BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Jantung merupakan organ yang sangat
penting bagi manusia, karena jantung diperlukan untuk memompa darah ke seluruh
tubuh sehingga tubuh mendapatkan oksigen dan sari makanan yang diperlukan untuk
metabolisme tubuh.
Oleh sebab itu,
jantung perlu dijaga agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik. Salah satu
yang perlu diwaspadai adalah penyakit jantung koroner yang merupakan salah satu
penyakit yang berbahaya yang bisa menyebabkan serangan jantung. Untuk itu, kita
perlu mengetahui bagaimana cara agar jantung kita tetap sehat, apa yang harus
dihindari, dan apa yang dapat dilakukan untuk menjaga kesehatan jantung.
Adapun Pemeriksaan
fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-kelainan dari
suatu sistem atau suatu organ bagian tubuh dengan cara melihat (inspeksi),
meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). Umumnya
pemeriksaan ini dilakukan secara berurutan (inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi). Khusus untuk pemeriksaan abdomen, sebaiknya auskultasi dilakukan
sebelum palpasi.
Sebelum kita
melakukan pemeriksaan fisik, maka terlebih dahulu kita harus melakukan
komunikasi dokter(pemeriksa) dengan pasien (anamnesis). Kegiatan ini penting
sebagai awal dari pemeriksaan fisik dan dapat membantu pemeriksa dalam
mengarahkan diagnosis penyakit pada pasien. Begitu pentingnya anamnesis ini,
maka kadang-kadang belum kita lakukan pemeriksaan fisik maka diagnosis sudah
dapat diperkirakan.
Sementara itu
penting nya dilakukan pemeriksaan Elektrokardiogram (EKG) yang menggambarkan
rekaman listrik jantung. Kegiatan listrik jantung dalam tubuh dapat dicatat dan
direkam melalui elektroda-elektroda yang dipasang pada permukaan tubuh sehingga
membantu dalam mendiagnosis penyakit yang terkait dengan jantung.
Dikenal istilah Decompensasi cordis merupakan keadaan patofisiologik
dimana jantung pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme
jaringan, merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah
sesuai dengan kebutuhan tubuh. Untuk itu sudah sepantasnya kita mengetahui penyakit
yang di kenal decompensia cordis tersebut.
B.
Tujuan
1.
Tujuan
Umum
Mahasiswa mampu mengetahui gambaran umum mengenai keperawatan kritis sistem kardiovaskuler, meliputi
Anatomi dan Fisiologi sistem kardiovaskuler,
konsep dasar Elektrokardiogram, pemeriksaan fisik kardiovaskuler serta
asuhan keperwatan pada pasien Decompensia cordis.
2.
Tujuan
Khusus
a
Mampu
Mengetahui Anatomi dan Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
b
Mampu Melakukan
tindakan pemasangan EKG
c
Mampu melakukan
Pemeriksaan Fisik Kardiovaskuler
d
Mampu Mengetahui Asuhan Keperawatan Pada Pasien Decompensia
Cordis
e
Mampu mendemonstrasikan
intervensi keperawatan kasus Sistem
Kardiovaskuler ( Dekompensia Cordis )
C.
Rumusan
Masalah
Dilihat
dari latar belakang, didapatkan rumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimana melakukan simulasi asuhan
keperawatan Kritis sistem Kardiovaskuler, Melakukan Tindakan EKG,
Pemeriksaan Fisik serta Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Sistem
Kardiovaskuler ( Dekompensasi Cordis ) ”.
D.
Metode
Penulisan
Metode yang
digunakan dalam penulisan makalah ini adalah pengumpulan data, yaitu studi
kepustakaan untuk mendapatkan sumber-sumber teoritis yang berhubungan
dengan asuhan keperawatan intra natal.
Sistematika
Penulisan digunakan untuk menyusun urutan makalah secara lebih rinci dan jelas,
untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dari penulisan makalah ini, maka
penulis menguraikan sebagai berikut :
BAB I
Pendahuluan, meliputi Latar Belakang,
Tujuan, Rumusan Masalah, Metode Penulisan.
BAB II Tinjauan
Teoritis, meliputi Anatomi
Fisiologi Kardiovaskuler , Elektrokardiogram , Pemeriksaan Fisik Pada Sistem
Kardiovaskuler,
BAB III Pembahasan Kasus, Asuhan Keperawatan Pada Sistem Kardiovaskuler
BAB IV Penutup, meliputi Kesimpulan dan Saran.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Anatomi dan
Fisiologi Sistem Kardiovaskuler
Sistem kardiovaskuler merupakan bagian dari sistem sirkulasi darah yang
bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dan mengembalikannya kembali ke
jantung. Darah membawa oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel-sel pada
berbagai jaringan tubuh untuk keperluan metabolisme. Dalam melaksanakan
fungsinya sistem kardiovaskuler melibatkan organ jantung, pembuluh darah dan
darah.
1. Jantung
a. Bentuk dan Letak Jantung
Jantung berbentuk seperti buah
pir atau kerucut terletak seperti piramida terbalik dengan apeks (puncak)
berada di bawah dan basis (alas) berada di atas. Beratnya 250-350 gram pada
orang dewasa. Ada pendapat yang mengatakan bahwa jantung sebesar kepalan tangan
orang dewasa atau panjang sekitar 12 cm dan lebar sekitar 9 cm.
Jantung terletak pada rongga dada
(cavum thorax) tepatnya pada rongga mediastinum diantara paru-paru kiri dan
kanan.
b.
Lapisan Jantung
Lapisan jantung terdiri dari
perikardium, epikardium, miokardium dan endokardium. Lapisan perikardium adalah
lapisan paling atas dari jantung terdiri dari fibrosa dan serosa dan berfungsi
sebagai pembungkus jantung. Lapisan perikardium terdiri dari perikardium
parietal (pembungkus luar jantung) dan perikardium visceral (lapisan yang
langsung menempel pada jantung). Antara perikardium parietal dan visceral
terdapat ruangan perikardium yang berisi cairan serosa berjumlah 15-50 ml dan
berfungsi sebagai pelumas.
Lapisan epikardium merupakan lapisan paling atas dari dinding jantung. Selanjutnya adalah lapisan miokardium yang merupakan lapisan fungsional jantung yang memungkinkan jantung bekerja sebagai pompa. Miokardium mempunyai sifat istimewa yaitu bekerja secara otonom (miogenik), durasi kontraksi lebih lama dari otot rangka dan mampu berkontraksi secara ritmik.
Ketebalan lapisan miokardium pada
setiap ruangan jantung berbeda-beda. Ventrikel kiri mempunyai lapisan
miokardium yang paling tebal karena mempunyai beban lebih berat untuk memompa
darah ke sirkulasi sistemik yang mempunyai tahanan aliran darah lebih besar.
Miokardium terdiri dari dua berkas
otot yaitu sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel. Setiap serabut otot
dipisahkan diskus interkalaris yang berfungsi mempercepat hantaran impuls pada
setiap sel otot jantung. Antara sinsitium atrium dan sinsitium ventrikel
terdapat lubang yang dinamakan anoulus fibrosus yang merupakan tempat masuknya
serabut internodal dari atrium ke ventrikel.
Lapisan endokardium merupakan
lapisan yang membentuk bagian dalam jantung dan merupakan lapisan endotel yang
sangat licin untuk membantu aliran darah.
c.
Ruangan Pada Jantung
Ruangan pada
jantung terdiri dari atrium dan ventrikel. Atrium dipisahkan menjadi atrium
sinistra (kiri) dan dekstra (kanan) oleh septum atrium. Ventrikel
juga terbagi dua menjadi ventrikel dekstra dan sinistra.
d.
Katup Katup Jantung
Katup jantung ada dua macam yaitu
katup AV (atrioventrikular) dan katup SL (semilunar). Katup AV terletak antara
atrium dan ventrikel, sedangkan katup SL terletak antara ventrikel dengan
pembuluh darah besar pada jantung.
Katup AV antara atrium dekstra dan ventrikel dekstra adalah katup trikuspidalis dan antara atrium sinistra dan ventrikel sinistra adalah katup bikuspidalis (mitral).
Katup AV hanya membuka satu arah
(ke arah ventrikel) karena berfungsi mencegah aliran balik dari ventrikel ke
atrium pada saat sistol. Secara anatomi katup AV hanya membuka ke satu arah
karena terikat oleh korda tendinae yang menempel pada muskulus papilaris pada dinding
ventrikel.
Katup SL terdiri dari katup
pulmonal yang terdapat antara ventrikel kanan dengan arteri pulmonalis dan
katup aortik yang terletak antara ventrikel kiri dan aorta.
e.
Sistem Konduksi Jantung
Impuls untuk terjadinya kontraksi
jantung berasal dari SA node (nodus sinoatrial) yang terletak pada dinding
atrium kanan. SA node meneruskan impulsnya ke AV node (nodus atrioventrikular)
melalui traktus internodal. Ada tiga traktus internodal yaitu wenkebach,
bachman dan tohrel.
Impuls dari AV node diteruskan ke
berkas his kemudian ke serabut purkinye kiri dan kanan, selanjutnya menyebar ke
seluruh dinding ventrikel.
f.
Persarafan pada Jantung
Jantung
dipersarafi oleh sistem saraf otonom yang terdiri dari saraf simpatis
(adrenergik) dan parasimpatis (kolinergik). Saraf
simpatis meningkatkan heart rate dan kontraktilitas jantung. Sedangkan saraf
parasimpatis (nervus vagus) menurunkan heart rate.
g.
Pembuluh Darah Besar Pada Jantung
Ada beberapa pembuluh darah besar
yang berdekatan letaknya dengan jantung yaitu :
a)
Vena Cava Superior
Vena cava superior adalah vena
besar yang membawa darah kotor dari tubuh bagian atas menuju atrium kanan.
b)
Vena Cava Inferior
Vena cava inferior adalah vena
besar yang membawa darah kotor dari bagian bawah diafragma ke atrium kanan.
c)
Sinus Conaria
Sinus coronary adalah vena besar di
jantung yang membawa darah kotor dari jantung sendiri.
d)
Trunkus Pulmonalis
Pulmonary trunk adalah pembuluh
darah besar yang membawa darah kotor dari ventrikel kanan ke arteri pulmonalis.
Arteri pulmonalis dibagi menjadi 2 yaitu kanan dan kiri yang membawa darah
kotor dari pulmonary trunk ke kedua paru-paru.
e)
Vena Pulmonalis
Vena pulmonalis, dibagi menjadi 2
yaitu kanan dan kiri yang membawa darah bersih dari kedua paru-paru ke atrium
kiri.
f)
Aorta Asendens
Ascending aorta, yaitu pembuluh
darah besar yang membawa darah bersih dari ventrikel kiri ke arkus aorta
(lengkung aorta) ke cabangnya yang bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian
atas.
g)
Aorta Desendens
Descending aorta,yaitu bagian aorta
yang membawa darah bersih dan bertanggung jawab dengan organ tubuh bagian
bawah.
h.
Suplai Darah Ke Jantung
Jantung
mendapatkan suplai darah dari arteri koroner. Arteri koroner adalah arteri yang
bertanggung jawab atas jantung itu sendiri, karena darah bersih yang kaya akan
oksigen dan elektrolit sangat penting agar jantung tetap bisa bekerja
sebagaimana fungsinya.
Arteri koroner
terbagi dua yaitu arteri koroner kiri dan kanan. Arteri koroner kiri mempunyai
2 cabang yaitu LAD (Left Anterior Desenden) dan arteri sirkumfleksi. Kedua
arteri ini melingkari jantung dalam dua lekuk anatomis eksterna, yaitu sulcus
coronary atau sulcus atrioventrikuler yang melingkari jantung diantara atrium
dan ventrikel, yang kedua yaitu sulcus interventrikuler yang memisahkan kedua
ventrikel. Pertemuan kedua lekuk ini di bagian permukaan posterior jantung yang
merupakan bagian dari jantung yang sangat penting yaitu kruks jantung. Nodus AV
node berada pada titik ini.
LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Arteri sirkumfleksi mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri serta 10% mensuplai SA node.
LAD arteri bertanggung jawab untuk mensuplai darah untuk otot ventrikel kiri dan kanan, serta bagian interventrikuler septum. Arteri sirkumfleksi mensuplai 45% darah untuk atrium kiri dan ventrikel kiri serta 10% mensuplai SA node.
Arteri koroner kanan bertanggung
jawab mensuplai darah ke atrium kanan, ventrikel kanan, permukaan bawah dan
belakang ventrikel kiri, 90% mensuplai AV Node dan 55% mensuplai SA Node.
i.
Sirkulasi Darah
Sirkulasi darah terbagi menjadi dua yaitu sirkulasi sistemik dan sirkulasi pulmonal. Sirkulasi pulmonal adalah peredaran darah antara jantung dengan paru-paru.
Sirkulasi pulmonal diawali dengan
keluarnya darah dari ventrikel kanan ke paru-paru melalui arteri pulmonalis dan
kembali ke atrium kiri melalui vena-vena pulmonalis.
Sirkulasi sistemik merupakan peredaran darah dari jantung ke seluruh tubuh (kecuali paru-paru). Sirkulasi sistemik dimulai dari keluarnya darah dari ventrikel kiri ke aorta kemudian ke seluruh tubuh melalui berbagai percabangan arteri. Selanjutnya kembali ke jantung (atrium kanan) melalui vena cava. Darah dari tubuh bagian atas kembali ke jantung melalui vena cava superior dan darah dari tubuh bagian bawah kembali ke jantung melalui vena cava inferior
2. Pembuluh Darah
a. Jenis Pembuluh Darah
Darah diedarkan ke seluruh tubuh
melalui pembuluh darah (vaskuler). Secara umum
pembuluh darah terdiri dari 3 lapisan yaitu tunika adventisia, tunika media dan tunika intima.
Tunika adventisia merupakan lapisan paling luar
berupa jaringan ikat yang kuat. Tunika
media merupakan lapisan tengah yang terdiri dari otot polos. Tunika intima membentuk dinding dalam dari pembuluh darah terdiri dari sel-sel endotel.
Celah antara sel-sel endotel membentuk pori-pori pembuluh darah.
Pembuluh darah
ada 3 macam yaitu arteri, vena dan kapier
1) KAPILER
Kapiler merupakan pembuluh darah
kecil yang sangat tipis, hanya dibentuk oleh tunika intima saja sehingga
memudahkan proses pertukaran zat antara pembuluh darah dengan sel atau
jaringan.
Fungsi kapiler adalah :
·
Penghubung arteri dan vena
·
Tempat terjadinya pertukaran zat
·
Absorbsi nutrisi pada usus
·
Filtrasi pada ginjal
·
Absorbsi sekret kelenjar
2)
ARTERI
Arteri merupakan pembuluh darah
yang mengalirkan darah dari jantung ke seluruh tubuh. Arteri membawa darah yang
kaya oksigen, kecuali arteri pulmonalis.
Arteri bersifat elastik karena
mempunyai lapisan otot polos dan serabut elastik sehingga dapat
berdenyut-denyut sebagai kompensasi terhadap tekanan jantung pada saat sistol. Arteri yang
lebih kecil dan arteriola lebih banyak mengandung lapisan otot sebagai respon
terhadap pengendalian saraf vasomotor.
Arteri mendapatkan suplai darah
dari pembuluh darah khusus yang disebut vasa vasorum, dipersarafi oleh serabut
saraf motorik yang disebut vasomotor.
Arteri
mempunyai diameter yang berbeda-beda, mulai yang besar yaitu aorta kemudian
bercabang menjadi arteri dan arteriola.
3)
VENA
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.
Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).
Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.
Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.
Vena merupakan pembuluh darah yang mengembalikan darah dari seluruh tubuh ke jantung sehingga dinamakan pula pembuluh balik.
Vena mempunyai tiga lapisan seperti arteri tetapi mempunyai lapisan otot polos yang lebih tipis, kurang kuat dan mudah kempes (kolaps).
Vena dilengkapi dengan katup vena yang berfungsi mencegah aliran balik darah ke bagian sebelumnya karena pengaruh gravitasi.
Katup vena berbentuk lipatan setengah bulat yang terbuat dari lapisan dalam vena yaitu lapisan endotelium yang diperkuat oleh jaringan fibrosa.
3.
Darah
Darah berbentuk cairan yang berwarna
merah, agak kental dan lengket. Darah mengalir
di seluruh tubuh kita, dan berhubungan langsung dengan sel-sel di dalam tubuh
kita. Darah terbentuk dari beberapa unsur, yaitu plasma darah, sel darah merah,
sel darah putih dan trombosit.
Darah berfungsi untuk :
a.
mengedarkan sari-sari makanan ke
seluruh tubuh
b.
mengedarkan oksigen dari paru-paru
ke seluruh tubuh
c.
mengangkut karbondioksida ke
paru-paru
d.
mengedarkan hormon
1) PLASMA DARAH
Unsur ini merupakan komponen
terbesar dalam darah, karena lebih dari separuh darah mengandung plasma darah.
Hampir 90% bagian dari plasma darah adalah air. Plasma darah berfungsi untuk
mengangkut sari makanan ke sel-sel serta membawa sisa pembakaran dari sel ke tempat
pembuangan. Fungsi lainnya adalah menghasilkan zat kekebalan tubuh terhadap
penyakit atau zat antibodi.
Plasma darah berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dan bersifat alkali. Plasma darah mengandung gas (oksigen dan karbondioksida), hormon, enzim, antigen, antibodi dan protein darah.
Protein darah yang terdapat pada plasma adalah albumin, fibrinogen dan globulin. Fibrinogen berperan dalam proses koagulasi (pembekuan darah) dan globulin merupakan komponen dari antibodi (imunoglobulin). Globulin berjumlah sekitar 2-3 gram per 100 ml darah.
Albumin dalam plasma berjumlah sekitar 3-5 gram per 100 ml darah. Berperan dalam menjaga tekanan osmotik, sebagai carier (pembawa) untuk zat-zat tertentu dan menyediakan protein untuk jaringan.
Plasma darah berupa cairan berwarna kekuning-kuningan dan bersifat alkali. Plasma darah mengandung gas (oksigen dan karbondioksida), hormon, enzim, antigen, antibodi dan protein darah.
Protein darah yang terdapat pada plasma adalah albumin, fibrinogen dan globulin. Fibrinogen berperan dalam proses koagulasi (pembekuan darah) dan globulin merupakan komponen dari antibodi (imunoglobulin). Globulin berjumlah sekitar 2-3 gram per 100 ml darah.
Albumin dalam plasma berjumlah sekitar 3-5 gram per 100 ml darah. Berperan dalam menjaga tekanan osmotik, sebagai carier (pembawa) untuk zat-zat tertentu dan menyediakan protein untuk jaringan.
2)
ERITROSIT
Sel darah merah mengandung banyak
haemoglobin. Darah berwarna merah sebab haemoglobin berwarna merah tua. Sel
darah merah berbentuk bikonkaf (cekung pada kedua sisinya).
Haemoglobin terdapat dalam sel
darah merah dan berfungsi untuk mengikat oksigen dan karbondioksida dalam
proses transportasi gas.
Sel darah merah
dihasilkan di limpa, hati dan sumsum merah pada tulang pipih. Sel darah merah
yang sudah mati dihancurkan di dalam hati. Rata-rata
usia hidup sel darah merah mencapai 120 hari.
3) LEUKOSIT
Sel darah putih bentuknya tidak
tetap, bening, tidak berwarna. Ukurannya lebih
besar dari sel darah merah. Sel darah putih dibuat di sumsum merah dan kelenjar
limpa. Jumlah sel darah putih sekitar 5000-10.000 per mm3 darah.
Ada beberapa jenis sel darah
putih yaitu neutrofil, eusinofil, basofil, limfosit, monosit dan sel-sel
plasma. Sel darah putih berperan sebagai salah satu komponen kekebalan tubuh
yang berfungsi sebagai fagosit (neutrofil, eusinofil dan makrofag.
4) TROMBOSIT
Bentuk keping darah tidak teratur
dan tidak mempunyai inti. Ukurannya lebih kecil, sekitar sepertiga ukuran sel
darah merah. Trombosit diproduksi pada sumsum merah, berjumlah sekitar
150.000-500.000 per mm3 darah. Trombosit (platelet) berperan penting dalam
proses koagulasi (pembekuan) darah.
B.
ELEKTROKARDIOGRAM
1.
Definisi Elektrokardiogram
Elektrokardiogram
(EKG) adalah grafik yang dibuat oleh sebuah lektrokardiograf, yang merekam
aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu. Namanya terdiri atas sejumlah bagian yang berbeda: elektro,
karena berkaitan dengan elektronika, kardio, kata Yunani untuk jantung,
gram, sebuah akar Yunani yang berarti "menulis".
Elektrokardiogram
atau yang biasa kita sebut dengan EKG merupakan rekaman aktifitas kelistrikan
jantung yang ditimbulkan oleh sistem eksitasi dan konduktif khusus jantung.
Jantung normal memiliki impuls yang muncul dari simpul SA kemudian dihantarkan
ke simppul AV dan serabut purkinje. Perjalanan impuls inilah yang akan direkam
oleh EKG sebagai alat untuk menganalisa kelistrikan jantung.
Dalam EKG perlu
diketahui tentang sistem konduksi (listrik jantung), yang terdiri dari:
a. SA Node (
Sino-Atrial Node )
Terletak
dibatas atrium kanan (RA) dan vena cava superior (VCS). Sel-sel dalam SA Node
ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan
listrik) dengan frekuensi 60 - 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium,
sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang.
b. AV Node (Atrio-Ventricular Node)
Terletak di
septum internodal bagian sebelah kanan, diatas katup trikuspid. Sel-sel dalam
AV Node dapat juga mengeluar¬kan impuls dengan frekuensi lebih rendah dan pada
SA Node yaitu : 40 - 60 kali permenit. Oleh karena AV Node mengeluarkan impuls
lebih rendah, maka dikuasai oleh SA Node yang mempunyai impuls lebih tinggi. Bila SA Node
rusak, maka impuls akan dikeluarkan oleh AV Node.
c. Berkas His
Terletak di septum interventrikular
dan bercabang 2, yaitu :
1)
Cabang berkas kiri ( Left Bundle
Branch
2)
Cabang berkas kanan ( Right Bundle
Branch
Setelah melewati kedua cabang ini, impuls akan diteruskan lagi ke
cabang-cabang yang lebih kecil yaitu serabut purkinye.
d. Serabut Purkinye
Serabut
purkinye ini akan mengadakan kontak dengan sel-sel ventrikel. Dari sel-sel
ventrikel impuls dialirkan ke sel-sel yang terdekat sehingga seluruh sel akan
dirangsang. Di ventrikel juga tersebar sel-sel pace maker (impuls)
yang secara otomatis engeluarkan impuls dengan frekuensi 20 - 40 kali permenit.
2.
Tujuan dan
Indikasi
Beberapa tujuan
dari penggunaan EKG adalah :
a.
Untuk mengetahui adanya
kelainan-kelainan irama jantung/disritmia
b.
Kelainan-kelainan otot jantung
c.
Pengaruh/efek obat-obat jantung
d.
Ganguan -gangguan elektrolit
e.
Perikarditis
f.
Memperkirakan adanya pembesaran
jantung/hipertropi atrium dan ventrikel
g.
Menilai fungsi pacu jantung.
Indikasi dari penggunaan EKG
Elektrokardiogram tidak menilai kontraktilitas jantung secara langsung. Namun,
EKG dapat memberikan indikasi menyeluruh atas naik-turunnya suatu kontraktilitas.
Analisis sejumlah gelombang dan vektor normal depolarisasi dan repolarisasi
menghasilkan informasi diagnostik yang penting.
- Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia
jantung
- EKG memandu tingkatan terapi dan risiko untuk
pasien yang dicurigai ada infark otot jantung akut
- EKG membantu menemukan gangguan elektrolit (mis. hiperkalemia dan hipokalemia)
- EKG memungkinkan penemuan abnormalitas konduksi
(mis. blok cabang berkas kanan dan kiri)
- EKG digunakan sebagai alat tapis penyakit jantung iskemik selama
uji stres
jantung
- EKG kadang-kadang berguna untuk mendeteksi
penyakit bukan jantung (mis. emboli paru atau hipotermia)
3.
Macam dan
Makna Gelombang EKG
a.
Bentuk Gelombang.
Dalam satu
gelombang EKG ada yang disebut titik, interval dan segmen. Titik terdiri
dari titik P, Q, R, S, T dan U (kadang sebagian referensi tidak menampilkan
titik U) sedangkan Interval terdiri dari PR interval, QRS interval dan QT
interval dan Segmen terdiri dari PR segmen, dan ST segmen. Elektrokardiogram
tediri atas sebuah gelombang P, sebuah kompleks QRS dan sebuah gelombang T.
Seringkali kompleks QRS itu terdiri atas tiga gelombang yang terpisah, yakni
gelombang Q, gelombang R dan gelombang S, namun jarang ditemukan. Sinyal
EKG terdiri atas :
1)
Gelombang P, terjadi akibat
kontraksi otot atrium, gelombang ini relatif kecil karena otot atrium
yang relatif tipis.
2)
Gelombang QRS, terjadi akibat
kontraksi otot ventrikel yang tebal sehingga gelombang QRS cukup tinggi.
Gelombang Q merupakan depleksi pertama kebawah. Selanjutnya depleksi ke atas
adalah gelombang R. Depleksi ke bawah setelah gelombang R disebut gelombang S.
3)
Gelombang T, terjadi akibat
kembalinya otot ventrikel ke keadaan listrik istirahat (repolarisasi)
b.
Pembentukan
Gelombang
Ketika
impuls dari nodus SA menjalar di kedua atrium, terjadi depolarisasi dan
repolarisasi di atrium dan semua sadapan merekamnya sebagai gelombang P
defleksi positif, terkecuali di aVR yang menjauhi arah aVR sehingga defleksinya
negatif. Setelah dari atrium, listrik menjalar ke nodus AV, berkas His, LBB dan
RBB, serta serabut purkinje. Selanjutnya,
terjadi depolarisasi di kedua ventrikel dan terbentuk gelombang QRS defleksi
positif, kecuali di aVR. Setelah terjadi depolarisasi di kedua ventrikel,
ventrikel kemudian mengalami repolarisasi. Repolarisasi di kedua ventrikel
menghasilkan gelombang T defleksi positif di semua sadapan, kecuali di aVR. (F.
Sangadji
Elektrokardiogram normal terdiri dari sebuah gelombang P , sebuah “
kompleks QRS “ , dan sebuah gelombang T. kompleks QRS sebenarnya tiga gelombang
tersendiri, gelombang Q, gelombang R, gelombang S, ke semuanya di sebabkan oleh
lewatnya impuls jantung melalui ventrikel ini. Dalam elektrokardigram yang
normal, gelombang Q, dan S sering sangat menonjol dari pada gelombang R dan
kadang kadang benar benar absen , tetapi walau bagaimanapun gelombang ini masih
di kenal sebagai kompleks QRS atau hanya gelombang QRS.
Gelombang P di sebabkan oleh arus listrik yang di bangkitkan sewaktu atrium
mengalami depolarisasi sebelum berkontraksi , dan kompleks QRS di sebabkan oleh
arus listrik yang di bangkitkan ketika ventrikel mengalami depolarisasi sebelum
berkontraksi. Oleh karna itu, gelombang P dan komponen komponen kompleks QRS
adalah gelombang depolarisasi. Gelombang T di sebabkan oleh arus listrik yang
di bangkitkan sewaktu ventrikel kembali dari keadaan depolarisasi.
c.
Durasi atau Interval Gelombang
1)
Interval P-Q
atau Interval P-R
Lama waktu
antara permulaan gelombang P dan permulaan gelombang QRS adalah interval waktu
antara permulaan kontraksi ventrikel. Periode ini disebut sebagai interval P-Q.
Interval P-Q normal adalah kira-kira 0,16 detik. Kadang-kadang interval ini
juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering tidak ada.
2)
Interval Q-T
Kontraksi
ventrikel berlangsung hampir dari permulaan gelombang Q sampai akhir gelombang
T. Interval ini juga disebut sebagai interval P-R sebab gelombang Q sering
tidak ada. Sinyal EKG ini memiliki sifat- sifat khas yang lain yaitu: Amplitudo
rendah (sekitar 10μV – 10mV) dan frekuensi rendah (sekitar 0,05 – 100Hz).
4.
Kertas EKG
- Merupakan segulungan kertas
grafik panjang kontinu dg garis2 tebal dan tipis vertical dan horizontal.
Garis tipis membatasi kotak2 kecil seluas 1 mm X 1mm; garis tebal
membatasi kotak2 besar seluas 5 mm X 5 mm.
- Sumbu horizontal mengukur
waktu. Jarak satu kotak kecil adalah 0,04 detik. Jarak satu kotak besar
adalah 5 kali lebih besar atau 0,2 detik.
- Sumbu vertical mengukur
voltage. Jarak satu kotak kecil adalah sebesar 0,1 mV, dan satu kotak
besar adalah sebesar 0,5 mV.
5.
Nilai-nilai
EKG Normal
a)
Gelombang P
yaitu depolarisasi atrium.
- Nilai-normal ; lebar <>
- Tinggi <0,25>
- Bentuk + ( ) di lead I, II,
aVF, V2 - V6
- - ( )
di lead aVR
- + atau - atau +
bifasik ( ) di lead III, aVL, V1
b)
Kompleks QRS yaitu depolarisasi dan ventrikel, diukur dari permulaan gelombang QRS
sampai akhir gelombang QRS Lebar 0,04 - 0,10 detik.
·
Gelombang Q yaitu defleksi pertama yang ke
bawah (-) lebar 0,03 detik, dalam <1/3>
·
Gelombang R yaitu defleksi pertama yang
keatas (+)
-
Tinggi ; tergantung lead.
-
Pada lead I,
II, aVF, V5 dan V6 gel. R lebih tinggi (besar)
-
Gel. r kecil di
V1 dan semakin tinggi (besar) di V2 - V6.
·
Gelombang S yaitu defleksi pertama setelah
gel. R yang ke bawah (-).
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
Gel. S lebih besar pada VI - V3 dan semakin kecil di V4 - V6.
c)
Gelombang T yaitu repolarisasi dan ventrikel
·
(+) di lead I, II, aVF, V2 - V6.
·
(-) di lead aVR.
·
(±) / bifasik di lead III, aVL, V1
(dominan (+) / positif
d)
Gelombang U ; biasanya
terjadi setelah gel. T (asal usulnya tidak diketahui) dan dalam keadaan normal
tidak terlihat.
6.
Sandapan
pada EKG (Bipolar dan Unipolar)
Fungsi sadapan EKG adalah untuk menghasilkan sudut pandang yang jelas
terhadap jantung. Sadapan ini dibaratkan dengan banyaknya mata yang mengamati
jantung jantung dari berbagai arah. Semakin banyak sudut pandang, semakin
sempurna pengamatan terhadap kerusakan-kerusakan bagian-bagian jantung.
Sadapan pada mesin EKG secara garis
besar terbagi menjadi dua:
a. Sadapan bipolar
Sadapan
Bipolar (I, II, III). Sadapan ini
dinamakan bipolar karena merekam perbedaan potensial dari dua elektrode.
Sadapan ini memandang jantung secara arah vertikal (ke atas-bawah, dan ke
samping). Sadapan ini merekam dua kutub listrik yang berbeda, yaitu kutub dan
kutub negatif. Masing-masing elektrode dipasang di kedua tangan dan kaki.
Sadapan-sadapan bipolar dihasilkan dari gaya-gaya listrik yang diteruskan
dari jantung melalui empat kabel elektrode yang diletakkan di kedua tangan dan
kaki. Masing-masing
LA (left arm), RA (right arm), LF (left foot), RF (right foot). Dari empat
kabel elektrode ini aka dihasilkan beberapa sudut atau sadapan sebagai berikut.
1)
Sadapan I.
sadapan I dihasilkan dari perbedaan potensial lsitrik antara RA yang dibuat
bermuatan negatif dan LA yang dibuat bermuatan positif sehingga arah listrik
jantung bergerak ke sudut 0 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan
demikian, bagian lateral jantung dapat dilihat oleh sadapan I.
2)
Sadapan II.
Sadapan II dihasilkan dari perbedaan antara RA yang dibuat bermuatan
negatif dan LF yang bermuatan positif sehingga arah listrik bergerak sebesar
positif 60 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan demikian, bagian
inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan II.
3)
Sadapan III.
Sadapan III dihasilkan dari perbedaan antara LA yang
dibuat bermuatan negatif dan RF yang dibuat bermuatan positif sehingga listrik
bergerak sebesar positif 120 derajat (sudutnya ke arah inferior). Dengan
demikian, bagian inferior jantung dapat dilihat oleh sadapan III.
b.
Sadapan
unipolar
Sadapan ini
merekam satu kutub positif dan lainnya dibuat indifferent. Sadapan ini terbagi
menjadi sadapan unipolar ekstremitas dan unipolar prekordial
1)
Unipolar
Ekstremitas
Sadapan unipolar ekstremitas merekam besar potensial listrik pada
ekstremitas. Gabungan elektrode pada ekstremitas lain membentuk elektrode
indifferent (potensial 0). Sadapan ini diletakkan pada kedua lengan dan kaki
dengan menggunakan kabel seperti yang digunakan pada sadapan bipolar.
Vektor dari sadapan unipolar akan menghasilkan sudut pandang terhadap
jantung dalam arah vertikal.
a)
Sadapan aVL.
Sadapan aVL dihasilkan dari perbedaan antara muatan LA yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LF yang dibuat indifferent sehingga listrik
bergerak ke arah -30 derajat (sudutnya ke arah lateral kiri). Dengan demikian,
bagian lateral jantung dapat dilihat juga oleh sadapan aVL.
b)
Sadapan aVF.
Sadapan aVF dihasilkan dari perbedaan antara muatan LF yang dibuat
bermuatan positif dengan RA dan LA dibuat indifferent sehingga listrik bergerak
ke arah positif 90 derajat (tepat ke arah inferior). Dengan demikian, bagian
inferior jantung selain sadapan II dan III dapat juga dilihat oleh sadapan aVF.
c)
Sadapan aVR.
Sadapan aVR dihasilkan dari perbedaan antara muatan RA yang dibuat
bermuatan positif dengan LA dan LF dibuat indifferent sehingga listrik bergerak
ke arah berlawanan dengan arah lsitrik jantung -150 derajat (ke arah ekstrem).
Dari sadapan bipolar dan unipolar ekstremitas, garis atau sudut pandang
jantung dapat diringkas seperti yang digambarkan berikut.
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
Akan tetapi, sadapan-sadapan ini belum cukup sempurna untuk mengamati adanya kelainan di seluruh permukaan jantung. Oleh karena itu, sudut pandang akan dilengkapi dengan unipolar prekordial (sadapan dada).
2)
Unipolar
Prekordial
Sadapan unipolar prekordial merekam besar potensial listrik dengan
elektrode eksplorasi diletakkan pada dinding dada. Elektrode indifferent
(potensial 0) diperoleh dari penggabungan ketiga elektrode esktremitas.
Sadapan ini memandang jantung secara horizontal (jantung bagian anterior,
septal, lateral, posterior dan ventrikel sebelah kanan).
Penempatan dilakukan berdasarkan pada urutan kabel-kabel yang terdapat pada
mesin EKG yang dimulai dari nomor C1-C6.
V1: Ruang interkostal IV garis sternal kanan
V2: Ruang interkostal IV garis sternal kiri
V3: Pertengahan antara V2 dan V4
V4: Ruang interkostal V garis midklavikula kiri
V5: Sejajar V4 garis aksila depan
V6: Sejajar V4 garis mid-aksila kiri
7.
Prosedur
Pelaksanaan Pemeriksaan Pemasangan Ekg & Letak Sandapan
Persiapan
alat-alat EKG
a. Mesin EKG yang dilengkapi dengan 3 kabel, sebagai berikut :
b. Satu kabel untuk listrik (power)
c. Satu kabel untuk bumi (ground)
d. Satu kabel untuk pasien, yang terdiri dari 10 cabang dan diberi tanda
dan warna.
e. Plat elektrode yaitu
f. 4 buah elektrode extremitas dan manset
g. 6 Buah elektrode dada dengan balon penghisap.
h. Jelly elektrode / kapas alcohol
i. Kertas EKG (telah siap pada alat EKG)
j. Kertas tissue
Persiapan Pasien
a. Pasieng diberitahu tentang tujuan perekaman EKG
b. Pakaian pasien dibuka dan dibaringkan terlentang dalam keadaan tenang
selama perekaman.
Cara
Menempatkan Elektrode
Sebelum
pemasangan elektrode, bersihkan kulit pasien di sekitar pemasangan manset, beri
jelly kemudian hubungkan kabel elektrode dengan pasien.
a.
Elektrode extremitas atas dipasang
pada pergelangan tangan kanan dan kiri searah dengan telapak tangan.
b.
Pada extremitas bawah pada
pergelangan kaki kanan dan kiri sebelah dalam.
c.
Posisi pada pengelangan bukanlah
mutlak, bila diperlukan dapatlah dipasang sampai ke bahu kiri dan kanan dan
pangkal paha kiri dan kanan.
d.
Kemudian kabel-kabel dihubungkan :
Merah (RA / R) lengan kananØ
Kuning (LA/ L) lengan kiriØ
Hijau (LF / F ) tungkai kiriØ
Hitam (RF / N) tungkai kanan
(sebagai ground)Ø
Hasil pemasangan tersebut terjadilah
2 sandapan (lead)
1.
Sandapan bipolar (sandapan standar)
dan ditandai dengan angka romawi I, II, III.
2.
Sandapan Unipolar Extremitas
(Augmented axtremity lead) yang ditandai dengan simbol aVR, aVL, aVF.
3.
Pemasangan elektroda dada (Sandapan
Unipolar Prekordial), ini ditandai dengan huruf V dan disertai angka di
belakangnya yang menunjukkan lokasi diatas prekordium, harus dipasang pada :
VI : sela iga ke 4 garis sternal
kanan
V2 : sela iga ke 4 pada garis
sternal kiri
V3 : terletak diantara V2 dan V4
V4 : ruang sela iga ke 5 pada mid
klavikula kiri
V5 ; garis aksilla depan sejajar
dengan V4
V6 ; garis aksila tengah sejajar
dengan V4
Sandapan
tambahan
V7 : garis aksila belakang sejajar
dengan V4
V8 : garis skapula belakang sejajar
dengan V4
V9 : batas kin dan kolumna vetebra
sejajar dengan V4
V3R - V9R posisinya sama dengan V3 -
V9, tetapi pada sebelah
kanan. Jadi pada umumnya pada sebuah
EKG dibuat 12 sandapan (lead) yaitu
I II III aVR aVL aVF
VI V2 V3 V4 V5 V6
Sandapan yang lain dibuat bila
perlu.
Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
Lokasi permukaan otot jantung dapat dilihat pada EKG, seperti :
1. Anterior : V2, V3, V4
2. Septal : aVR, V1, V2
3. Lateral : I, aVL, V5, V6
4. Inferior : II, III, aVF
Aksis terletak antara : - 30 sampai
+ 110 (deviasi aksis normal)
Lebih dari – 30 : LAD (deviasi aksis
kiri)
Lebih dari dari + 110 : RAD (deviadi
aksis kanan)
Cara Merekam
EKG
1)
Hidupkan mesin EKG dan tunggu
sebentar untuk pemanasan.
2)
Periksa kembali standarisasi EKG
antara lain
a)
Kalibrasi 1 mv (10 mm)
b)
Kecepatan 25 mm/detik
c)
Setelah itu lakukan kalibrasi dengan
menekan tombol run/start dan setelah kertas bergerak, tombol kalibrasi ditekan
2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
2 -3 kali berturut-turut dan periksa apakah 10 mm
d)
Dengan memindahkan lead selector
kemudian dibuat pencatatan EKG secara berturut-turut yaitu sandapan (lead) I,
II, III, aVR,aVL,aVF,VI, V2, V3, V4, V5, V6. Setelah pencatatan, tutup kembali
dengan kalibrasi seperti semula sebanyak 2-3 kali, setelah itu matikan mesin
EKG
e)
Rapikan pasien dan alat-alat.
-
Catat di pinggir kiri atas kertas
EKG
-
Nama pasien
-
Umur
-
Tanggal/Jam
-
Dokter yang merawat dan yang membuat
perekaman pada kiri bawah
-
Dibawah tiap lead, diberi tanda lead
berapa, perhatian
Perhatian !
·
Sebelum bekerja periksa dahulu
tegangan alat EKG.
·
Alat selalu dalam posisi stop
apabila tidak digunakan.
·
Perekaman setiap sandapan (lead)
dilakukan masing - masing 2 - 4 kompleks
·
Kalibrasi dapat dipakai gambar
terlalu besar, atau 2 mv bila gambar terlalu kecil.
·
Hindari gangguan listrik dan
gangguan mekanik seperti ; jam tangan, tremor, bergerak, batuk dan lain-lain.
·
Dalam perekaman EKG, perawat harus
menghadap pasien.
8. Interpretasi EKG
a.
IRAMA JANTUNG
Irama jantung normal adalah irama
sinus, yaitu irama yang berasal dari impuls yang dicetuskan oleh Nodus SA yang
terletak di dekat muara Vena Cava Superior di atrium kanan jantung. Irama sinus
adalah irama dimana terdapat gelombang P yang diikuti oleh kompleks QRS. Irama
jantung juga harus teratur/ reguler, artinya jarak antar gelombang yang sama
relatif sama dan teratur. Misalkan saya ambil gelombang R, jarak antara gelombang
R yang satu dengan gelombang R berikutnya akan selalu sama dan teratur
Jadi, yang kita tentukan dari irama
jantung adalah, apakah dia merupakan irama sinus atau bukan sinus, dan apakah
dia reguler atau tidak reguler.
·
Irama Sinus, seperti yang saya tulis
di atas, yakni adanya gelombang P, dan setiap gelombang P harus diikuti oleh
kompleks QRS. Ini normal pada orang yang jantungnya sehat.
·
Irama Bukan Sinus, yakni selain
irama sinus, misalkan tidak ada kompleks QRS sesudah gelombang P, atau sama
sekali tidak ada gelombang P. Ini menunjukkan adanya blokade impuls elektrik
jantung di titik-titik tertentu dari tempat jalannya impuls seharusnya (bisa di
Nodus SA-nya sendiri, jalur antara Nodus SA – Nodus AV, atau setelah nodus AV),
dan ini abnormal.
·
Reguler, jarak antara gelombang R
dengan R berikutnya selalu sama dan teratur. Kita juga bisa menentukan
regulernya melalui palpasi denyut nadi di arteri karotis, radialis dan
lain-lain.
·
Tidak reguler, jarak antara
gelombang R dengan R berikutnya tidak sama dan tidak teratur, kadang cepat,
kadang lambat, misalnya pada pasien-pasien aritmia jantung.
b. FREKUENSI
JANTUNG
Frekuensi jantung atau Heart
Rate adalah jumlah denyut jantung selama 1 menit. Cara menentukannya
dari hasil EKG ada bermacam-macam. Bisa kita pakai salah satu atau bisa
semuanya untuk membuat hasil yang lebih cocok. Rumusnya berikut ini:
1.
Cara 1
HR = 1500 / x
Keterangan: x = jumlah kotak kecil
antara gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya.
2.
Cara 2
HR = 300 / y
Keterangan: y = jumlah kotak sedang
(5×5 kotak kecil) antara gelombang R yang satu dengan gelombang R setelahnya.
(jika tidak pas boleh dibulatkan ke angka yang mendekati, berkoma juga ga
masalah)
3.
Cara 3
Adalah cara yang paling mudah, bisa
ditentukan pada Lead II panjang (durasi 6 detik, patokannya ada di titik-titik
kecil di bawah kertas EKG, jarak antara titik 1 dengan titik setelahnya = 1
detik, jadi kalau mau 6 detik, bikin aja lead II manual dengan 7 titik).
Caranya adalah:
HR = Jumlah QRS dalam 6 detik tadi
itu x 10.
Nanti yang kita tentukan dari
Frekuensi jantung adalah:
·
Normal: HR berkisar antara 60 – 100
x / menit.
·
Bradikardi= HR < 60x /menit
·
Takikardi= HR > 100x/ menit
·
c. AKSIS
Aksis jantung adalah, proyeksi jantung jika
dihadapkan dalam vektor 2 dimensi. Vektor 2 dimensi disini maksudnya adalah
garis-garis yang dibentuk oleh sadapan-sadapan pada pemeriksaan EKG. Sadapan (Lead)
EKG biasanya ada 12 buah yang dapat dikelompokkan menjadi 2:
1)
Lead bipolar, yang merekam perbedaan
potensial dari 2 elektroda/ lead standar, yaitu lead I, II dan III.
2)
Lead unipolar, yang merekam
perbedaan potensial listrik pada satu elektroda yang lain sebagai elektroda
indiferen (nol). Ada 2: (a) unipolar ekstrimitas (aVL, aVF, dan aVR); (b)
unipolar prekordial (V1, V2, V3, V4, V5 dan V6)
Setiap lead memproyeksikan suatu garis/ vektor
tertentu. Urutannya bisa dilihat dari gambaran berikut ini:
Aksis jantung normal (positif) adalah antara -30°
sampai dengan 120° (ada yang mendefinisikan sampai 100° saja). Sebenarnya ini
adalah proyeksi dari arah jantung sebenarnya. Pada kertas EKG, kita bisa
melihat gelombang potensial listrik pada masing-masing lead. Gelombang disebut
positif jika arah resultan QRS itu ke atas, dan negatif jika ia kebawah.
Berikut ini arti dari masing-masing Lead:
·
Lead I = merekam beda potensial
antara tangan kanan (RA) dengan tangan kiri (LA), dimana tangan kanan bermuatan
(-) dan tangan kiri bermuatan positif (+).
·
Lead II = merekam beda potensial
antara tangan kanan (RA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan
negatif (-), dan kaki kiri bermuatan positif (+)
·
Lead III = merekam beda potensial
antara tangan kiri (LA) dengan kaki kiri (LF), dimana tangan kanan bermuatan
negatif (-) dan tangan kiri bermuatan positif (+)
·
Lead aVL = merekam potensial listrik
pada tangan kiri (LA), dimana tangan kiri bermuatan positif (+), tangan kanan
dan kaki kiri membentuk elektroda indiferen (potensial nol)
·
Lead aVF = merekam potensial listrik
pada kaki kiri (LF), dimana kaki kiri bermuatan positif (+), tangan kiri dan
tangan kanan nol.
·
Lead aVR = merekam potensial listrik
pada tangan kanan (RA), dimana tangan kanan positif (+), tangan kiri dan kaki
kiri nol.
Nah, secara elektrofisiologi, arus potensial listrik jantung berasal dari
SA node lalu meluncur ke AV node, bundle His, cabang septal dan sampai ke
serabut purkinje. Arus itu bermuatan negatif (-). Jika arus itu menuju lead
yang bermuatan positif (+), maka di kertas EKG akan muncul gelombang ke atas,
(kan tarik-menarik gitu..), kalau arus itu menjauhi lead yang bermuatan (+)
tersebut, maka di kertas EKG dia akan muncul sebagai gelombang ke bawah. (Arus
menuju dan menjauhi lead itu layaknya bisa di imajinasikan sendiri kali ya,
bayangkan saja lokasi leadnya dan arah arus elektrofisiologi jantungnya. Sama
halnya jika diibaratkan, lead itu kayak orang yang lagi berdiri memandangi
sebuah mobil yang lagi jalan dalam suatu arena balap. Ada orang yang melihat
mobil itu dari sudut segini, ada yang dari segitu, jadi ntar penafsiran mereka
beda-beda. Jika digabungkan, maka dapatlah mereka menyimpulkan apa yang terjadi
dari mobil balap itu.)
Itulah mengapa arah gelombang di lead aVR bernilai
negatif (gelombangnya terbalik), karena arah arus jantung berlawanan dengan
arah lead/ menjauhi lead, sedangkan di lead-lead lainnya bernilai positif
(gelombangnya ke atas).
Cara menentukan aksis dari kertas EKG itu adalah:
a.
Lihat hasil di Lead I, perhatikan
resultan gelombang di kompleks QRS. Jika resultan gaya Q, R dan S nya positif,
(maksudnya jika gelombang R-nya lebih tinggi daripada jumlah Q dan S {bisa
dihitung jumlah kotaknya}), maka lead I = positif (+). Jika R-nya lebih rendah
daripada jumlah Q dan S, maka lead I = negatif (-). Ini semacam resultan gaya.
b.
Lihat hasil di Lead aVF, perhatikan
hal yang sama, apakah lead aVF nya positif atau negatif.
c.
Jika masih ragu lihat lagi di Lead
II (lead II hasilnya lebih bagus karena letak lead II searah dengan arah
jantung normal). tentukan apakah lead II nya positif atau negatif.
Nah, cara menginterpretasikannya bisa dibuatkan tabel
berikut ini:
Aksis / Lead
|
Normal
|
LAD
|
RAD
|
I
|
+
|
+
|
-
|
aVF
|
+
|
-
|
+
|
II
|
+
|
-
|
+
|
·
Aksis Normal = ketiga lead tersebut
bernilai positif, artinya jantung berada di antara aksis -30° sampai
dengan 120° (ada yang menyebutkan sampai 100° saja).
·
LAD (Left Axis Deviation), artinya
aksis / arah proyeksi jantungnya bergeser ke kiri, atau di atas – 3o°. Kalau
demikian tentu gak mungkin aVF atau lead II nya positif, pasti negatif kan.Ini
biasa terjadi jika adanya pembesaran ventrikel kiri/ LVH (Left Ventricular
Hypertrophy), sehingga arah jantungnya jadi ga normal lagi, agak naik gitu.
Misalnya pada pasien-pasien hipertensi kronis dsb.
·
RAD (Right Axis Deviation), artinya
aksisnya bergeser ke kanan, atau di atas 120°. Kalau ke kanan tentu lead I-nya
akan negatif, sedangkan aVF dan II positif. Biasanya ini terjadi jika adanya
pembesaran jantung kanan/ RVH (Right Ventricular Hypertrophy).
d. Gelombang P
Gelombang P adalah representasi dari depolarisasi
atrium. Gelombang P yang normal:
·
lebar < 0,12 detik (3 kotak kecil
ke kanan)
·
tinggi < 0,3 mV (3 kotak kecil ke
atas)
·
selalu positif di lead II
·
selalu negatif di aVR
Yang ditentukan
adalah normal atau tidak:
·
Normal
·
Tidak normal:
·
P-pulmonal : tinggi > 0,3 mV,
bisa karena hipertrofi atrium kanan.
·
P-mitral: lebar > 0,12 detik dan
muncul seperti 2 gelombang berdempet, bisa karena hipertrofi atrium kiri.
·
P-bifasik: muncul gelombang P ke
atas dan diikuti gelombang ke bawah, bisa terlihat di lead V1, biasanya
berkaitan juga dengan hipertrofi atrium kiri.
e. PR Interval
PR interval adalah jarak dari awal gelombang P sampai
awal komplek QRS. Normalnya 0,12 – 0,20 detik (3 – 5 kotak kecil). Jika
memanjang, berarti ada blokade impuls. Misalkan pada pasien aritmia blok AV,
dll.
Yang ditentukan: normal atau memanjang.
f. Kompleks QRS
Adalah representasi dari
depolarisasi ventrikel. Terdiri dari gelombang Q, R dan S. Normalnya:
·
Lebar = 0.06 – 0,12 detik (1,5 – 3
kotak kecil)
·
tinggi tergantung lead.
Yang
dinilai:
g.
Gelombang Q: adalah
defleksi pertama setelah interval PR / gelombang P. Tentukan apakah dia normal
atau patologis. Q Patologis antara lain:
·
durasinya > 0,04 (1 kotak kecil)
·
dalamnya > 1/3 tinggi gelombang
R.
h.
Variasi Kompleks QRS
·
QS, QR, RS, R saja, rsR’, dll.
Variasi tertentu biasanya terkait dengan kelainan tertentu.
·
Interval QRS, adalah jarak
antara awal gelombang Q dengan akhir gelombang S. Normalnya 0,06 – 0,12 detik
(1,5 – 3 kotak kecil). Tentukan apakah dia normal atau memanjang
i.
Tentukan RVH/LVH
Rumusnya,
·
RVH jika tinggi R / tinggi S di V1
> 1
·
LVH jika tinggi RV5 + tinggi SV1
> 35
j.
ST Segmen
ST segmen
adalah garis antara akhir kompleks QRS dengan awal gelombang T. Bagian ini
merepresentasikan akhir dari depolarisasi hingga awal repolarisasi ventrikel.
Yang dinilai:
a.
Normal: berada di garis isoelektrik
b.
Elevasi (berada di atas garis
isoelektrik, menandakan adanya infark miokard)
c.
Depresi (berada di bawah garis
isoelektrik, menandakan iskemik)
k.
Gelombang T
Gelombang T
adalah representasi dari repolarisasi ventrikel. Yang dinilai adalah:
- Normal: positif di semua lead
kecuali aVR
- Inverted: negatif di lead
selain aVR (T inverted menandakan adanya iskemik)
C. PEMERIKSAAN FISIK JANTUNG
1.
Persiapan Klien
a.
Buatlah penerangan yang baik dalam
ruangan, termasuk penerangan untuk pengkajian
b.
Klien sebaiknya berbaring dengan
badan bagian atas sedikit terangkat, dan pemeriksa sebaiknya berdiri disisi
kanan klien.
c.
Minta klien untuk tidak berbicara
selama pemeriksaan kecuali diminta oleh pemeriksa.
d.
Agar klien tidak cemas, jangan
perlihatkan kekuatiran tentang hasil selama pengkajian.
2. Pengkajian Riwayat Kesehatan
a.
Kaji riwayat merokok, penggunaan
alkohol, pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan, dan pola diet termasuk
pemasukannya
b.
Apakah klien mendapat pengobatan
untuk fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui kegunaan, dosis, dan efek
samping pengobatan?
c.
Tanyakan apakah klien mengalami
nyeri atau ketidaknyamanan pada dada, palpitasi, kelelahan yang berlebihan,
dispnea, edema pada kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-gejala ini
terjadi saat istirahat atau latihan.
d.
Bila terjadi nyeri dada, tentukan
apakah hal tersebut murni karena jantung (Rossi dan Leary, 1992 dikutip dari
Potter, 1996), nyeri angina biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang dalam,
substernal dan menyebar ke salah satu atau kedua lengan, bisa sampai ke rahang;
Tentukan frekuensinya. Apakah nyeri menyebar ke lengan, bahu, atau leher? Apakah
nyeri tersebut disertai terjadinya diaforesis.
e.
Apakah klien menjalani gaya hidup
yang penuh stres
f.
Kaji riwayat keluarga klien mengenai
penyakit jantung seperti hipertensi, stroke, kolesterol tinggi, atau penyakit
jantung rematik. Apakah klien
mengetahui adanya hipertensi atau penyakit jantung tersebut
g.
Apakah klien mengalami diabetes atau
gejala awal diabetes, penyakit paru atau obesitas
h.
Tentukan apakah klien minum minuman
mengandung kafein yang berlebihan.
i.
Kaji kebiasaan makan klien seperti
mengkonsumsi lemak, natrium.
3.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Pasien
Pemeriksaan keadaan umum pasien dimaksudkan
untuk mendapatkan kesan umum pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu
diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi,
dalam keadaan comfort atau distress, serta sikap dan tingkah laku pasien.
b. Kaji Tanda Tanda Vital
·
Pernapasan :
Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu diperhatikan :
-
posisi badan, untuk menilai ortopnea
-
ekspresi muka, untuk menilai keadaan emosi atau stress pada pernapasan
-
pernapasan pada gerak badan dibandingkan dengan pernapasan pada
keadaan istirahat
-
tanda-tanda objektif dispnea.
·
Nadi
Kriteria keadaan nadi :
-
Frekuensi, menyatakan jumlah denyut
nadi per menit.
-
Regularitas, menunjukkan
teratur/tidaknya nadi bila tidak teratur tentukan apakah ada defisit denyut
nadi, yaitu selisih antara frekuensi nadi dan denyut jantung per menit.
-
Amplitudo, menggambarkan besar
kecilnya isi sekuncup.
-
Bentuk (contour), memberikan
gambaran upstroke atau down stroke.
-
Isi (volume), menunjukkan
besar/kecilnya isi bolus darah dalam arteri.
-
Perabaan arteri, untuk mengetahui
keadaan (kondisi) dinding arteri.
·
Tekanan Darah
Tekanan darah banyak bergantung pada
:
-
Curah jantung, yang merupakan
cerminan fungsi jantung
-
Resistensi vaskular perifer (TPR),
ditentukan oleh diameter pembuluh darah perifer.
-
Tonus dan elastisitas arteri,
menggambarkan kondisi dinding pembuluh darah perifer.
-
Volum darah dalam arteri,
menunjukkan jumlahnya darah intravaskular.
-
Viskositas darah, menunjukkan
kondisi cairan intravaskular.
Inspeksi
n
Perhatikan bentuk prekordial, apakah
normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris (voussure cardiaque),
yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi
ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan congenital
n
Garis anatomis pada permukaan badan
yang penting pada permukaan dada ialah :
-
garis tengah sternal (mid sternal
line/MSL)
-
garis tengah klavikular (mid
clavicular
-
line/MCL)
-
garis anterior line (anterior
axillary
-
line/AAL)
-
garis para sternal kiri dan kanan
-
(parastrenal line/PSL)
Palpasi
Jantung
n
Pada palpasi jantung telapak tangan
diletakkan di atas prekordium dan dilakukan perabaan di atas iktus kordis
(apical impulse)
n
Lokasi point of maximal impulse
(PMI) terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis
midklavikular (medial dari apeks anatomis). Pada bentuk dada yang panjang dan
gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular,
sedangkan pada bentuk dada yang pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral.
Perkusi
Jantung
Cara Perkusi
n
Batas atau tepi kiri pekak jantung
yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri.
Pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan
gambaran besamya jantung.
n
Pada kardiomegali, batas pekak
jantung melebar ke kiri dan ke kanan.
n
Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan
apeks kordis bergeser ke lateral-bawah.
n
Hipertrofi atrium kiri menyebabkan
pinggang jantung merata atau menonjol ke arah lateral.
n
Pada hipertrofi ventrikel kanan,
batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/ atau ke kiri atas.
n
Pada perikarditis pekak jantung
absolut melebar ke kanan dan ke kiri.
n
Pada emfisema paru, pekak jantung
mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas
jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.
Auskultasi
Jantung
Bunyi jantung I ditimbulkan karena
n
kontraksi yang mendadak terjadi pada
awal sistolik meregangnya daun-daun katup mitrai dan trikuspid yang mendadak
akibat tekanan dalam ventrikel yang meningkat dengan cepat,
n
meregangnya dengan tiba-tiba chordae
tendinea yang memfiksasi daun-daun katup yang telah menutup dengan sempurna,
n
dan getaran kolom darah dalam
outflow tract (jalur keluar) ventrikel kiri dan dinding pangkal aorta dengan
sejumlah darah yang ada di dalamnya.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi intensitas BJ I, yaitu :
n
kekuatan dan kecepatan kontraksi
otot ventrikel makin kuat dan cepat, makin keras bunyinya.
n
Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat
sebelum kontraksi ventrikel.
n
Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien
dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ
yang terdengar lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah.
BJ II
ditimbulkan karena
n
vibrasi akibat penutupan katup
aorta (komponen aorta),
n
penutupan katup pulmonal (komponen
pulmonal),
n
perlambatan aliran yang mendadak
dari darah pada akhir ejeksi sistolik,
n
dan benturan balik dari kolom darah
pada pangkal aorta dan membentur katup aorta yang baru tertutup rapat.
BJ III
terdengar karena pengisian ventrikel yang cepat (fase rapid filling). Vibrasi
yang ditimbulkan adalah akibat percepatan aliran yang mendadak pada pengisian
ventrikel karena relaksasi aktif ventrikel kiri dan kanan dan segera disusul
oleh perlambatan aliran pengisian
n
Bunyi jantung IV: dapat terdengar
bila kontraksi atrium terjadi dengan kekuatan yang lebih besar, misalnya pada
keadaan tekanan akhir diastol ventrikel yang meninggi sehingga memerlukan
dorongan pengisian yang lebih keras dengan bantuan kontraksi atrium yang lebih
kuat.
Bunyi
Jantung Tambahan
Bunyi Ekstra Kardial
n
Gerakan perikard (pericardial
friction rub) terdengar pada fase sistolik dan diastolik akibat gesekan
perikardium viseral dan parietal. Bunyi ini dapat ditemukan pada perikarditis.
Bising (Desir) Jantung (Cardiac Murmur)
n
Bising jantung ialah bunyi desiran
yang terdengar memanjang, yang timbul akibat vibrasi aliran darah turbulen yang
abnormal.
Intensitas Bunyi Murmur
intensitas bunyi murmur didasarkan pada tingkat
kerasnya suara dibedakan :
n
Derajat I : bunyi murmur sangat
lemah dan hanya dapat terdengar dengan upaya dan perhatian khusus.
n
Derajat II : bunyi bising lemah,
akan tetapi mudah terdengar.
n
Derajat II : bunyi bising agak
keras.
n
Derajat IV : bunyi bising cukup
keras.
n
Derajat V : bunyi bising sangat
keras.
n
Derajat VI : bunyi bising paling
keras.
Kualitas Bunyi (Timbre)
Kualitas bunyi dibedakan :
n
Bising musikal yaitu bunyi yang
terdiri dari bunyi-bunyi dengan frekuensi dari satu atau beberapa gelombang
nada dasar.
n
Bising dengan suara meniup (blowing)
yaitu terdengar seperti suara meniup dengan nada yang rendah.
n
Bising dengan suara desiran (harsh)
berupa desir halus, seperti suara meniup dengani nada yang tinggi.
n
Bising dengan suara geram
(rumbling), terdengar seperti suara menggeram yang agak keras dengan nada yang
rendah
PEMERIKSAAN
TEKANAN VENA JUGULARIS
a.
Penderita mula-mula disuruh
berbaring tanpa bantal, bila titik kolaps tidak nampak penderita disuruh pakai
bantal
b.
Membuat penderita berbaring dengan
kepala membuat sudut 30 derajat,
c.
Leher penderita harus diluruskan
d.
Lakukan penekanan pada vena
jugularis di bawah angulus mandibula dan kemudian cari dan tentukan titik
kolaps
e.
Tentukan jaraknya berapa cm dari
bidang yang melalui angulus ludovici (patokan jarak dari vena cava superior + 5
cm /selanjutnya disebut R cm)
f.
Bila permukaan titik kolaps vena
jugularis berada 5cm dibawah bidang horizontal yang melalui angulus ludovici,
maka tekanan vena jugularis (CVP) sama dengan R-5 cm H20, sedang bila titik
kolapsnya berasa 2 cm diatas berarti CVP R + 2 cm H20
g.
Bila hasil CVP kiri dan kanan
berbeda, maka diambil CVP yang lebih rendah
.
BAB III
ASUHAN
KEPERAWATAN
A. Pengertian
Decompensasi
cordis adalah keadaan patofisiologik dimana
jantung pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan
(Price, 1994: 583). Pengertian lain menyebutkan bahwa dekompensasi cordis adalah ketidakmampuan jantung
memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan metabolisme dan kebutuhan oksigen
jaringan (Doenges, 2000: 48). Dari pengertian diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa dekompensasi cordis merupakan keadaan jantung yang sudah tidak
mampu lagi memompa darah sesuai dengan kebutuhan tubuh.
B.
Etiologi
Menurut
Price (1994:584) decompensasi cordis adalah sebagai berikut:
1. Kelainan
mekanis.
a. Peningkatan
beban tekanan
1) Sentral
(stenosis aorta dan sebagainya)
2) Perifer
(hipertensi sistemik dan sebagainya)
b. Peningkatan
beban volume (regurgitasi katub, pirau, peningkatan beban awal dan
sebagainya)
c. Obstruksi
terhadap pengisian ventrikel (stenosis mitralis atau trikus pidalis).
d. Tamponade
perikardium.
e. Restriksi
endokardium atau miokardium.
f. Aneurisme
ventrikel.
g. Dis
sinergi ventrikel.
2. Kelainan
miokardium
a. Primer
1) Kardiomiopati.
2) Miokarditis.
3) Kelainan
metabolik.
4) Toksisitas,
(alkohol, obat dan sebagainya).
5) Presbikardia.
b. Kelainan
dis-dinamik sekunder (sekunder terhadap kelainan mekanis) .
1) Kekurangan
oksigen (penyakit jantung koroner).
2) Kelainan
metabolik.
3) Inflamasi.
4) Penyakit
sistemik.
5) Penyakit
paru obstruktif menahun.
3. Berubahnya
irama jantung atau urutan konduksi.
a. Henti
jantung.
b. Fibrilasi.
c. Takikardi
atau bradikardi yang berat.
d. Asinkronisasi
listrik, gangguan konduksi.
C.
Gejala
klinis
Klasifikasi
fungsional dari the new york heart association umum dipakai untuk menyatakan
hubungan antara awal gejala dan derajat latihan fisik yaitu:
Kelas I: Bila klien dapat melakukan aktivitas berat
tanpa keluhan.
Kelas II: Bila klien tidak dapat melakukan aktivitas
lebih berat dari aktivitas sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas III: Bila klien tidak dapat melakukan aktivitas
sehari-hari tanpa keluhan.
Kelas IV: Bila klien sama sekali tidak dapat melakukan
aktivitas apapun, klien harus tirah baring.
Adapun tanda dan gejalanya menurut Chung (1995:
234-236) adalah sebagai berikut:
1. Kelelahan/
kelemahan.
2. Dispnea.
3. Ortopne.
4. Dispne
nokturia paroksimal.
5. Batuk.
6. Nokturia.
7. Anoreksia.
8. Nyeri
kuadran kanan atas.
9. Takikardia.
10. Pernapasan
cheyne-stokes.
11. Sianosis.
12. Ronkhi
basah
13. Peninggian
tingkat pulsasi vena jugularis.
14. Hepatosplenomegali.
15. Asites.
16. Edema
perifer
D. Pengkajian fokus
Menurut
Doenges (2000: 52) pengkajian fokusnya adalah sebagai berikut:
1. Aktivitas/
istirahat.
Gejala : Keletihan
atau kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan
aktivitas, dispnea pada istirahat atau pada pengerahan tenaga.
Tanda : Gelisah,
perubahan status menilai mental, misal letargi, tanda vital berubah pada
aktivitas.
2. Sirkulasi
Gejala : Riwayat
hipertensi, episode gagal jantung kiri (sebelumnya), penyakit katub jantung, endokarditis,
sistemik lupus erythematosus, anemia, syok septik.
Bengkak pada kaki, telapak kaki,
abdomen :sabuk terlalu ketat” (pada gagal bagian kanan).
Tanda : Tekanan
darah mungkin darah rendah (gagal pemompaan), normal (GJK ringan atau kronis)
atau tinggi (kelebihan beban cairan). Tekanan nadi mungkin sempit, menunjukkan
penurunan volume sekuncup, frekuensi jantung takikardia (gagal jantung kiri).
Bunyi jantung: S2 (gallop)
adalah diagnostik, S4 dapat terjadi, S1 dan S2
mungkin melemah. Murmur sistolik dan diastolik dapat menandakan
adanya stenosis katub atau insufisiensi.
Punggung
kuku: pucat atau sianotik dengan pengisian kapiler lambat. Hepar:
pembesaran atau dapat teraba: reflek hepatojugularis. Bunyi napas: brekels,
ronki.
3. Integritas
ego
Gejala : Ansietas,
kuatir, batuk, stres yang berhubungan dengan penyakit atau keprihatinan finansial.
Tanda : Berbagai
manifestasi prilaku, misal ansietas, marah, ketakutan, mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan
berkemih, abdomen berwarna gelap, berkemih malam hari, diare atau konstipasi.
5. Makanan/
cairan.
Gejala : Kehilangan
nafsu makan, mual/ muntah, penambahan BB signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, pakaian atau sepatu sesak, diet tinggi garam atau makanan
yang telah diproses, lemak, gula dan kafein, penggunaan diuritik.
Tanda : Penambahan
berat badan tetap.
Distensi abdomen (asites), edema,
(umum, depender, tekanan, pitting).
6. Hygiene
Gejala : Keletihan
atau kelemahan, kelelahan selama aktivitas perawatan diri.
Tanda : Penampilan
menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
Gejala : Kelemahan,
pening, episode pingsan.
Tanda : Letargi,
kusut pikiran, disorientasi, mudah tersinggung.
8. Nyeri/
ketidaknyamanan
Gejala : Nyeri
dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas, sakit pada otot.
Tanda : Tidak
tenang, gelisah, fokus menyempit (menarik diri), prilaku melindungi diri.
9. Pernafasan
Gejala : Dispnea
saat aktivitas, tidur sambil duduk, atau dengan beberapa bantal, batuk
dengan tanpa pembentukkan sputum, riwayat penyakit paru kronis, gangguan
bantuan pernapasan.
Tanda : Pernafasan
takipnea, nafas dangkal, batuk kering/ nyaring/ non produktif atau terus
menerus dengan tanpa sputum, dengan krakels basiler dan mengi.
Fungsi mental: mungkin menurun, letargi,
kegelisahan, warna kulit: pucat atau sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan
dalam fungsi mental, kehilangan kekuatan atau tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi
sosial
Gejala : Penurunan
keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran
atau pengajaran
Gejala : Menggunakan
atau lupa menggunakan alat-alat jantung.
Tanda : Bukti
tentang ketidakberhasilan atau meningkatkan.
E. Patofisiologi
Patofisiologi decompensasi
cordis/ gagal jantung menurut Price (1994: 583) adalah sebagai berikut:
1. Gagal
jantung kiri
Kegagalan dari pemompaan oleh ventrikel kiri
mengakibatkan curah jantung menurun. Akibat ke depan menimbulkan gejala
kelemahan atau kelelahan. Sedangkan akibat ke belakang mengakibatkan toleran
dan volume akhir diastole meningkat sehingga terjadi bendungan vena pulmonalis,
kemudian terjadi di paru-paru. Akibat adanya sisa tekan di ventrikel kiri
mengakibatkan rangsang hipertrofi sel yang menyebabkan kardiomegali.
Beban atrium kiri meningkat dan akhirnya terjadi peningkatan beban vena
pulmonalis, kemudian mendesak paru-paru dan akhirnya terjadi oedema.
Hemoptisis dapat terjadi pada dekompensasi kordis karena dinding kapiler
jantung sangat tipis dan rentan sehingga dapat mengakibatkan perdarahan.
2. Gagal
jantung kanan
Gangguan pompa
ventrikel kanan mengakibatkan aliran darah ke paru-paru menurun ada akhirnya
curah jantung menurun. Tekanan dan volume akhir diastole ventrikel meningkat
sehingga terjadi bendungan di atrium kanan yang mengakibatkan bendungan vena
kava. Akibat bendungan di vena kava maka aliran vena hepatikum, vena dari lien
terbendung akhirnya timbul hepatosplenomegali, asites, edema perifer terutama
kaki.
F. Diagnosa dan Fokus
intervensi
1. Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan kontraktilitas miokardial (Doenges,
2000: 55).
Kriteria hasil:
a. Menunjukkan
tanda vital dalam batas normal.
b. Melaporkan
penurunan episode dispnea, angina.
c. Ikut
serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi:
a. Palpasi
nadi perifer dan pantau tekanan darah.
b. Kaji
kulit terhadap pucat dan sianosis.
c. Pantau
haluaran urine.
d. Kaji
perubahan pada sensori, contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas
dan depresi.
e. Periksa
nyeri tekan betis, pembengkakan, kemerahan lokal atau pucat pada ekstremitas.
f. Pemberian
cairan IV, hindari cairan garam.
2. Kerusakan
pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler alveolus.
a. Mendemonstrasikan
ventilasi dan oksigenasi adekuat pada jaringan ditunjukkan oleh GDA/ oksigenasi
dalam rentang normal dan bebas gejala distres pernapasan.
b. Berpartisipasi
dalam program pengobatan dalam batas kemampuan/ situasi.
Intervensi:
a. Auskultasi
bunyi napas, catat krekels, mengio.
b. Anjurkan
pasien batuk efektif, napas dalam.
c. Dorong
perubahan posisi sering.
d. Pertahankan
duduk dengan posisi semi fowler, gotong tangan dengan bantal.
e. Kolaborasi
pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi.
3. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai oksigen/
kebutuhan, kelebihan.
Kriteria hasil:
a. Berpartisipasi
pada aktivitas yang diinginkan, memenuhi kebutuhan perawatan diri sendiri.
b. Mencapai
peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oleh menurunnya
kelemahan dan kelelahan dan tanda vital dalam batas normal selama aktivitas.
Intervensi:
a. Periksa
tanda vital sebelum dan setelah aktivitas.
b. Catat
respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia, dispnea,
berkeringat, pucat.
c. Kaji
penyebab kelemahan, contoh pengobatan, nyeri, obat.
d. Evaluasi
peningkatan intoleransi aktivitas.
e. Berikan
bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi.
f. Kolaborasi
program rehabilitasi jantung/ aktivitas.
4. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung)/ meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/ air.
Kriteria hasil:
a. Mendemonstrasikan
volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan dan pengeluaran, berat badan
stabil dan tak ada edema.
b. Menyatakan
pemahaman tentang/ pembatasan cairan individual.
Intervensi:
a. Pantau
haluaran urine, catat jumlah dan warna.
b. Pantau/
hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
c. Pertahankan
tirah baring dengan posisi semi fowler.
d. Timbang
berat badan tiap hari.
e. Pantau
tanda vital (TD).
f. Kaji
bising usus, catat keluhan anoreksia, misal: distensi abdomen, konstipasi.
g. Berikan
makanan yang mudah dicerna porsi kecil dan sering.
5. Kerusakan
integritas kulit berhubungan dengan edema, penurunan perfusi jaringan.
Kriteria hasil:
a. Mempertahankan
integritas kulit.
b. Mendemonstrasikan
prilaku/ teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi:
a. Lihat
kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/
pigmentasi, atau kegemukan/ kurus.
b. Ubah
posisi sering di tempat tidur/ kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/ aktif.
c. Berikan
perawatan kulit sering, meminimalkan dengan kelembapan/ eksresi.
d. Hindari
obat intramuskuler.
e. Kolaborasi
pemberian tekanan alternatif/ kasur.
6. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penurunan nafsu makan.
Tujuan dan Kriteria hasil:
a. Meningkatkan
masukan oral.
b. Menunjukkan
tidak adanya tanda-tanda malnutrisi.
Intervensi:
a. Identifikasi
faktor-faktor yang mendukung, mual-muntah, nyeri, dispnea yang berat.
b. Atur
tindakan pernapasan satu jam sebelum makan.
c. Auskultasi
bunyi abdomen, observasi distensi abdomen.
d. Berikan
makan dalam porsi kecil tapi sering.
e. Evaluasi
status nutrisi.
BAB IV
PENUTUP
A.
Kesimpulan
-
Sistem kardiovaskuler merupakan
bagian dari sistem sirkulasi darah yang bertugas mengedarkan darah ke seluruh
tubuh dan mengembalikannya kembali ke jantung. Darah membawa oksigen dan
nutrisi yang diperlukan sel-sel pada berbagai jaringan tubuh untuk keperluan
metabolisme. Dalam melaksanakan fungsinya sistem kardiovaskuler melibatkan
organ jantung, pembuluh darah dan darah.
-
Elektrokardiogram( EKG ) adalah
suatu grafik yang menggambarkan rekaman listrik jantung.
-
Pemeriksaan fisik atau
pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh
pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Hasil pemeriksaan akan dicatat
dalam rekam medis. Rekam medis dan pemeriksaan fisik akan membantu dalam
penegakkan diagnosis dan perencanaan perawatan pasien.
-
dekompensasi cordis
merupakan keadaan jantung yang sudah tidak mampu lagi memompa darah sesuai
dengan kebutuhan tubuh.
B.
Saran
Bagi
Mahasiswa STIKes Kuningan
-
Mahasiswa lebih mengatahui lebih dalam tentang Anatomi Sistem Kardiovaskuler,
di karena kan sistem kardiovaskuler merupakan sistem anatomi tubuh yang
berperan sangat vital dalam kehidupan manusia.
- Dengan
adanya pembelajaran tentang EKG,maka kenalilah dulu pasien kita. Benar bahwa
EKG saja dapat dibaca dengan cukup tepat, tetapi kekuataan alat ini baru
betul-betul muncul bila diintregasikan dengan penilaian klinik secara total.
- Guna dalam
pembacaan EKG,selanjutnya membacalah terus lebih banyak. Bacalah di mana pun
Anda menemukan EKG, tidak hanya mengacu pada materi ini, tetapi bacalah dari
berbagai sumber pengetahuan tentang EKG.Kenalilah lebih dalam dulu dasar-dasar
tentang EKG,maka seorang perawat akan dapat menguasai materi dan mampu untuk
mempraktekannya.
-Mahasiswa
diharapkan bisa melakukan pemeriksaan fisik pada sistem kardiovaskuler dengan
benar guna menegakan diagnosa keperawatan serta melakukan asuhan keperawtan
dengan baik.
-Lebih mampu
mengenali tentang keperawatan kritis pada sistem kardiovaskuler, serta mampu
menerapkan asuhan keperawatan secara baik dan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar