Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,
menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang
mengancam (Keliat, 1999).
Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan
perilaku secara konstan dalam upaya mengatasi tuntutan internal dan atau
eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Penggolongan Mekanisme Koping
Berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi 2 (dua) (Stuart dan Sundeen, 1995)
yaitu :
1. Mekanisme koping adaptif
adalah mekanisme koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai
tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah
secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif.
2. Mekanisme koping maladaptif
Adalah mekanisme koping yang menghambat fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan
otonomi dan cenderung menguasai lingkungan.
Kategorinya adalah makan berlebihan / tidak makan, bekerja berlebihan,
menghindar.
Mekanisme pertahanan ego, yang sering disebut
sebagai mekanisme pertahanan mental. Adapun mekanisme pertahanan ego adalah sebagai berikut :
1. Kompensasi
Proses seseorang memperbaiki penurunan citra diri dengan tegas menonjolkan keistimewaan
atau kelebihan yang dimiliki.
2. Penyangkalan (denial)
Menyatakan tidak setuju terhadap realitas dengan mengingkari realitas
tersebut. Bila individu menyangkal kenyataan, maka dia menganggap tidak ada
atau menolak pengalaman yang tidak menyenangkan (sebenarnya mereka sadari
sepenuhnya) dengan maksud melindungi diri.
3. Pemindahan (displacement)
Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda lain yang
biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.
Misalnya :
Seorang pemuda bertengkar dengan pacarnya dan sepulangnya ke rumah marah pada
adiknya.
4. Disosiasi
Pemisahan suatu kelompok proses mental atau perilaku dari kesadaran atau
identitasnya. Keadaan dimana terdapat dua atau lebih kepribadian pada diri
seorang individu.
Misalnya :
Seorang laki-laki yang dibawa ke ruang emergensi karena mengamuk ternyata tidak
mampu menjelaskan kembali kejadian tersebut (ia lupa sama sekali)
5. Identifikasi (identification)
Proses dimana seseorang untuk menjadi seseorang yang ia kagumi berupaya
dengan menirukan pikiran-pikiran, perilaku dan selera orang tersebut.
6. Intelektualisasi (intelectualization)
Pengguna logika dan alasan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman
yang mengganggu perasaannya. Dengan intelektualisasi, manusia dapat mengurangi
hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan, dan memberikan kesempatan untuk
meninjau permasalah secara obyektif.
7. Introjeksi (Introjection)
Suatu jenis identifikasi yang kuat dimana seseorang mengambil dan melebur
nilai-nilai dan kualitas seseorang atau suatu kelompok ke dalam struktur egonya
sendiri, merupakan hati nurani.
Contoh : Rasa benci atau kecewa terhadap kematian orang yang dicintai
dialihkan dengan cara menyalahkan diri sendiri.
8. Isolasi
Pemisahan unsur emosional dari suatu pikiran yang mengganggu dapat bersifat
sementara atau berjangka lama.
9. Proyeksi
Pengalihan buah pikiran atau impuls pada diri sendiri kepada orang lain
terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak dapat
ditoleransi. Teknik ini mungkin dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan
karena dia harus menerima kenyataan akan keburukan dirinya sendiri.
Contoh : Seorang wanita muda yang menyangkal bahwa ia mempunyai perasaan
seksual terhadap rekan sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temannya tersebut
mencoba merayunya
10. Rasionalisasi
Rasionalisasi dimaksudkan sebagai usaha individu mencari alasan yang dapat
diterima secara sosial untuk membenarkan atau menyembunyikan perilakunya yang
buruk. Rasionalisasi juga muncul ketika individu menipu dirinya sendiri dengan
berpura-pura menganggap yang buruk adalah baik, atau yang baik adalah yang
buruk.
11. Reaksi formasi
Individu mengadakan pembentukan reaksi ketika berusaha menyembunyikan motif
dan perasaan sebenarnya, dan menampilkan ekspresi wajah yang berlawanan. Dengan
cara ini individu dapat menghindarkan diri dari kecemasan yang disebabkan oleh
keharusan menghadapi ciri pribadi yang tidak menyenangkan.
Misalnya: Kebencian dibuat samar dengan menampilkan sikap penuh kasih
sayang
12. Regresi
Regresi merupakan respon yang umum bagi individu bila berada dalam situasi
frustrasi, setidak-tidaknya pada anak-anak. Dapat pula terjadi bila individu
yang menghadapi tekanan kembali lagi kepada metode perilaku yang khas individu
yang berusia lebih muda
Misalnya : anak yang baru memperoleh adik,akan memperlihatkan respons
mengompol padahal sudah lama tidak dilakukannya.
13. Represi
Represi didefinisikan sebagai upaya individu menyingkirkan frustrasi,
konflik batin, mimpi buruk, dan sejenisnya yang menimbulkan kecemasan. Bila
represi terjadi, hal-hal yang mencemaskan itu tidak akan memasuki kesadaran
walaupun masih tetap ada pengaruhnya terhadap perilaku.
Misalnya : individu lebih sering menekankan pada kejadian yang
membahagiakan dan enggan menekankan yang tidak membahagiakan
14. Pemisahan (splitting)
Sikap mengelompokkan orang atau keadaan hanya sebagai semuanya baik
atau semuanya buruk; kegagalan untuk memadukan nilai-nilai positif dan negatif
di dalam diri sendiri.
15.Sublimasi
Mengganti keinginan atau tujuan yang terhambat dengan cara yang dapat
diterima oleh masyarakat. Impuls yang berasal dari Id yang sukar disalurkan
karena mengganggu individu atau masyarakat, oleh karena itu impuls harus
dirubah bentuknya agar tidak merugikan individu/masyarakat sekaligus
mendapatkan pemuasan
Misalnya :
Impuls agresif disalurkan ke olah raga, usaha-usaha yang bermanfaat
16. Supresi
Supresi merupakan proses pengendalian diri yang terang-terangan ditujukan
menjaga agar impuls dan dorongan yang ada tetap terjaga.
Misalnya : Individu sewaktu-waktu mengesampingkan ingatan yang menyakitkan
agar dapat menitik beratkan kepada tugas.
17. Undoing
Meniadakan pikiran-pikiran, impuls yang tidak baik, seolah-olah menghapus
suatu kesalahan.
Misalnya :
Seorang ibu yang menyesal karena telah memukul anaknya akan segera
memperlakukannya penuh dengan kasih sayang
18. Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada situasi menekan yang
membuatnya frustrasi dan cemas, sehingga individu tersebut merasa tidak sanggup
menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti sementara atau
selamanya. Individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena
tahap berikutnya penuh dengan kecemasan.
Misalnya : Individu sangat tergantung dengan individu lain merupakan
salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk
menjadi mandiri
19. Menarik Diri
Reaksi ini merupakan respon umum dalam mengambil sikap. Bila individu menarik
diri, dia memilih untuk tidak mengambil tindakan. Biasanya respons ini disertai
dengan depresi dan sikap apatis.
20. Mengelak
Bila individu merasa diliputi oleh stres yang lama, kuat dan terus menerus,
individu cenderung mencoba mengelak. Bisa secara fisik mengelak atau
menggunakan metode yang tidak langsung.
21. Fantasi
Dengan berfantasi pada yang mungkin menimpa dirinya, individu merasa
mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa yang tidak
menyenangkan, menimbulkan kecemasan dan mengakibatkan frustrasi. Individu
yang sering melamun kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya lebih menarik dari
pada kenyataan sesungguhnya. Bila fantasi ini dilakukan proporsional dan dalam
pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi menjadi cara sehat untuk
mengatasi stress
22. Simbolisasi
Menggunakan benda atau tingkah laku sebagai simbol pengganti keadaan atau hal
yang sebenarnya
Misalnya :
Seorang anak remaja selalu mencuci tangan untuk menghilangkan kecemasannya.
23. Konversi
Adalah transformasi konflik emosional ke dalam bentuk gejala-gejala jasmani.
Misalnya :
Mahasiswa yang tidak mengerjakan tugas-tugasnya tiba-tiba sakit sehingga tidak
masuk kuliah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar