi dan member bantuan” kepada
pasien atas keputusan apapun yang dibuat pasien. Memberi informasi bererti menyediakan
penjelasan atau informasi sesuai yang dibutuhkan pasien. Memberikan bantuan mempunyai dua peran yaitu :
1.
Peran aksi
: perawat memberikan keyakinan kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak dan
tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak
tertekan dengan pengaruh orang lain
2.
Peran non
aksi : pihak advokad seharusnya menahan diri untuk tidak pempengaruhi keputusan
pasien (Kohnke, 1982; lih Megan, 1991)
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
A.
SKENARIO
Seorang
perempuan datang ke poli klinik kulit RS X. Dengan keluhan gatal – gatal di
seluruh tubuh di sertai rasa panas setelah memakai kosmetik ( bedak dan lotion
), menurut klien kulit tampak merah dan terjadi edema di seluruh tubuh serta
muncul vesikula, pustula sudah 3 hari
SMRS.
Hasil
pemeriksaan TTV didapatkan TD : 120/90 mmHg, N : 110x/menit, S : 38,5o C.
Dokter poli klinik memberitahukan kepada perawat agar pasien di berikan
kortikosteroid topical serta dilakukan pemeriksaan biopsy kulit, patch test
atau uji temple dan pemeriksaan laboratorium ( Hema I ) guna menentukan diagnosa medis.
Setelah
diberikan penjelasan oleh perawat terhadap pasien dan keluarganya, dari pihak
keluarga tidak bersedia dilakukan pemeriksaan patch test dan hema I dikarenakan
tidak mempunyai biaya yang cukup, dengan demikian perawat memberikan surat
pernyataan penolakan medis kepada pihak keluarga.
PERTANYAAN ANALISA
KASUS
1. Setelah
membaca dan menjawab beberapa pertanyaan yang muncul dari kasus diatas, coba
diskusikan system organ apa yang terkait dengan masalah diatas? Jelaskan dengan
menggunakan anatomi fisiologi system organ tersebut.
2. Coba
identifikasi diagnosa keperawatan sesuai dengan prioritas dalam kasus tersebut!
3. Coba
saudara buat patofisiologi dan pathway dari masalah keperawatan tersebut!
4. Coba buat NCP dari
masing-masing diagnosa keperawatan!
5. Coba
buat evaluasi dari masing-masing diagnosa keperawatan!
6. Penatalaksanaan
pada pasien tersebut!
7. Apa
masalah frinsip legal etis pada kasus diatas!
8. Bagaimana
nursing advokasi yang seharusnya dilakukan oleh perawat pada pasien dan saran
apa yang sebaiknya diberikan pada perawat
diatas terhadap intervensi pada pasien tersebut!
9.
Coba
anda teliti isi jurnal tersebut serta berikan solusi dari masalah tersebut!
B. JAWABAN ANALISA
1.
Anatomi
dan Fisiologi Sistem Integumen
Integumen
(kulit) merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia, membungkus otot-otot dan
organ-organ dalam. Kulit merupakan jalinan jaringan pembuluh darah, saraf, dan
kelenjar yang tidak berujung.Integumen menyusun 16 % dari total berat badan.
KULIT
1.
Lapisan
epidermis
Merupakan lapisan terluar yang terdiri
epithel squamosa bertingkat. Adanya lapisan ini dapat memberikan proteksi dari
stimulus mekanik dan mikroorganisme dari luar tubuh.Lapisan pada epidermis dari
bagian dasar sampai bagian paling atas, terdiri dari :
a. Stratum
germinativum
Merupakan
lapisan epidermis yang terdalam, dapat juga disebut stratum basal. Pada
stratum germinativum sebagian besar terdiri dari sel –sel epidermis yang tidak
berdiferensiasi yang terus menerus mengalami mitosis, memperbaharui epidermis.
Kalau sel ini mengalami mitosis , salah satu sel anak akan tetap berada di
lapisan basal untuk kemudian membelah lagi, sedangkan sel yang lain bermigrasi
ke atas menuju stratum spinosum.
b. Stratum
spinosum
Stratum
spinosum dapat juga disebut lapisan spiny
(lapisan berduri) yang terdiri dari 8 –
10 lapisan sel langerhans yang berperan dalam respon immune. Sel-sel ini
sebagai mekanisme pertahanan saat mikroorganisme akan memasuki lapisan
superficial epidermis dan perlindungan lapisan superficial dari kanker kulit.
c. Stratum
granulosum
Stratum granulosum dapat juga disebut lapisan grainy (lapisan butir padi) yang
terdiri dari 3 – 5 lapisan keratinosit. Keratinosit
membuat protein keratin dan keratohyalin dalam jumlah yang besar.
Pada manusia, keratin merupakan komponen dasar dalam pembentukan rambut dan
kuku.
d. Stratum
lucidum
Stratum lucidum merupakan lapisan bersih yang menutupi
stratum granulosum. Sel pada stratum lucidum berbentuk datar, padat, dan penuh
dengan keratin.
e. Stratum
korneum
Merupakan lapisan tidak berinti tetapi bertanduk, yang
terdiri dari 15 – 30 lapisan sel keratin.
2.
Lapisan
dermis
Lapisan dermis terletak diantara lapisan
epidermis dan subkutan (hypodermis). Dermis terdiri dari serabut – serabut
kolagen, elastin dan retikulin yang tertanam dalam suatu substansi dasar.
Matriks kulit mengandung pembuluh – pembuluh darah dan syaraf yang menyokong
dan memberi nutrisi pada epidermis yang sedang tumbuh.
Lapisan dermis
terdiri dari dua komponen utama yaitu :
a. Lapisan
papilla
Terdiri dari
jaringan areolar, dimana pada lapisan ini terdiri dari kapiler dan syaraf –
syaraf sensoris yang mensupply permukaan kulit.
b. Lapisan
reticular
Merupakan
lapisan yang lebih dalam dari pada lapisan papilla. Terdiri
dari serat kolagen, organ accessories, pembuluh darah, kelenjar getah bening,
dan serabut syaraf.
3.
Lapisan
subkutan (hypodermis)
Lapisan subkutan terdiri dari jaringan
areolar dan adipose. Pada lapisan ini mengandung sedikit kapiler dan tidak
mengandung organ vital. Selama
manusia mengalami pertumbuhan, distribusi lemak subkutan juga mengalami
perubahan, terutama ketika memasuki masa pubertas.
Fungsi
kulit :
1. Proteksi
Melindungi
jaringan dan organ yang terbungkus dalam kulit dari bakteri, virus, jamur,
abrasi, bahan kimia, dan trauma
2. Ekskresi
Pengeluaran
garam, air, dan sampah-sampah organic dari kelenjar integument
3. Keseimbangan
Mengatur agar
suhu tubuh tetap seimbang (normal), dimana kehilangan panas dan penyimpanan
panas diatur melalui vasodilatasi pembuluh-pembuluh darah kulit, dan dapat
terjadi evaporasi jika dibutuhkan
4. Sintesa
vitamin D
Diperlukan untuk
metabolisme kalsium
5. Penyimpanan
Lemak disimpan
di lapisan subkutan (hypodermis)
6. Deteksi
Dapat mendeteksi
sentuhan, tekanan, nyeri, stimulus suhu, nikmat. Hal ini dapat terjadi karena
adanya jalinan ujung-ujung syaraf yang saling bertautan
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Integritas kulit
berhubungan dengan kekeringan pada tubuh
DO: adanya edema di seluruh tubuh serta muncul vesikula dan pustula
DS : pasien mengeluh gatal-gatal di seluruh tubuh
b.
Perubahan
termoregulasi berhubungan dengan
DO : suhu 38,5o C
DS : Pasien mengeluh terasa panas di
seluruh tubuh
c.
Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit
DO : suhu 38,5o C
DS : pasien mengeluh badan terasa panas dan kulit tampak merah
d.
Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit
DO : adanya vesikula dan pustula
DS : -
3.
Patofisiologi dan
pathway
a.
Patofisiologi
Dermatitis merupakan peradangan pada
kulit, baik pada bagian dermis ataupun epidermis yang disebabkan oleh beberapa
zat alergen ataupun zat iritan.
Zat tersebut masuk kedalam kulit yang
kemudian menyebabkan hipersensitifitas pada kulit yang terkena tersebut. Masa
inkubasi sesudah terjadi sensitisasi permulaan terhadap suatu antigen adalah
5-12 hari, sedangkan masa reaksi setelah terkena yang berikutnya adalah 12-48
jam. Bahan iritan ataupun allergen yang masuk ke dalam kulit merusak lapisan
tanduk, denaturasi keratin, menyingkirkan lemak lapisan tanduk, dan mengubah
daya ikat air kulit. Keadaan ini akan merusak sel dermis maupun sel epidermis
sehingga menimbulkan kelainan kulit atau dermatitis.
Adapun faktor-faktor yang ikut
mendorong perkembangan dermatitis adalah gesekan, tekanan, balutan, macerasi,
panas dan dingin, tempat dan luas daerah yang terkena dan adanya penyakit kulit
lain.
b.
Pathway
4.
NCP
a.
Integritas kulit
berhubungan dengan kekeringan pada tubuh
Tujuan : klien/orang tua akan mempertahankan kulit klien agar mempunyai hidrasi
yang baik dan turunnya peradangan.
Kriteria hasil :
- Mengungkapkan
peningkatan kenyamanan kulit
- Berkurangnya
derajat pengelupasan kulit
- Berkurangnnya
kemerahan
- Berkurangnya lecet
karena garukan
- Penyembuhan area kulit
yang telah rusak
Intervensi:
1) Kaji keadaan
kulit
Rasional : Mengetahui dan
mengidetifikasi kerusakan kulit untuk melakukan intervensi yang tepat.
2) Mandikan anak
paling tidak sekali sehari selama 15 – 20 menit. Segera oleskan salep atau krim yang
telah diresepkan setelah mandi. Mandi lebih sering jika tanda dan gejala
meningkat.
Rasional : Dengan mandi air akan meresap dalam saturasi
kulit. Pengolesan krim pelembab selama 2 – 4 menit setelah mandi untuk mencegah
penguapan air dari kulit.
3) Anjurkan orang tua dan anak untuk
menggunakan sabun yang mengandung pelembab atau sabun untuk kulit sensitive
pada anak. Hindari mandi busa.
Rasional : Sabun yang mengandung pelembab
lebih sedikit kandungan alkalin dan tidak membuat kulit kering, sabun kering
dapat meningkatkan keluhan.
4) Kolaborasi dalam pemberian salep
atau krim yang telah diresepkan 2 atau tiga kali per hari pada anak.
5) Rasional : Salep atau krim akan
melembabkan kulit.
b.
Perubahan
termoregulasi berhubungan dengan
c.
Resiko tinggi
infeksi berhubungan dengan kerusakan perlindungan kulit
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelalah melakukan tindakan
keperawatan selama 1×24 jam, infeksi dapat di hindari dengan kriteria
hasil:
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal
-
Tidak adanya tanda-tanda infeksi
seperti rubor, kalor, dolor, tumor, fungsi lausea.
Intervensi :
1)
Awasi atau batasi pengunjung bila
perlu. Jelaskan
prosedur isolasi terhadap pengunjung bila perlu.
Rasional : Mencegah
kontaminasi silang dari pengunjung. Masalah resiko infeksi harus seimbang
mengalawan kebutuhan pasien utuk dukungan keluarga dan sosialisasi.
2)
Implementasikan teknik isolasi yang tepat sesai indikasi.
Rasional : Tergantung tipe/luasnya luka
dan isolasi dapat direntang dari luka sederhana/kulit sampai komlpit/sebaiknya
untuk menurunkan resiko kontaminasi silang/ terpajannya pada florea bakteri
multiple
3)
Tekankan pentingnya teknik cuci tangan yang baik untuk
semua individu yang datang kontak dengan pasien.
Rasional : Mencegah
kontaminasi silang; menurunkan resiko infeksi.
4)
Periksa luka tiap hari, periksa/catat
perubahan penampilan, bau, atau kualitas drainase.
Rasional : Mengidentifikasi
adanya penyembuahan dan memberikan deteksi dini infeksi.
5)
Awasi tanda vital untuk demam, peningkatan
frekwensi kedalaman pernafasan sehubungan dengan perubahan sensori, adanya
diare, penurunan jumlah trombosit dan hipoglikemia dan glikosuria.
Rasional : Indikasi sepsis
memerlukan evaluasi cepat dan intervensi.
d.
Gangguan citra
tubuh berhubungan dengan perubahan dalam penampilan sekunder akibat penyakit
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3×24 jam, diharapkan klien dapat menerima perubahan citra tubuhnya
, dengan kriteria hasil:
-
Menyatakan perasaan tentang penyakitnya.
-
Membuat gambaran diri lebih nyata.
-
Mengakui diri sebagai individu yang
mempunyai tanggung jawab sendiri.
Intervensi :
1) Kaji persepsi klien
tentang kondisi tubuhnya saat ini.
Rasional : Alat dalam
mengidentifikasi/mengartikan masalah untuk memfokuskan perhatian dan intervensi
secara konstruktif.
2) Catat bahas
tubuh non verbal, prilaku negatif/bicara sendiri. Kaji prilaku diri.
Rasional : Dapat menunjukkan depresi
atau keputusasaan, kebutuhan untuk pengkajian lanjut/intervensi lebih intensif.
3) Pertahankan
tindakan tenang, meyakinkan, akui terima pengungkapan perasaan terhadap
dirinya.
Rasional : Dapat membantu menghilangkan
takut pasien akan rasa malu, sulit bergaul, ketidakmampuan berkomunikasi dengan
orang lain.
4) Ajurkan pasien
untuk menerima situasi pada tahap masalah yang kecil.
Rasional : Merasa sehat/mengalami
kesulitan dalam mengatasi gambaran yang lebih besar tatapi dapat
mengatasi satu bagian pada saat itu.
5) Anjurkan orang
terdekat untuk mengobati pasien secara baik dan tidak sebagai orang yang
depresi.
Rasional : Penyimpangan
harga diri dapat tidak disadari penguatannya.
5.
Evaluai dari masing-masing diagnosa
a.
Integritas kulit
dapat dipertahankan
b.
Suhu tubuh normal
c.
Tidak terjadi
infeksi
d.
Mengalami
mengembangkan peningkatan kemampuan untuk menerima diri sendiri
6.
Penatalaksanaan pada pasien
Penatalaksanaan medis
dan keperawatan dermatitis melalui terapi yaitu :
a.
Terapi sitemik Pada dermatitis ringan diberi
antihistamin atau kombinasi antihistamin, antiserotonin, antigraditinin, arit –
SRS – A dan pada kasus berat dipertimbangkan pemberian kortikosteroid.
b.
Terapi topical Dermatitis akut diberi
kompres bila sub akut cukup diberi bedak kocok bila kronik diberi saleb.
c.
Diet Tinggi kalori dan tinggi protein ( TKTP )
Contoh : daging, susu, ikan, kacang-kacangan, jeruk, pisang, dan lain-lain.
Manajemem keperawatan
pada pasien Dermatitis seboroik
a.
Sarankan pada pasien untuk menghindari iritasai
dari luar, factor pemicu yang menyebabkan muncul lagi dermatitis seboroik
ulangan, dan menyarankan untuk tidak sering menggaruk area yang gatal.
b.
Diskusikan pada pasien untuk menghindari udara
ke kulit dan selalu menjaga kebersihan pelipatan pada kulit dan usahakan supaya
tetap kering.
c.
Instruksikan untuk menggunakan shampoo dan
menghindari kebiasaan yang buruk.
d.
Beritahu pasien bahwa dermatitis seboroik adalah
masalah yang sangat kronik dan tidak tertutup kemungkinan untuk muncul lagi.
e. Ajarkan
pada pasien menempelkan cara-cara untuk mengghindari dermatitis.
7. Masalah legal
etis
a. Otonomi
Di kasus pasien tidak bersedia dilakukan pemeriksaan patch
test tetapi perawat langsung saja menyetujui dan perawat
memberikan surat pernyataan penolakan medis kepada pihak keluarga tidak
memberikan alternative lain.
Seharusnya perawat
disini memberitahu kepada pasien untuk membuat jamkesmas atau mencari donator
untuk membantu biaya pemeriksaan tersebut, tetapi untuk keputusan apa yang akan
dilakukan dikembalikan lagi kepada pasien.
b. Beneficience
Disini seharusnya
perawat tidak langsung memberikan surat penolakan medis kepada keluarga pasien,
tetapi terlebih dahulu perawat harus memberikan alternative agar pasien membuat
kartu jamkesmas, dan perawat harus menjelaskan tentang kartu jamkesmas itu
mulai dari fungsi jamkesmas, syarat – syarat mendapatkan jamkesmas sampai cara
mendapatkan jamkesmas.
8. Nursing
advocacy
Kita
sebagai perawat harus memberikan hak dan kewajiban kepada pasien dan
keluarganya untuk mendapatkan informasibyang sejelas – jelasnya mengenai
keadaan pasien, fungsi pemeriksaan yang harus dilakukan untuk menegakan
diagnose. Selanjutnya kita kembalikan kepada pasien, karena siap atau tidaknya
adalah hak pasien, kita juga berikan informasi atau solusi untuk biaya
pemeriksaan jika pasien terhalang oleh kondisi ekonomi misalnya jamkesmas,
askeskin, untuk melanjutkan pemeriksaan pasien.
9.
Telaah jurnal
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dermatitis adalah suatu peradangan
pada dermis dan epidermis yang dalam perkembangannya memberikan gambaran klinik
berupa efloresensi polimorf dan pada umumnya memberikan gejala subjektif gatal.
Secara umum penyebab dari dermatitis
yaitu : respon kulit terhadap agen-agen yang beraneka ragam, mis: zat kimia,
protein, bakteri adanya respon alergi.
Secara umum
manifestasi klinis dari dermatitis yaitu secara Subyektif ada tanda–tanda
radang akut terutama pruritus ( sebagai pengganti dolor). Selain itu terdapat pula kenaikan
suhu (kalor), kemerahan (rubor), edema atau pembengkakan dan gangguan fungsi
kulit (function laisa). Sedangkan secara Obyektif, biasanya batas kelainan
tidak tegas dan terdapat lesi polimorfi yang dapat timbul secara serentak atau
beturut-turut.
Komplikasi dengan penyakit lain yang
dapat terjadi adalah sindrom pernapasan akut, gangguan ginjal, Infeksi kulit
oleh bakteri-bakteri yang lazim dijumpai terutama staphylococcus aureus,
jamur, atau oleh virus misalnya herpes simpleks.
B.
Saran
Kepada mahasiswa (khususnya
mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan agar dapat mengambil pelajaran dari
makalah ini sehingga apabila terdapat tanda dan gejala penyakit dermatitis pada
maka kita dapat melakukan tindakan yang tepat agar penyakit tersebut tidak
berlanjut ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan kepada orang tua agar
menjaga/menghindarkan anak-anak dari bahan-bahan yang dapat menyebabkan
dermatitis.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Vol. 3. Jakarta : EGC
Doenges, Marilyn E. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi III. Jakarta : EGC
Mansjoer, Arief. 1998. Kapita
Selekta Kedokteran Edisi 3. Jakarta : EGC
Brunner
and Suddarth’s. 2008. Textbook of Medical-Surgical Nursing. Penerbit : LWW,
Philadelphia.
Carpenito,
Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Penerbit : EGC,
Jakarta.
Doenges,
Marilynn E, et all. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Penerbit: EGC,
Jakarta
Djuanda,
Adhi. 2005i Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Penerbit : Balai Penerbit FK UI,
Jakarta.
Mansoer,
Arif, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran jilid 2. Edisi 3. Penerbit : Media Aesculapius FK UI, Jakarta.