Penyakit Gizi Buruk
Menyerang Balita dan Anak – Anak
Kasus gizi buruk umumnya menimpa balita di sebabkan oleh
ekonomi lemah. Beragam
masalah mal nutrisi banyak ditemukan pada anak-anak dari kurang gizi hingga
busung lapar. Betapa banyaknya bayi dan anak-anak yang sudah bergulat dengan
kelaparan dan penderitaan sejak mereka dilahirkan.
Penyebab utama gizi buruk
tidak satu, ada banyak. Penyebab utama kasus gizi buruk di Indonesia tampaknya
karena masalah ekonomi atau kurang pengetahuan. Kemiskinan memicu kasus gizi
buruk, kemiskinan dan ketidakmampuan orang tua menyediakan makanan bergizi bagi
anaknya menjadi penyebab utama meningkatnya korban gizi buruk di Indonesia. Dan
juga faktor alam, manusiawi, pemerintah, dan lain – lain.
Persoalan gizi buruk masih
menghantui sebagian warganya. Bagaimana bisa di era sekarang, masih dijumpai
ribuan, dan ratusan ribu anak balita, yang menjadi pemegang masa depan
Indonesia menderita gizi buruk. Ketidakseriusan pemerintah terlihat jelas
ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat seharusnya penanganan pelayanan
kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap
membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan
tindakan ( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak
didukung masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah
membudaya selama ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang
mendapatkan perhatian orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya,
tanpa peduli akan kadar gizi dalam makanan yang diberikan.
Apalagi kalau persediaan
pangan keluarga sudah menipis.
berkembang. Seorang ibu yang mengalami kurang kalori protein selama kurun waktu tersebut pada gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan rendah. Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Sindrom kwasiorkor terjelma manakala defisiensi menampakan dominasi protein, dan maramus termanifestasi jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini marasmik kwasiorkor, juga tidak sedikit.
berkembang. Seorang ibu yang mengalami kurang kalori protein selama kurun waktu tersebut pada gilirannya akan melahirkan bayi berberat badan rendah. Kurang kalori protein akan terjadi manakala kebutuhan tubuh akan kalori, protein, atau keduanya, tidak tercukupi oleh diet. Sindrom kwasiorkor terjelma manakala defisiensi menampakan dominasi protein, dan maramus termanifestasi jika terjadi kekurangan energi yang parah. Kombinasi kedua bentuk ini marasmik kwasiorkor, juga tidak sedikit.
1).
Malnutrisi Primer.
Penyebab gizi buruk di daerah pedesaan atau daerah
miskin lainnya sering disebut malnutrisi primer, yang disebabkan karena masalah
ekonomi, rendahnya pengetahuan, dan kurangnya asupan gizi. Gejala kinis
malnutrisi primer sangat bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan
energi dan protein, umur penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan
mineral lainnya. Kasus tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5
tahun. Pertumbuhan yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan
terhenti atau menurun, ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang
(maturasi) terlambat, perbandingan berat terhadap tinggi menurun. Gejala dan
tanda klinis yang tampak adalah anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di
dapatkan gangguan kulit dan rambut.
2).
Malnutrisi Sekunder
Malnutrisi sekunder adalah gangguan pencapaian kenaikkan
berat badan yang bukan disebabkan penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak
karena adanya gangguan pada fungsi dan sistem tubuh. Gangguan sejak lahir yang terjadi pada sistem
saluran cerna, metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan jantung, ginjal.
Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh malnutrisi sekunder.
3).
Asupan Gizi
Anak usia 0-2 tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu
(ASI). ASI mengandung semua zat yang dibutuhkan dalam perkembangan otak anak.
Banyak produk susu kaleng atau susu formula mengandung asam linoleat, dan sebagainya. Untuk memulihkan kondisi
Balita pada status normal, dibutuhkan asupan susu yang mudah diserap tubuh
yakni Entrasol. Tiap Balita diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana dalam
hitungan 90 hari berat badan anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain: biasa makan beraneka
ragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok, sayur, dan lauk
pauk), selalu memantau kesehatan anggota keluarga, biasanya menggunakan garam
beryodium, dan khusus ibu hamil, didukung untuk memenuhi kebutuhan ASI bayi
minimal sampai 4 bulan setelah kelahiran. Yang nampak adalah bayi-bayi dan
anak-anak yang lemah, loyo dan tanpa tenaga. Yang terdengar adalah tangisan dan jeritan putus
asa bayi-bayi dan anak-anak kelaparan yang sangat membutuhkan makanan.
Mereka cuma bisa menangis tetapi
tak mampu meronta.
Tenaga mereka lenyap karena mengidap marasmus bahkan busung lapar. Seorang ibu yang anaknya menderita busung lapar mengakui bahwa sudah beberapa hari ini anaknya hanya makan "air bubur." memasak sedikit beras dengan air yang sangat banyak. Akibatnya makanan itu terlalu cair untuk disebut bubur. Lebih tepat disebut air bubur. Memang, tubuh anak itu bagaikan tulang-belulang yang ditutupi kulit, perutnya buncit, matanya sayu. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Pendidikan gizi diberikan kepada anak untuk mengarahkan kepada pembiasan dan cara makan yang lebih baik yang dilakukan dalam lingkup makro ( masyarkat luas ) dan mikro (keluarga).
Tenaga mereka lenyap karena mengidap marasmus bahkan busung lapar. Seorang ibu yang anaknya menderita busung lapar mengakui bahwa sudah beberapa hari ini anaknya hanya makan "air bubur." memasak sedikit beras dengan air yang sangat banyak. Akibatnya makanan itu terlalu cair untuk disebut bubur. Lebih tepat disebut air bubur. Memang, tubuh anak itu bagaikan tulang-belulang yang ditutupi kulit, perutnya buncit, matanya sayu. Tak dapat dipungkiri memang ada hubungan erat antara infeksi dengan malnutrisi. Infeksi sekecil apa pun berpengaruh pada tubuh. Sedangkan kondisi malnutrisi akan semakin memperlemah daya tahan tubuh yang pada giliran berikutnya akan mempermudah masuknya beragam penyakit. Tindak pencegahan otomatis sudah dilakukan bila faktor-faktor penyebabnya dapat dihindari. Pendidikan gizi diberikan kepada anak untuk mengarahkan kepada pembiasan dan cara makan yang lebih baik yang dilakukan dalam lingkup makro ( masyarkat luas ) dan mikro (keluarga).
BAB I
LATAR BELAKANG
Masalah gizi muncul akibat masalah ketahanan pangan
ditingkat rumah tangga (kemampuan memperoleh makanan untuk semua anggotannya),
masalah kesehatan, kemiskinan, pemerataan, dan kesempatan kerja. Indonesia
mengalami masalah gizi ganda yang artinya sementara masalah gizi kurang belum
dapat diatasi secara menyeluruh sudah muncul masalah baru. Sekarang ini masalah
gizi mengalami perkembangan yang sangat pesat, Malnutrisi masih saja
melatarbelakangi penyakit dan kematian anak, meskipun sering luput dari perhatian.
Keadaan kesehatan gizi tergantung dari tingkat konsumsi yaitu kualitas hidangan
yang mengandung semua kebutuhan tubuh. Akibat dari kesehatan gizi yang tidak
baik, maka timbul penyakit gizi, umumnya pada anak balita diderita penyakit
gizi buruk Hubungan antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi yaitu sebab
akibat yang timbal balik sangat erat. Berbagai penyakit gangguan gizi dan gizi
buruk akibatnya tidak baiknya mutu/jumlah makanan yang tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh masing – masing orang. Masalah gizi semula dianggap sebagai
masalah kesehatan yang hanya dapat ditanggulangi dengan pengobatan
medis/kedokteran. Gizi seseorang dapat dipengaruhi terhadap prestasi kerja dan
produktivitas. Pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak.
Hal ini sehubungan
dengan terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada anak yang menderita
gangguan gizi pada usia sangat muda bahkan dalam kandungan. Berbagai factor
yang secara tidak langsung mendorong terjadinya gangguan gizi terutama pada
balita. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan, prasangka buruk
terhadap bahan makanan tertentu, adanya kebiasaan/pantangan yang merugikan,
kesukaan berlebihan terhadap jenis makanan tertentu, keterbatasan penghasilan
keluarga, dan jarak kelahiran yang rapat Kemiskinan masih merupakan bencana
bagi jutaan manusia. Sekelompok kecil penduduk dunia berpikir “hendak makan
dimana” sementara kelompok lain masih berkutat memeras keringat untuk
memperoleh sesuap nasi. Dibandingkan orang dewasa, kebutuhan akan zat gizi bagi
bayi, balita, dan anak – anak boleh dibilang sangat kecil. Namun, jika diukur
berdasarkan % berat badan, kebutuhan akan zat gizi bagi bayi, balita, dan anak
– anak ternyata melampaui orang dewasa nyaris dua kali lipat. Kebutuhan akan
energi dapat ditaksir dengan cara mengukur luas permukaan tubuh/menghitung
secara langsung konsumsi energi itu ( yang hilang atau terpakai ).
Asupan energi dapat diperkirakan dengan jalan menghitung
besaran energi yang dikeluarkan. Jumlah keluaran energi dapat ditentukan secara
sederhana berdasarkan berat badan Kekurangan berat badan yang berlangsung pada
anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius.
IDENTIFIKASI MASALAH
Masalah – masalah gizi buruk yang kita ketahui bisa
menyerang siapa saja khusunya balita dan anak – anak dengan criteria umur
tertentu. Masalah gizi pada hakekatnya adalah masalah kesehatan masyarakat,
namun penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan
pelayanan kesehatan saja melainkan dari pendekatan lain. Identifikasi gizi buruk
berupa penyebab – penyebab gizi buruk, asupan gizi, malnutrisi primer dan
sekunder, dan jumlah data penderita gizi buruk.
TUJUAN
Tujuan dari penulisan makalah presentasi ini adalah
ingin memberitahukan kepada masyarakat hal – hal apa saja yang menjadi ruang
lingkup dari masalah gizi buruk, menambah pengetahuan bagi masyarakat agar
lebih luas wawasannya mengenai gizi buruk, memberitahukan jumlah penurunan
penderita gizi buruk, memberikan gambaran yang jelas mengenai penyakit gizi
buruk, juga tidak lupa untuk menambah nilai mahasiswa, dan lain – lain yang
bisa berdampak positif bagi penulis dan para pembaca.
BAB II
A.
TINJAUAN TEORI
Gizi adalah suatu proses organisme
menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti,
absorpsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme, dan pengeluaran zat – zat
yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi
normal dari organ – organ serta menghasilkan energi. Akibat kekurangan gizi,
maka simpanan zat gizi pada tubuh digunakan untuk memenuhi kebutuhan apabila
keadaan ini berlangsung lama maka simpanan zat gizi akan habis dan akhirnya
terjadi kemerosotan jaringan. Pada saat ini orang bisa dikatakan malnutrisi,
tanda – tanda klinis gizi buruk dapat menjadi indicator yang sangat penting
untuk mengetahui seseorang menderita gizi buruk. Kebutuhan tubuh akan zat gizi
ditentukan oleh banyak factor. Data komposisi zat gizi bahan makanan yang
berhubungan dengan berbagai proses pengolahan belum cukup tersedia, pemeriksaan
zat gizi spesifik bertujuan untuk menilai status gizi. Gangguan gizi buruk
menggambarkan suatu keadaan pathologis yang terjadi akibat
ketidaksesuaian/tidak terpenuhinya antara zat gizi yang masuk kedalam tubuh
dengan kebutuhan tubuh akan zat gizi dalam jangka waktu yang relatif lama.
Hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak berabad –
abad yang lampau.. Penyakit – penyakit yang timbul akibat makanan kurang baik
seperti makanan yang tidak cukup gizinya atau kadar zat gizinya tak seimbang
disebut penyakit gangguan gizi yang pertama kali dikenal adalah penyakit
sariawan. Kesehatan yang baik tidak terjadi karena ada perubahan yang berupa
kekurangan zat makanan tertentu atau berlebih. Kekurangan umumnya mencakup
protein, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Sedangkan kelebihan umumnya
mencakup konsumsi lemak, protein, dan gula. Untuk mencapai kondisi anak
perlu/cukup gizi harus memperhatikan kebersihan diri dan lingkungan serta
melakukan kegiatan yang baik seperti olah raga, dan lain – lain. Konsumsi yang
kurang baik kualitas dan kuantitasnya akan memberikan kondisi kesehatan gizi
kurang/defisiensi. Keadaan kesehatan gizi masyarakat tergantung pada tingkat
konsumsi ditentukan oleh kualitas dan kuantitas hidangan. Penyakit gizi di Indonesia
terutama tergolong ke dalam kelompok penyakit defisiensi yang sering
dihubungkan dengan infeksi yang bisa berhubungan dengan gangguan gizi.
Defisiensi gizi merupakan awal dari gangguan system imun yang menghambat reaksi
imunologis. Gangguan gizi dan infeksi sering saling bekerja sama akan
memberikan prognosis yang lebih buruk. Ada
berbagai zat gizi yang sangat mempengaruhi kondisi kesehatan manusia. Masalah
kesehatan gizi dapa timbul dalam bentuk penyakit dengan tingkat yang tinggi.
B.
PEMBAHASAN MASALAH
Fenomena gizi buruk ini biasanya
melibatkan kurangnya asupan kalori baik dari karbohidrat atau protein
(protein-energy malnutrition–PEM). Kurangnya pasokan energi sangat mempengaruhi
kerja masing-masing organ tubuh. Keadaan gizi buruk ini secara klinis dibagi
menjadi 3 tipe: Kwashiorkor, Marasmus, dan Kwashiorkor-Marasmus. Ketiga kondisi
patologis ini umumnya terjadi pada anak-anak di negara berkembang yang berada
dalam rentang usia tidak lagi menyusui.
Perbedaan antara marasmus dan kwashiorkor
tidak dapat didefinisikan secara jelas menurut perbedaan kurangnya asupan
makanan tertentu, namun dapat teramati dari gejala yang ditunjukkan penderita.
1.
KWASHIORKOR
Kwashiorkor sering juga diistilahkan sebagai busung
lapar atau HO. Penampilan anak-anak penderita HO umumnya sangat khas, terutama
bagian perut yang menonjol. Berat badannya jauh di bawah berat normal. Edema
stadium berat maupun ringan biasanya menyertai penderita ini. Beberapa ciri
lain yang menyertai di antaranya:
·
Perubahan mental menyolok.
Banyak menangis, pada stadium lanjut anak terlihat sangat pasif.
·
Penderita nampak lemah dan
ingin selalu terbaring
·
Anemia.
·
Diare dengan feses cair yang
banyak mengandung asam laktat karena berkurangnya produksi laktase dan enzim
penting lainnya.
·
Kelainan kulit yang khas,
dimulai dengan titik merah menyerupai petechia ( perdarahan kecil yang timbul
sebagai titik berwarna merah keunguan, pada kulit maupun selaput lendir, Red.
), yang lambat laun kemudian menghitam. Setelah mengelupas, terlihat kemerahan dengan
batas menghitam. Kelainan ini biasanya dijumpai di kulit sekitar punggung,
pantat, dan sebagainya
·
Pembesaran hati. Bahkan saat
rebahan, pembesaran ini dapat diraba dari luar tubuh, terasa licin dan kenyal.
Tanda-tanda kwashiorkor meliputi :
-
edema di seluruh tubuh,
terutama pada punggung kaki,
-
wajah membulat dan sembab,
-
pandangan mata sayu,
-
perubahan status mental:
cengeng, rewel, kadang apatis,
-
rambut berwarna kepirangan,
kusam, dan mudah dicabut,
-
otot-otot mengecil, teramati
terutama saat berdiri dan duduk,
-
bercak merah coklat pada kulit,
yang dapat berubah hitam dan mengelupas
-
menolak
segala jenis makanan (anoreksia)
-
sering
disertai anemia, diare, dan infeksi.
2.
MARASMUS
Kasus marasmik atau
malnutrisi berat karena kurang karbohidrat disertai tangan dan kaki bengkak,
perut buncit, rambut rontok dan patah, gangguan kulit. Pada umumnya penderita
tampak lemah sering digendong, rewel dan banyak menangis. Pada stadium lanjut
anak tampak apatis atau kesadaran yang menurun
Marasmik adalah
bentuk malnutrisi primer karena kekurangan karbohidrat. Gejala yang timbul
diantaranya muka berkerut terlihat tua, tidak terlihat lemak dan otot di bawah
kulit (kelihatan tulang di bawah kulit), rambut mudah patah berwarna kemerahan
dan terjadi pembesaran hati, sangat kurus karena kehilangan sebagian lemak dan
otot . Anak-anak penderita
marasmus secara fisik mudah dikenali. Penderita marasmus berat akan menunjukkan
perubahan mental, bahkan hilang kesadaran. Dalam stadium yang lebih ringan,
anak umumnya jadi lebih cengeng dan gampang menangis karena selalu merasa
lapar. Ketidakseimbangan elektrolit juga terdeteksi dalam keadaan marasmus.
Upaya rehidrasi ( pemberian cairan elektrolit ) atau transfusi darah pada
periode ini dapat mengakibatkan aritmia ( tidak teraturnya denyut jantung )
bahkan terhentinya denyut jantung. Karena itu, monitoring klinik harus
dilakukan seksama.
Ada pun ciri-ciri lainnya adalah:
·
Berat
badannya kurang dari 60% berat anak normal seusianya.
·
Kulit
terlihat kering, dingin dan mengendur.
·
Beberapa di antaranya memiliki
rambut yang mudah rontok.
·
Tulang-tulang
terlihat jelas menonjol.
·
Sering menderita diare atau
konstipasi.
·
Tekanan darah cenderung rendah
dibanding anak normal, dengan kadar hemoglobin yang juga lebih rendah dari
semestinya.
-
anak tampak sangat kurus,
tinggal tulang terbungkus kulit,
-
wajah seperti orang tua,
cengeng, rewel, perut cekung, dan kulit keriput
3.
MARASMIK-KWASHIORKOR
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai.
Penyakit ini merupakan gabungan dari marasmus dan kwashirkor dengan gabungan gejala yang menyertai.
·
Berat
badan penderita hanya berkisar di angka 60% dari berat normal. Gejala khas
kedua penyakit tersebut nampak jelas, seperti edema, kelainan rambut, kelainan
kulit dan sebagainya.
·
Tubuh
mengandung lebih banyak cairan, karena berkurangnya lemak dan otot.
·
Kalium
dalam tubuh menurun drastis sehingga menyebabkan gangguan metabolic seperti
gangguan pada ginjal dan pankreas.
·
Mineral lain dalam tubuh pun
mengalami gangguan, seperti meningkatnya kadar natrium dan fosfor inorganik
serta menurunnya kadar magnesium.
Gejala klinis Kwashiorkor-Marasmus
tidak lain adalah kombinasi dari gejala-gejala masing-masing penyakit tersebut.
PENYEBAB
GIZI BURUK
Penyebab utama gizi
kurang dan gizi buruk tidak satu. Ada
banyak!. Penyebab pertama adalah faktor alam. Secara umum tanah terkenal
sebagai daerah tropis yang minim curah hujan. Kadang curah hujannya banyak
tetapi dalam kurun waktu yang sangat singkat. Akibatnya, hujan itu bukan
menjadi berkat tetapi mendatangkan bencana banjir. Tetapi, beberapa tahun belakangan ini tidak ada
hujan menjadi kering kerontang Tanaman jagung yang merupakan penunjang ekonomi
keluarga sekaligus sebagai makanan sehari-hari rakyat gagal dipanen.
Akibatnya, banyak petani termasuk anak-anak, terutama yang tinggal di
daerah pelosok, memakan apa saja demi mempertahankan hidup. Dikhawatirkan gizi
yang kuang dan bahkan buruk akan memperburuk pertumbuhan fisik dan
fungsi-fungsi otak. Kalau ini terjadi, masa depan anak-anak ini dipastikan akan
sangat kelam dan buram.
Penyebab kedua adalah faktor
manusiawi yaitu berasal dari kultur sosial masyarakat setempat. Kebanyakan
masyarakat petani bersifat 'one dimensional,' yakni masyarakat yang memang
sangat tergantung pada satu mata pencaharian saja. Banyak orang menanam makanan
'secukup'nya saja, artinya hasil panen itu cukup untuk menghidupi satu keluarga
sampai masa panen berikutnya. Belum ada pemikiran untuk membudidayakan hasil
pertanian mereka demi meraup keuntungan atau demi meningkatkan pendapatan
keluarga. Adanya budaya 'alternatif' yaitu memanfaatkan halaman rumah untuk
menanam sayur-mayur demi menunjang kebutuhan sehari-hari.
Penyebab ketiga masih berkisar soal manusiawi tetapi kali ini lebih
berhubungan dengan persoalan struktural, yaitu kurangnya perhatian pemerintah.
Pola relasi rakyat dan pemerintah masih vertikal bukan saja menghilangkan
kontrol sosial rakyat terhadap para pejabat, tetapi juga membuka akses terhadap
penindasan dan ketidakadilan dan, yang paling berbahaya, menciptakan godaan
untuk menyuburkan budaya korupsi. Tentu saja tidak semua aparat dan pejabat
seperti itu. Terlepas dari itu semua nampaknya masyarakat membutuhkan
pendampingan agar mereka memahami hak-hak individu dan hak-hak sosial mereka
sebagai warganegara.
MALNUTRISI PRIMER
Penyebab gizi buruk
di daerah pedesaan atau daerah miskin lainnya sering disebut malnutrisi primer,
yang disebabkan karena masalah ekonomi dan rendahnya pengetahuan. Gejala klinis malnutrisi primer sangat
bervariasi tergantung derajat dan lamanya kekurangan energi dan protein, umur
penderita dan adanya gejala kekurangan vitamin dan mineral lainnya. Kasus
tersebut sering dijumpai pada anak usia 9 bulan hingga 5 tahun. Pertumbuhan
yang terganggu dapat dilihat dari kenaikkan berat badan terhenti atau menurun,
ukuran lengan atas menurun, pertumbuhan tulang ( maturasi ) terlambat, perbandingan
berat terhadap tinggi menurun. Gejala dan tanda klinis yang tampak adalah
anemia ringan, aktifitas berkurang, kadang di dapatkan gangguan kulit dan
rambut. Pada penderita malnutrisi primer dapat mempengaruhi metabolisme di otak
sehingga mengganggu pembentukan DNA di susunan saraf. berpengaruh terhadap
perkembangan mental dan kecerdasan anak. Mortalitas atau kejadian kematian
dapat terjadi pada penderita malnutri primer yang berat.
MALNUTRISI SEKUNDER
Malnutrisi sekunder
adalah gangguan pencapaian kenaikkan berat badan yang bukan disebabkan
penyimpangan pemberian asupan gizi pada anak karena adanya gangguan pada fungsi
dan sistem tubuh yang mengakibatkan gagal tumbuh. Gangguan sejak lahir yang
terjadi pada sistem saluran cerna, metabolisme, kromosom atau kelainan bawaan
jantung, ginjal dan lain-lain. Kasus gizi buruk di kota besar biasanya didominasi oleh
malnutrisi sekunder. Malnutrisi sekunder ini gangguan peningkatan berat badan
yang disebabkan karena karena adanya gangguan di sistem tubuh anak. pada
malnutrisi sekunder tampak anak sangat lincah, tidak bisa diam atau sangat
aktif bergerak. Tampilan berbeda lainnya, penderita malnutrisi sekunder justru
tampak lebih cerdas, tidak ada gangguan pertumbuhan rambut dan wajah atau kulit
muka tampak segar.
Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis yang diberikan terlalu berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi ) tuberkulosis (TB). Overdiagnosis tersebut terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada.
Kasus malnutrisi sekunder sering terjadi overdiagnosis (diagnosis yang diberikan terlalu berlebihan padahal belum tentu mengalami infeksi ) tuberkulosis (TB). Overdiagnosis tersebut terjadi karena tidak sesuai dengan panduan diagnosis yang ada.
Secara medis penanganan
kasus malnutrisi sekunder lebih kompleks dan rumit. Penanganannya harus
melibatkan beberapa disiplin ilmu kedokteran anak seperti bidang
gastroenterologi, endokrin, metabolik, alergi-imunologi, tumbuh kembang dan
lainnya. Gizi buruk memang merupakan masalah klasik bangsa ini sejak dulu.
Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya jangan terlalu cepat
menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan kemiskinan. Karena, gizi
buruk bukan saja disebabkan karena masalah ekonomi atau kurangnya pengetahuan
dan pendidikan,
PERLUNYA
ASUPAN GIZI
Banyaknya
produk suplemen vitamin yang kini beredar secara bebas bisa berdampak baik
sekaligus berdampak buruk. suatu produk suplemen harus menjalani uji klinis
dulu sebelum dipasarkan. kita tidak terlena begitu saja dengan rayuan iklan
yang terlalu bombastis. Tapi di sisi lain produk suplemen yang memang bisa
dipercaya kebenarannya sangat berguna bagi kebanyakan orang yang tidak sempat
mendapatkan gizi tersebut dari makanan sehari-hari.
Lebih baik kalau berbagai kebutuhan
gizi didapat dari makanan langsung, bukan asupan atau suplemen yang dijual
bebas. Sebab tak seorang pun yang bisa menjamin keamanannya, Kecuali kalau
asupan itu memang dianjurkan oleh dokter atau didapat dari dokter. Anak usia 0-2
tahun sebaiknya mendapatkan Air Susu Ibu (ASI). ASI mengandung semua zat yang
dibutuhkan dalam perkembangan otak anak. Air susu ibu cocok sekali untuk
memenuhi kebutuhan bayi dalam segala hal Banyak produk susu kaleng atau susu
formula mengandung asam linoleat, DHA dan sebagainya. ASI juga mengandung zat
anti efeksi.
Untuk memulihkan kondisi Balita pada
status normal, dibutuhkan asupan susu yang mudah diserap tubuh yakni Entrasol.
Tiap Balita diharuskan mengkonsumsi 60 kotak susu, dimana dalam hitungan 90
hari berat badan anak kembali normal. Kriteria yang dicantumkan antara lain:
biasa makan beraneka ragam makanan (makan 2-3 kali sehari dengan makanan pokok,
sayur, dan lauk pauk), selalu memantau kesehatan anggota keluarga, biasanya
menggunakan garam beryodium, dan khusus ibu hamil, didukung untuk memenuhi
kebutuhan ASI bayi minimal sampai 4 bulan setelah kelahiran. Kriteria ini
tentunya masih sulit dipenuhi oleh masyarakat Indonesia . Adapun ciri-ciri klinis
yang biasa menyertainya antara lain:
·
Kenaikan berat badan berkurang,
terhenti, atau bahkan menurun.
·
Ukuran
lingkaran lengan atas menurun.
·
Maturasi tulang terlambat.
·
Rasio berat terhadap tinggi,
normal atau cenderung menurun.
·
Tebal lipat kulit normal atau
semakin berkurang.
LANGKAH PENGOBATAN
Pengobatan pada
penderita MEP tentu saja harus disesuaikan dengan tingkatannya. Penderita
kurang gizi stadium ringan, contohnya, diatasi dengan perbaikan gizi. Dalam
sehari anak-anak ini harus mendapat masukan protein sekitar 2-3 gram atau
setara dengan 100-150 Kkal. Langkah penanganan harus didasarkan pada penyebab
serta kemungkinan pemecahnya.
Sedangkan
pengobatan MEP berat cenderung lebih kompleks karena masing-masing penyakit
yang menyertai harus diobati satu per satu. Penderita pun sebaiknya dirawat di
rumah sakit untuk mendapat perhatian medis secara penuh. Sejalan dengan pengobatan penyakit penyerta maupun
infeksinya, status gizi anak tersebut terus diperbaiki hingga sembuh.
Memulihkan keadaan gizinya dengan cara mengobati penyakit penyerta, peningkatan
taraf gizi, dan mencegah gejala atau kekambuhan dari gizi buruk
JUMLAH KASUS GIZI BURUK PADA BALITA MENURUN
Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menyatakan, berbagai upaya intervensi
perbaikan gizi yang dilakukan pemerintah berhasil menurunkan jumlah kasus gizi
kurang dan gizi buruk balita dalam beberapa tahun terakhir. "Capaiannya
sudah signifikan, tapi memang belum bisa langsung membuatnya jadi tidak ada
karena untuk itu memang butuh waktu lama," katanya. Ia menjelaskan,
penanganan gizi buruk membutuhkan dana yang cukup besar, sehingga perlu
dukungan dana dari pemerintah pusat. Kasus gizi buruk dan gizi kurang pada
balita yang pada 2004 sebanyak 5,1 juta telah turun menjadi 4,4 juta pada 2005
dan kembali turun menjadi 4,2 juta pada 2006. "Tahun 2007 angkanya juga
turun lagi menjadi 4,1 juta.
Mengalami penurunan bermakna dalam tiga tahun terakhir. Menurut Laporan
Kasus Gizi Buruk Dinas Kesehatan Provinsi yang disampaikan ke Departemen
Kesehatan pada 2005, jumlah kasus gizi buruk pada balita yang ditemukan dan ditangani
sebanyak 76.178 kemudian turun menjadi 50.106 pada 2006 dan turun lagi menjadi
39.080 pada 2007. Jumlah temuan kegiatan surveilans itu lebih rendah
dibandingkan dengan target penemuan kasus gizi buruk pada balita yang pada 2005
seharusnya sebanyak 180.000 kasus, 94.000 kasus pada 2006 dan 75.000 kasus pada
2007
Guna menurunkan jumlah kasus gizi buruk seperti yang telah ditargetkan,
yakni menjadi 20 persen dari total balita pada 2009, pemerintah telah melakukan
upaya penanggulangan masalah gizi jangka pendek, menengah dan panjang.
Targetnya tahun 2009 bisa turun menjadi 20 persen dari jumlah balita, upaya
jangka pendeknya antara lain perawatan kasus sesuai prosedur di rumah sakit
secara gratis, pemberian makanan bergizi tinggi bagi balita dari keluarga
kurang mampu dan surveilans kasus secara periodik melalui Posyandu, serta
pemberian makanan pendamping ASI gratis bagi bayi usia 6-24 bulan dari keluarga
kurang mampu.
Jangka menengah memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh pemeliharaan bayi seperti promosi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan penimbangan berat badan bayi secara rutin untuk deteksi dini kasus, pemerintah juga berusaha meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa, penempatan bidan di desa, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan, penguatan Puskesmas dan pembentukan tim kesehatan keliling di daerah terpencil.
Jangka menengah memberdayakan masyarakat untuk memperbaiki pola asuh pemeliharaan bayi seperti promosi pemberian ASI eksklusif selama enam bulan dan penimbangan berat badan bayi secara rutin untuk deteksi dini kasus, pemerintah juga berusaha meningkatkan akses pelayanan kesehatan dan gizi yang bermutu melalui pembentukan Pos Kesehatan Desa, penempatan bidan di desa, peningkatan kemampuan tenaga kesehatan, penguatan Puskesmas dan pembentukan tim kesehatan keliling di daerah terpencil.
Setiap tahun juga
telah meningkatkan alokasi anggaran untuk perbaikan gizi. Jika pada 2005
alokasi dana untuk perbaikan gizi hanya Rp175 miliar, maka 2006 ditingkatkan
menjadi Rp582 miliar dan kembali ditingkatkan menjadi Rp600 miliar pada 2007.
"Tahun 2008 ini besaran anggarannya masih dibahas, tapi dipastikan tidak
akan lebih rendah dari Rp600 miliar," Dalam Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara 2008 pemerintah mengalokasikan 2,3 persen untuk biaya kesehatan.
Dengan strategi dan langkah yang telah diterapkan, pemerintah optimistis bisa
menurunkan kasus gizi buruk dan kurang pada balita sesuai target
BAB
III
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN
Ketidakseriusan pemerintah terlihat
jelas ketika penanganan kasus gizi buruk terlambat seharusnya penanganan
pelayanan kesehatan dilakukan disaat penderita gizi buruk belum mencapai tahap
membahayakan. Setelah kasus gizi buruk merebak barulah pemerintah melakukan tindakan
( serius ). Keseriusan pemerintah tidak ada artinya apabila tidak didukung
masyarakat itu sendiri. Sebab, perilaku masyarakat yang sudah membudaya selama
ini adalah, anak-anak yang menderita penyakit kurang mendapatkan perhatian
orang tua. Anak-anak itu hanya diberi makan seadanya, tanpa peduli akan kadar
gizi dalam makanan yang diberikan. Apalagi kalau persediaan pangan keluarga
sudah menipis. Tanpa data dan informasi yang cermat dan lengkap sebaiknya
jangan terlalu cepat menyimpulkan bahwa adanya gizi buruk identik dengan
kemiskinan. Dan seharusnya para ibu mengupayakan sesuatu yang terbaik untuk
anaknya yang nantinya anak tersebut dapat menolong sang ibu. Ibu jangan mudah
menyerah hadapilah semuanya itu, saya yakin pasti akan ada jalan keluarnya
|
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul ”Pengaruh Gizi Buruk Pada Balita” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan
tujuan agar menambah wawasan penulis.
Dalam menyusun makalah ini
tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman dan semua yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Pare, Desember 2010
Penulis
|
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... i
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB I... PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang....................................................................................... 1
1.2
Tujuan..................................................................................................... 1
1.3
Rumusan
Masalah .................................................................................. 2
BAB II.. PEMBAHASAN
2.1
Pengertian
............................................................................................. 3
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan............................................................................................ 7
3.2
Saran
..................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar